FAGI Jabar Tidak Rekomendasikan Siswa Masuk Sekolah
Rabu, 27 Mei 2020 - 10:12 WIB
BANDUNG - Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) Jawa Barat tidak merekomendasikan siswa masuk sekolah dalam waktu dekat. Apalagi, kasus COVID-19 hingga kini grafiknya masih terus bertambah.
"FAGI tidak rekomendasikan siswa masuk sekolah, termasuk untuk ujian PAT (penilaian akhir tahun) Juni ini. Kalau nanti tahun ajaran baru mau sekolah, juga lihat kasus positif Corona ini seperti apa," kata Ketua FAGI Jabar Iwan Hermawan, Rabu (27/5/2020).
Menurut dia, kalaupun siswa harus dipaksakan sekolah, mesti ada protokol kesehatan yang ketat ditetapkan kepada siswa. Siswa juga tidak bisa sekolah seperti sedia kala, tetapi ada sistem pembelajaran baru yang mesti diterapkan.
Misalnya, sekolah harus siapkan ruang belajar yang sudah disemprot desinfektan, ada hand sanitizer di tiap kelas, dan UKS harus punya APD, asmat, dan lainnya. (Baca juga; Disdik Jabar Siapkan Protokol Kesehatan Ketat untuk Siswa SMA/SMK/SLB )
"Sekolah harus betul-betul siap. Termasuk aturan jaga jarak. Nah ini bagiamana, apakah masuk semua setiap kelas, atau dibagi dua. Misalnya dari 36 siswa dibagi dua, sift pagi atau siang. Kalau 36 masuk semua enggak bisa, harus setengah," beber Iwan.
Protokol kesehatan yang ketat bagi siswa, kata dia, penting untuk menjaga persebaran COVID-19 di lingkungan pendidikan. Karena, bila ada satu siswa atau guru yang positif, maka satu sekolah harus menjalani uji cepat atau PCR COVID-19.
"Jadi leading sectornya tinggal pemerintah daerah dan sekolah. Bagaimana menerapkannya. Tapi tidak semua sekolah disamakan. Daerah merah mungkin enggak bisa," imbuhnya. (Baca juga; Rencana Sekolah Dibuka 15 Juni 2020, Jabar Tunggu Instruksi Pusat )
"FAGI tidak rekomendasikan siswa masuk sekolah, termasuk untuk ujian PAT (penilaian akhir tahun) Juni ini. Kalau nanti tahun ajaran baru mau sekolah, juga lihat kasus positif Corona ini seperti apa," kata Ketua FAGI Jabar Iwan Hermawan, Rabu (27/5/2020).
Menurut dia, kalaupun siswa harus dipaksakan sekolah, mesti ada protokol kesehatan yang ketat ditetapkan kepada siswa. Siswa juga tidak bisa sekolah seperti sedia kala, tetapi ada sistem pembelajaran baru yang mesti diterapkan.
Misalnya, sekolah harus siapkan ruang belajar yang sudah disemprot desinfektan, ada hand sanitizer di tiap kelas, dan UKS harus punya APD, asmat, dan lainnya. (Baca juga; Disdik Jabar Siapkan Protokol Kesehatan Ketat untuk Siswa SMA/SMK/SLB )
"Sekolah harus betul-betul siap. Termasuk aturan jaga jarak. Nah ini bagiamana, apakah masuk semua setiap kelas, atau dibagi dua. Misalnya dari 36 siswa dibagi dua, sift pagi atau siang. Kalau 36 masuk semua enggak bisa, harus setengah," beber Iwan.
Protokol kesehatan yang ketat bagi siswa, kata dia, penting untuk menjaga persebaran COVID-19 di lingkungan pendidikan. Karena, bila ada satu siswa atau guru yang positif, maka satu sekolah harus menjalani uji cepat atau PCR COVID-19.
"Jadi leading sectornya tinggal pemerintah daerah dan sekolah. Bagaimana menerapkannya. Tapi tidak semua sekolah disamakan. Daerah merah mungkin enggak bisa," imbuhnya. (Baca juga; Rencana Sekolah Dibuka 15 Juni 2020, Jabar Tunggu Instruksi Pusat )
(wib)
tulis komentar anda