Harga Telur Anjlok, Ketua Golkar Jatim Minta Pabrik Pakan Tidak Jadi Peternak
Rabu, 13 Oktober 2021 - 02:01 WIB
SURABAYA - Ketua DPD Golkar Jawa Timur (Jatim) Sarmuji menyatakan pentingnya perlindungan peternak ayam telur rakyat, terutama yang berskala kecil. Hal tersebut disampaikan Sarmuji setelah beberapa kali mengadakan pertemuan dan mendengar keluhan kelompok peternak di Kabupaten Blitar dan Tulungagung.
Selain itu Sarmuji juga mengunjungi pasar pasar tradisional di dua kabupaten tersebut. "Peternak rakyat yang berskala kecil sangat terpukul dengan jatuhnya harga telur saat ini. Dalam menjalankan usahanya mereka masih tergantung dengan konsentrat dari pabrik, serta mengandalkan pihak lain dalam penyediaan bibitnya," ujar Sarmuji, Selasa (12/10/2021).
Anggota DPR RI Komisi XI ini menyoroti agar terjadi persaingan yang sehat antar produsen telur ayam. Saat ini kondisinya sudah tidak ideal karena perusahaan besar yang memproduksi pakan juga terlibat dalam produksi bibit maupun telur.
"Persaingan menjadi tidak seimbang karena pabrik Bibit Ayam DOC (Day Old Chick) dan pakan juga turut menjadi peternak. Rakyat kecil mengambil DOC dan pakan dari pabrik dengan harga yang sudah tinggi karena jalur distribusi yang panjang. Di sisi lain perusahaan tersebut bisa dengan leluasa memakai DOC maupun pakan sendiri sesuai dengan jumlah produksi yang diinginkan," ungkapnya.
Menurutnya, anjloknya harga telur karena pasokan yang melimpah di saat daya beli belum pulih benar. Dengan daya beli masyarakat yang belum pulih, ditambah dengan melimpahnya stok telur akhirnya membuat harga telur terus merosot.
“Harus ada aturan yang membatasi agar pabrik DOC dan pakan tidak terlibat langsung menjadi peternak. Kalau itu terus dilakukan peternak kecil bisa mati karena kalah bersaing,” pungkas Sarmuji.
Selain itu Sarmuji juga mengunjungi pasar pasar tradisional di dua kabupaten tersebut. "Peternak rakyat yang berskala kecil sangat terpukul dengan jatuhnya harga telur saat ini. Dalam menjalankan usahanya mereka masih tergantung dengan konsentrat dari pabrik, serta mengandalkan pihak lain dalam penyediaan bibitnya," ujar Sarmuji, Selasa (12/10/2021).
Anggota DPR RI Komisi XI ini menyoroti agar terjadi persaingan yang sehat antar produsen telur ayam. Saat ini kondisinya sudah tidak ideal karena perusahaan besar yang memproduksi pakan juga terlibat dalam produksi bibit maupun telur.
"Persaingan menjadi tidak seimbang karena pabrik Bibit Ayam DOC (Day Old Chick) dan pakan juga turut menjadi peternak. Rakyat kecil mengambil DOC dan pakan dari pabrik dengan harga yang sudah tinggi karena jalur distribusi yang panjang. Di sisi lain perusahaan tersebut bisa dengan leluasa memakai DOC maupun pakan sendiri sesuai dengan jumlah produksi yang diinginkan," ungkapnya.
Menurutnya, anjloknya harga telur karena pasokan yang melimpah di saat daya beli belum pulih benar. Dengan daya beli masyarakat yang belum pulih, ditambah dengan melimpahnya stok telur akhirnya membuat harga telur terus merosot.
“Harus ada aturan yang membatasi agar pabrik DOC dan pakan tidak terlibat langsung menjadi peternak. Kalau itu terus dilakukan peternak kecil bisa mati karena kalah bersaing,” pungkas Sarmuji.
(don)
tulis komentar anda