Tarekat Syattariyah Belum Puasa, Hari Ini Menilik Bulan dengan Mata Telanjang
Minggu, 03 April 2022 - 09:36 WIB
PADANG - Meski umat muslim sudah mulai berpuasa hari ini, namun beda dengan umat muslim yang menganut Tarekat Syattariyah. Mereka baru nanti sore menilik bulan dengan mata telanjang tanpa memakai peralatan.
“Kita belum puasa baru nanti sore melihat bulan, kalau nampak bulan maka puasa Senin (4/4), kalau tidak nampak maka puasa ditunda Selasa (5/4),” ujar guru Tarekat Syattariyah, Tuanku Imam Sidi Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (3/4/2022).
Baca juga: Kisah Mbah Ma'shum Lasem, Santri Pengembara yang Tahu Waktu Kematiannya
Dia mengatakan, lokasi melihat bulan aka dilakukan di Koto Tuo, Kabupaten Agam yang merupakan salah satu lokasi titik untuk melihat bulan. “Ada dua titik yang terbesar untuk menilik bulan, satu di Koto Tuo Agam, satu di Ulakan Padang Pariaman, tapi ada juga beberapa titik lainnya, seperti di Bungus Teluk Kabung Padang, Pesisir Selatan, Sawahlunto, Tiku Agam, Dharmasraya dan daerah lain,” katanya.
Kalau tidak terlihat bulan di Koto Tuo, maka akan melakukan komunikasi dengan titik lainnya di Sumatera Barat. “Kalau sudah selesai melihat bulan maka akan diteruskan salat magrib di lokasi menilik bulan kemudian akan kembali ke masjid untuk melakukan sidang isbat,” jelas Tuanku Imam Sidi.
Menilik bulan ini merupakan metode yang dipakai oleh Tarekat Syattariyah yang disebarkan oleh Syekh Burhanuddin di Ulakan Padang Pariaman. Metode yang dipakai itu dinamakan hisab takwim artinya melihat bulan dengan mata telanjang.
“Kita belum puasa baru nanti sore melihat bulan, kalau nampak bulan maka puasa Senin (4/4), kalau tidak nampak maka puasa ditunda Selasa (5/4),” ujar guru Tarekat Syattariyah, Tuanku Imam Sidi Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (3/4/2022).
Baca juga: Kisah Mbah Ma'shum Lasem, Santri Pengembara yang Tahu Waktu Kematiannya
Dia mengatakan, lokasi melihat bulan aka dilakukan di Koto Tuo, Kabupaten Agam yang merupakan salah satu lokasi titik untuk melihat bulan. “Ada dua titik yang terbesar untuk menilik bulan, satu di Koto Tuo Agam, satu di Ulakan Padang Pariaman, tapi ada juga beberapa titik lainnya, seperti di Bungus Teluk Kabung Padang, Pesisir Selatan, Sawahlunto, Tiku Agam, Dharmasraya dan daerah lain,” katanya.
Kalau tidak terlihat bulan di Koto Tuo, maka akan melakukan komunikasi dengan titik lainnya di Sumatera Barat. “Kalau sudah selesai melihat bulan maka akan diteruskan salat magrib di lokasi menilik bulan kemudian akan kembali ke masjid untuk melakukan sidang isbat,” jelas Tuanku Imam Sidi.
Menilik bulan ini merupakan metode yang dipakai oleh Tarekat Syattariyah yang disebarkan oleh Syekh Burhanuddin di Ulakan Padang Pariaman. Metode yang dipakai itu dinamakan hisab takwim artinya melihat bulan dengan mata telanjang.
(msd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda