Perbaiki Taraf Hidup, Sarmuji Minta Pemerintah Beri Beasiswa Bagi Anak Yatim Korban COVID-19
Selasa, 10 Agustus 2021 - 12:01 WIB
SURABAYA - Pandemi COVID-19 memunculkan banyak masalah. Diantaranya memaksa anak menjadi yatim piatu ketika salah satu atau kedua orang tua mereka meninggal akibat COVID-19.
Data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Kependudukan (DP3AK) Jatim menyebut, sebanyak 5.082 anak di Jatim menjadi yatim piatu setelah kedua orang tua mereka meninggal akibat virus asal Wuhan, China tersebut.
“Kami meminta pemerintah memberikan beasiswa bagi anak yatim yang orang tuanya meninggal karena COVID-19,” kata Ketua DPD Partai Golkar Jatim, M Sarmuji, Selasa (10/8/2021).
Anggota Komisi Xl DPR RI ini mengatakan, pendidikan adalah fase untuk menambahkan kecakapan dalam perkembangan kehidupan manusia. Selain itu pendidikan merupakan sarana yang sangat penting bagi mobilitas vertikal masyarakat.
“Kehilangan kesempatan belajar berarti kehilangan kesempatan dalam mobilitas vertikal, kehilangan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup,” terangnya.
Baca juga: 25.000 Siswa di Jember-Lumajang Terima Bantuan Program Indonesia Pintar
Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-76 tahun ini, kata dia, adalah momentum sangat tepat untuk memberikan perhatian kepada mereka. Pemerintah harus harus hadir untuk menyelamatkan Pendidikan anak yatim korban COVID-19. “Bagi anak yang kehilangan orang tuanya, malah bisa mengalami penurunan taraf hidup di masa depan jika pendidikannya tidak terperhatikan,” ungkap Sarmuji.
Ketua Ikatan Alumni Universitas Jember (KAUJE) ini menilai, kondisi ekonomi yang masih belum pulih seutuhnya ditambah dengan kehilangan orang tua menjadi ancaman tersendiri bagi siswa untuk terus melanjutkan pendidikan. "Jika pemerintah memberikan beasiswa bagi anak-anak yatim yang orang tuanya meninggal karena COVID-19, maka mereka masih bisa mengakses pendidikan walaupun kondisi ekonomi masih belum stabil sepenuhnya," ungkapnya.
Sarmuji menambahkan bahwa, ancaman dari ketiadaan akses pendidikan bagi anak usia sekolah akan menimbulkan permasalahan sosial di kemudian hari. Seperti pekerja usia dini dan pernikahan di bawah umur. "Untuk itu pemberian beasiswa ini bukan saja untuk menjaga akses pendidikan bagi anak tetapi menyelamatkan satu generasi di masa mendatang," tegas Sarmuji.
Data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Kependudukan (DP3AK) Jatim menyebut, sebanyak 5.082 anak di Jatim menjadi yatim piatu setelah kedua orang tua mereka meninggal akibat virus asal Wuhan, China tersebut.
“Kami meminta pemerintah memberikan beasiswa bagi anak yatim yang orang tuanya meninggal karena COVID-19,” kata Ketua DPD Partai Golkar Jatim, M Sarmuji, Selasa (10/8/2021).
Anggota Komisi Xl DPR RI ini mengatakan, pendidikan adalah fase untuk menambahkan kecakapan dalam perkembangan kehidupan manusia. Selain itu pendidikan merupakan sarana yang sangat penting bagi mobilitas vertikal masyarakat.
“Kehilangan kesempatan belajar berarti kehilangan kesempatan dalam mobilitas vertikal, kehilangan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup,” terangnya.
Baca juga: 25.000 Siswa di Jember-Lumajang Terima Bantuan Program Indonesia Pintar
Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-76 tahun ini, kata dia, adalah momentum sangat tepat untuk memberikan perhatian kepada mereka. Pemerintah harus harus hadir untuk menyelamatkan Pendidikan anak yatim korban COVID-19. “Bagi anak yang kehilangan orang tuanya, malah bisa mengalami penurunan taraf hidup di masa depan jika pendidikannya tidak terperhatikan,” ungkap Sarmuji.
Ketua Ikatan Alumni Universitas Jember (KAUJE) ini menilai, kondisi ekonomi yang masih belum pulih seutuhnya ditambah dengan kehilangan orang tua menjadi ancaman tersendiri bagi siswa untuk terus melanjutkan pendidikan. "Jika pemerintah memberikan beasiswa bagi anak-anak yatim yang orang tuanya meninggal karena COVID-19, maka mereka masih bisa mengakses pendidikan walaupun kondisi ekonomi masih belum stabil sepenuhnya," ungkapnya.
Sarmuji menambahkan bahwa, ancaman dari ketiadaan akses pendidikan bagi anak usia sekolah akan menimbulkan permasalahan sosial di kemudian hari. Seperti pekerja usia dini dan pernikahan di bawah umur. "Untuk itu pemberian beasiswa ini bukan saja untuk menjaga akses pendidikan bagi anak tetapi menyelamatkan satu generasi di masa mendatang," tegas Sarmuji.
(msd)
tulis komentar anda