Dokter Spesialis Paru: Dampak Perokok Aktif dan Pasif Sama Bahayanya

Selasa, 14 Juni 2022 - 00:07 WIB
Dokter Spesialis Paru dari Siloam Hospitals Dhirga Surya di Kota Medan, dr Rudy Irawan Sp. P(K) mengingatkan bahwa dampak merokok sama bahayanya bagi perokok aktif maupun pasif. Foto ilustrasi SINDOnews
MEDAN - Dalam rangka memperingati Hari Tembakau se-Dunia yang jatuh pada 31 Mei, dokter Spesialis Paru dari Siloam Hospitals Dhirga Surya di Kota Medan, dr Rudy Irawan Sp. P(K) mengingatkan bahwa dampak merokok sama bahayanya bagi perokok aktif maupun pasif.

"Ditemukan bahwa resiko terpapar penyakit atau gangguan kesehatan bagi perokok aktif maupun pasif adalah sama, satu banding satu," ungkap Rudy Irawan, pada sesi edukasi melalui Instagram, Jumat (10/6/2022).

Merujuk laporan Southeast Asia Tobacco Control Alliance (Seatca) berjudul The Tobacco Control Atlas tahun 2019, jumlah perokok di Indonesia sebanyak 65,19 juta. Jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak di Asia Tenggara.



Sementara itu, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, jumlah perokok di atas 15 tahun sebanyak 33,8 persen. Dari jumlah tersebut 62,9 persen merupakan perokok laki-laki dan 4,8 persen perokok perempuan.

Dokter Rudy Irawan mengatakan, dalam asap rokok, zat yang paling membahayakan bagi perokok adalah tar yang dihasilkan dari proses pembakaran zat kimia dan partikel padat (solid carbon) yang hanya dihasilkan saat rokok dibakar.

Rudy menjelaskan, ada lebih dari 7.000 macam senyawa kimia dalam tar. Sebagian di antaranya berbahaya terhadap kesehatan. "Dan setidaknya ada 250 zat di dalam batang rokok yang berbahaya, dan 69 jenis di antaranya diketahui bersifat karsinogenik, yaitu dapat menyebabkan kanker," ujarnya.

Lanjut Rudi, perokok aktif pada hakekatnya menghisap dua jenis zat utama. Yaitu asap pembakaran dari tar dan nikotin. Keduanya berbahaya, dan 'asap sampingan' yang paling berbahaya karena selain bisa terhirup manusia juga dapat hinggap di mana saja seperti baju, lengan, dll.

Untuk mengurangi dampak negatif dari rokok dan mengutamakan kemaslahatan masyarakat, lanjut dia, tradisi dan budaya merokok harus diubah.

Menurutnya, jika dilihat dari karakteristik dan perilakunya, upaya untuk mengatasi masalah rokok di Indonesia harus dilakukan berbagai pendekatan (pendekatan holistik) secara budaya, kesehatan, ekonomi, regulasi dan komunikasi.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content