Ini Langkah dan Persiapan Sebelum Mendaki Gunung Es
Rabu, 03 November 2021 - 19:21 WIB
JAKARTA - Seven Summits, sebutan untuk tujuh puncak gunung tertinggi di dunia dan jadi impian para pendaki. Ketinggiannya mulai dari 4.884 hingga yang tertinggi adalah 8.850 mdpl.
Ketujuh puncak tertinggi di dunia itu adalah Puncak Carstenz di Pegunungan Jaya Wijaya Indonesia (4.884 mdpl), Vinson Massif di Antartika (4.897 mdpl), Elbrus di Rusia (5.642 mdpl), Kilimanjaro di Tanzania (5.895 mdpl), Aconcagua di Argentina (6.962 mdpl), Denali di Alaska (6.194 mdpl) dan Everest di perbatasan Nepal dan Tibet (8.848 mdpl).
Untuk mencapai seven summit bukanlah hal mudah dan murah, justru tergolong aktifitas yang ekstrem. Banyak tantangan dan risiko yang mengancam nyawa pendakinya. Selain kesiapan mental dan fisik, apa saja yang perlu disiapkan?
Fransiska Dimitri, wanita pertama asal Indonesia yang berhasil mencapai Seven Summit, menuturkan bahwa persiapan utama yang harus dilakukan adalah pengumpulan informasi tentang medan yang akan ditempuh dan melatih fisik sebaik mungkin.
“Pengumpulan informasi meliputi rute, referensi, medan, risiko ancaman dan kecelakaan, risiko penyakit, hingga pembagian tugas dalam tim pendaki,” terang Fransiska dalam Webinar ‘Gue Muda’ dengan tema Pengalaman dan Persiapan Pendakian Gunung Es pada Rabu (3/11).
Ia menceritakan untuk kesiapan fisik dan mental, upaya yang dilakukan melalui latihan single rope technique (SRT), latihan beban, berlari, latihan memanjat tebing serta berlatih mendaki. Selain itu, pengetahuan tentang musim pendakian juga penting untuk kita mengatur manajemen pendakian.
Biaya yang perlu dikeluarkan untuk ekspedisi seven summit pun terbilang relatif mahal. “Kami awalnya berempat, lalu berkurang menjadi tiga orang, sampai berkurang lagi menjadi dua orang yang menyelesaikan ekspedisi, total menghabiskan biaya sekitar Rp5 miliar,” kata dia.
Dalam Webinar yang sama, Nurhuda, yang juga Seven Summiter asal Indonesia, menambahkan bahwa tantangan utama menaklukan puncak di Antartika adalah cuacanya yang tidak bisa diprediksi.
“Tidak bisa kita tentukan kapan bisa melanjutkan ke puncak. Harus base on forecast atau ramalan cuaca. Kalau cuaca buruk kita sama sekali ga bisa kemana mana,” ungkap Nurhuda.
Ketujuh puncak tertinggi di dunia itu adalah Puncak Carstenz di Pegunungan Jaya Wijaya Indonesia (4.884 mdpl), Vinson Massif di Antartika (4.897 mdpl), Elbrus di Rusia (5.642 mdpl), Kilimanjaro di Tanzania (5.895 mdpl), Aconcagua di Argentina (6.962 mdpl), Denali di Alaska (6.194 mdpl) dan Everest di perbatasan Nepal dan Tibet (8.848 mdpl).
Untuk mencapai seven summit bukanlah hal mudah dan murah, justru tergolong aktifitas yang ekstrem. Banyak tantangan dan risiko yang mengancam nyawa pendakinya. Selain kesiapan mental dan fisik, apa saja yang perlu disiapkan?
Fransiska Dimitri, wanita pertama asal Indonesia yang berhasil mencapai Seven Summit, menuturkan bahwa persiapan utama yang harus dilakukan adalah pengumpulan informasi tentang medan yang akan ditempuh dan melatih fisik sebaik mungkin.
“Pengumpulan informasi meliputi rute, referensi, medan, risiko ancaman dan kecelakaan, risiko penyakit, hingga pembagian tugas dalam tim pendaki,” terang Fransiska dalam Webinar ‘Gue Muda’ dengan tema Pengalaman dan Persiapan Pendakian Gunung Es pada Rabu (3/11).
Ia menceritakan untuk kesiapan fisik dan mental, upaya yang dilakukan melalui latihan single rope technique (SRT), latihan beban, berlari, latihan memanjat tebing serta berlatih mendaki. Selain itu, pengetahuan tentang musim pendakian juga penting untuk kita mengatur manajemen pendakian.
Biaya yang perlu dikeluarkan untuk ekspedisi seven summit pun terbilang relatif mahal. “Kami awalnya berempat, lalu berkurang menjadi tiga orang, sampai berkurang lagi menjadi dua orang yang menyelesaikan ekspedisi, total menghabiskan biaya sekitar Rp5 miliar,” kata dia.
Dalam Webinar yang sama, Nurhuda, yang juga Seven Summiter asal Indonesia, menambahkan bahwa tantangan utama menaklukan puncak di Antartika adalah cuacanya yang tidak bisa diprediksi.
“Tidak bisa kita tentukan kapan bisa melanjutkan ke puncak. Harus base on forecast atau ramalan cuaca. Kalau cuaca buruk kita sama sekali ga bisa kemana mana,” ungkap Nurhuda.
tulis komentar anda