Satu Tungku Tiga Batu Cermin Toleransi Masyarakat Fakfak Papua Barat

Rabu, 24 November 2021 - 21:05 WIB
Filosofi Satu Tungku Tiga Batu ini, kata Alex, juga merupakan pengejawatan dari filsafat hidup Etnis Mbaham Matta yang disebut “KO, ON, KNO, Mi Mbi Du Qpona”. Artinya, kau, saya, dan dia Bersaudara. Filosofi ini mengarah pada adat, agama, dan pemerintahan.

Filosofi Satu Tungku Tiga Batu menjadi pegangan hidup masyarakat Kabupaten Fakfak. Dulu, filosofi ini diwariskan secara turun temurun di dalam keluarga. Pada tahun 1990-an, dilakukan upaya perumus hingga secara resmi ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai filosofi Kabupaten Fakfak.

Alex menjelaskan, sejak lama, Kabupaten Fakfak dikenal sebagai penghasilan rempah-rempah, di antaranya berupa pala. Sehingga membuat banyak pedagang singgah di Kabupaten Fakfak untuk berniaga.

Dalam perkembangannya, penduduk Kabupaten Fakfak semakin beragam. Ada di antara mereka yang beragama Islam, Katolik, dan Kristen Protestan.

Mereka hidup secara toleran dan harmonis. Kondisi ini bisa dilihat misalnya dalam acara keagamaan. Saat perayaan Idul Fitri dan Natal, semua umat dilibatkan. “Bahkan, bila ada acara pembangunan masjid atau gereja, semua umat juga ikut terlibat, berpartisipasi dan bergotong royong,” tutur Alex.

Kini, Fakfak menjadi salah satu kabupaten tertua di Provinsi Papua Barat, bahkan di Tanah Papua. Filosofi Satu Tungku Tiga Batu telah mengajarkan mereka bahwa perbedaan justru menjadi sarana untuk menyatukan.

Warga Fakfak tidak pernah membeda-bedakan agama satu dengan agama yang lain. “Filosofi Satu Tungku Tiga Batu merupakan nafas dari kerukunan dan keakraban dalam peradaban masyarakat yang ada di Kabupaten Fakfak,” tandas Alex.
(shf)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More