Mulut Berbisa Mahapati, Mengadu Domba para Pejuang Pendiri Majapahit hingga Mati Tragis Sebagai Pemberontak

Minggu, 24 Oktober 2021 - 08:40 WIB
Candi Gapura I merupakan peninggalan Majapahit yang terletak di sisi timur Gunung Penanggungan, tepatnya di Dusun Belahanjowo, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Foto/SINDOnews/Ali Masduki
Pandawa harus berperang habis-habisan menghadapi saudaranya sendiri Kurawa. Perang besar dalam kisah Bharatayuddha juga terselip seorang tokoh bernama Sengkuni. Perangainya yang buruk dan suka menghasut demi meraih kekuasaan, telah membuat dua kelompok saudara itu hancur lebur di medan perang yang maha dahsyat.



Hasutan dari mulut berbisa pejabat kerajaan, hingga menciptakan kematian-kematian tragis, bukan hanya terjadi di cerita Bharatayuddha. Kisah penghasutan dan pengkhianatan layaknya Sengkuni itu, juga hadir di tengah kerajaan Majapahit.

Apabila di Hastinapura dalan kisah Bharatayuddha ada Sengkuni. Di Majapahit, ada Mahapati. Tokoh Mahapati ini, muncul dalam Kitab Pararaton dan Kidung Sorandaka. Dia disebut menjabat sebagai rakryan patih sejak tahun 1316.





Licik dan pernyataannya selalu berbisa penuh hasutan, demikian gambaran Kitab Pararaton, terhadap Mahapati. Racun hasutan-hasutannya, memicu perang dan pemberontakan di Majapahit.

Bahkan, hasutan dan kelicikan Mahapati, membuat para kesatria yang turut berjuang bersama Raden Wijaya mendirikan Majapahit, akhirnya banyak yang tewas sebagai pemberontak.

Sebut saja Ranggalawe, Lembu Sora, dan Nambi, semuanya merupakan kesatria pejuang pendirian Majapahit. Namun, semuanya mati dengan tragis dan dicap sebagai pemberontak hanya karena hasutan Mahapati.

Fitnah-fitnah keji acap kali dilakukan Mahapati, untuk memenuhi ambisinya menjadi Mahapatih Majapahit. Ambisi itu berupaya diwujudkannya dengan jalan politik kotor, yakni fitnah, adu domba, dan menghasut hingga terjadi perang.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More