KH Samanhudi, Pengusaha Batik yang Rela Korbankan Harta dan Jiwa untuk Perjuangan Kemerdekaan

Sabtu, 14 Mei 2022 - 05:00 WIB
Namun, tidak banyak informasi tentang Taman Pewarta sehingga kiprahnya selama 13 tahun bagi kebangkitan perjuangan bangsa Indonesia kurang terekam baik. Dalam buku The Vernacular Press and The Emergence of Modern Indonesian Consciousness (1855-1913) karya Ahmad B Adam, menyebutkan Taman Pewarta sebagai koran (Newspaper).

Pada halaman 123 disebutkan bahwa Taman Pewarta merupakan koran berbahasa Jawa-Melayu dan dicetak oleh perusahaan percetakan Sie Dhian Ho. Sejak Sarekat Dagang Islam didirikan pada 1905, keberadaan Taman Pewarta semakin kokoh.

Pada catatan kaki No.72 ditambahkan keterangan, Taman Pewarta diterbitkan pertama kali pada 1902. Koran Taman Pewarta terbit seminggu sekali dan memiliki enam halaman. Sebanyak dua halaman berbahasa Jawa dan sebanyak dua setengah halaman iklan.

Taman Pewarta menjadi media komunikasi yang efektif bagi perkembangan Sarekat Dagang Islam sehingga organisasi ini semakin dikenal masyarakat. Sarekat Dagang Islam yang awalnya dikenal sebagai organisasi niaga, menjadi organisasi yang memelopori kebangkitan nasional.

Akibatnya, perkembangan Sarekat Dagang Islam yang pesat membuat penjajah kolonial Belanda khawatir. Untuk itu, dibuatlah organisasi tandingan dengan nama yang hampir mirip, yaitu Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor pada 1909.

Meskipun sama-sama memiliki media kuat yang mendapat bantuan modal dan dukungan pemerintah kolonial Belanda, Sarekat Dagang Islamiyah akhir bubar pada 1911. Sebaliknya, Sarekat Islam semakin berkibar sejak dipimpin seorang pemuda, Oemar Said Cokroaminoto.

Gelar Haji di depan namanya seolah dirinya sangat matang. Padahal, saat beliau memimpin Sarekat Islam, baru berusia 38 tahun. Donald Eugene Smith menyatakan, Haji Oemar Said (HOS) Cokroaminoto sebagai ketua Sarekat Islam telah berhasil memproklamirkan Islam sebagai lambang nasional.

Sarekat Islam sebagai organisasi modern, telah mempelopori dan memasyarakatkan penggunaan istilah “Nasional” melalui kongres Sarekat Islam pada 17-24 Juni 1916 di Bandung serta menuntut pemerintahan sendiri (Zelf Beestuur).

Kelak, salah satu murid Haji Oemar Said Cokroaminoto, yaitu Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 (9 Ramadhan 1364 H). Soekarno pun menjadi simbol nasional, dikenal sebagai Proklamator, Presiden Pertama Republik Indonesia, sekaligus pahlawan nasional.(Diolah dari berbagai sumber)

Sumber: - Ensiklopedia Pahlawan Nasional
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content