Pemprov-DPRD Jatim Matangkan Konsep Persiapan Hadapi New Normal
Senin, 15 Juni 2020 - 11:28 WIB
SURABAYA - Pemerintah Provinsi(Pemprov) Jawa Timur (Jatim) terus mematangkan konsep new normal. Basis utamanya terletak pada penerapan protokol kesehatan yang terdiri dari tiga indikator. Diantaranya epidemiologi, sistem kesehatan dan surveilans.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, jika mengacu pada Rate Of Transmission (RT) di Jatim sebenarnya antara tanggal 20 sampai 26 Mei selama tujuh hari berturut- turut, RT di Jatim sudah di bawah 1. Tetapi tanggal 27 Mei kembali naik diatas 1.
"Indikator lain seperti kesiapan sistem kesehatan yang mencakup, tenaga kesehatan, peralatan dan tempat tidur dihitung dengan kemampuan dalam menangani peningkatan kasus COVID-19 lebih besar 20 persen," katanya, Senin (15/6/2020). (BACA JUGA: Salut! IRT Ini Sisihkan Uang Belanjanya untuk Berbagi Sayuran kepada Warga Terdampak Corona)
Saat ini, kapasitas tempat tidur isolasi sejumlah 3.115 bed. Dimana terdapat pasien yang perlu perawatan sebesar 1.779 kasus positif, 2.375 kasus PDP dan 306 pasien ODP. Sementara terdapat, 1.345 pasien yang dirawat diruang non isolasi dan RS rujukan.
Terdapat indikator lain menuju new normal yakni peningkatan surveilans. Dari jumlah total lab yang ada harus dilaporkan setiap hari oleh masing masing daerah. "Saat ini,pemeriksaan PCR telah dilakukan sebanyak 36.410 test atau setara dengan 910/1 juta penduduk. Sehingga perlu adanya peningkatan kapasitas lab yang ada di Jatim," imbuh Khofifah.
Berdasarkan data yang ada, saat ini dari 38 kabupaten dan kota di Jatim terdapat 11 daerah berisiko tinggi, 22 daerah beresiko sedang dan 5 daerah berisiko rendah.
"Ini akan menjadi pemetaan dari semua sektor apakah industri, perdagangan, perkantoran, privat sektor, kampus, pasar tradisional hingga tempat ibadah terkait kepatuhan dan kesiapan daerah menyongsong new normal," tandas Khofifah.
Jika terdapat wilayah yang tidak terdampak atau berada di zona hijau bisa langsung melaksanakan new normal. Namun, jika daerah tersebut berada di kawasan berisiko rendah atau zona kuning maka bisa menyiapkan transisi menuju new normal. Sedangkan, zona berisiko sedang berwarna orange dan zona resiko tinggi warna merah harus melakukan pengetatan kedisiplinan.
"Dalam posisi seperti ini, kalau kita ingin menuju transisi menuju new normal maka, peta ini menjadi petunjuk awal. New normal memiliki indikator yang cukup banyak masing masing indikator memiliki ukuran yang berbeda. Semua kita gunakan pedoman dari WHO dan Bappenas," pungkas Khofifah. (BACA JUGA: Pancasila Sudah Final, HMI Sumut: Kami Tolak RUU HIP)
Sementara itu, Ketua DPRD Jatim Kusnadi mengatakan, pandemi ini merupakan sebuah kondisi yang tidak pasti. Akan tetapi, pihaknya meyakini jika seluruh elemen masyarakat bisa bersinergi secara bersama-sama. Sehingga dapat melewati pandemi bisa teratasi dan terlewati.
"Kami berkomitmen mendampingi Pemprov Jatim melakukan pengendalian agar penyebaran virus COVID-19 bisa terus menurun. DPRD akan terus berupaya melakukan sinergi dan gotong royong dengan semua pihak yang diharapkan berdampak kepada masyarakat," terangnya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, jika mengacu pada Rate Of Transmission (RT) di Jatim sebenarnya antara tanggal 20 sampai 26 Mei selama tujuh hari berturut- turut, RT di Jatim sudah di bawah 1. Tetapi tanggal 27 Mei kembali naik diatas 1.
"Indikator lain seperti kesiapan sistem kesehatan yang mencakup, tenaga kesehatan, peralatan dan tempat tidur dihitung dengan kemampuan dalam menangani peningkatan kasus COVID-19 lebih besar 20 persen," katanya, Senin (15/6/2020). (BACA JUGA: Salut! IRT Ini Sisihkan Uang Belanjanya untuk Berbagi Sayuran kepada Warga Terdampak Corona)
Saat ini, kapasitas tempat tidur isolasi sejumlah 3.115 bed. Dimana terdapat pasien yang perlu perawatan sebesar 1.779 kasus positif, 2.375 kasus PDP dan 306 pasien ODP. Sementara terdapat, 1.345 pasien yang dirawat diruang non isolasi dan RS rujukan.
Terdapat indikator lain menuju new normal yakni peningkatan surveilans. Dari jumlah total lab yang ada harus dilaporkan setiap hari oleh masing masing daerah. "Saat ini,pemeriksaan PCR telah dilakukan sebanyak 36.410 test atau setara dengan 910/1 juta penduduk. Sehingga perlu adanya peningkatan kapasitas lab yang ada di Jatim," imbuh Khofifah.
Berdasarkan data yang ada, saat ini dari 38 kabupaten dan kota di Jatim terdapat 11 daerah berisiko tinggi, 22 daerah beresiko sedang dan 5 daerah berisiko rendah.
"Ini akan menjadi pemetaan dari semua sektor apakah industri, perdagangan, perkantoran, privat sektor, kampus, pasar tradisional hingga tempat ibadah terkait kepatuhan dan kesiapan daerah menyongsong new normal," tandas Khofifah.
Jika terdapat wilayah yang tidak terdampak atau berada di zona hijau bisa langsung melaksanakan new normal. Namun, jika daerah tersebut berada di kawasan berisiko rendah atau zona kuning maka bisa menyiapkan transisi menuju new normal. Sedangkan, zona berisiko sedang berwarna orange dan zona resiko tinggi warna merah harus melakukan pengetatan kedisiplinan.
"Dalam posisi seperti ini, kalau kita ingin menuju transisi menuju new normal maka, peta ini menjadi petunjuk awal. New normal memiliki indikator yang cukup banyak masing masing indikator memiliki ukuran yang berbeda. Semua kita gunakan pedoman dari WHO dan Bappenas," pungkas Khofifah. (BACA JUGA: Pancasila Sudah Final, HMI Sumut: Kami Tolak RUU HIP)
Sementara itu, Ketua DPRD Jatim Kusnadi mengatakan, pandemi ini merupakan sebuah kondisi yang tidak pasti. Akan tetapi, pihaknya meyakini jika seluruh elemen masyarakat bisa bersinergi secara bersama-sama. Sehingga dapat melewati pandemi bisa teratasi dan terlewati.
"Kami berkomitmen mendampingi Pemprov Jatim melakukan pengendalian agar penyebaran virus COVID-19 bisa terus menurun. DPRD akan terus berupaya melakukan sinergi dan gotong royong dengan semua pihak yang diharapkan berdampak kepada masyarakat," terangnya.
(vit)
tulis komentar anda