Karantina Pertanian Manado Ajak Semua Pihak Waspada ASF

Kamis, 17 Juni 2021 - 12:47 WIB
Merebaknya kembali penyakit yang diduga African Swine Fever (ASF) di beberapa wilayah Indonesia seperti Manokwari dan Berau, Kalimantan Timur tentu menjadi perhatian bagi peternak babi di Sulut. Foto SINDOnews
MANADO - Merebaknya kembali penyakit yang diduga African Swine Fever (ASF) di beberapa wilayah Indonesia seperti Manokwari dan Berau, Kalimantan Timur tentu menjadi perhatian bagi peternak babi di Sulawesi Utara (Sulut).

Pasalnya, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2020 populasi babi Sulut menempati posisi ke empat terbanyak di tanah air yakni mencapai 400.000 ekor. Baca juga: Komitmen Kembangkan Potensi Daerah, Kadin Sulawesi Utara Dukung Arsjad Rasjid

Seperti diketahui sebelumnya bahwa penyakit ASF pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 2019 melalui daerah Sumatera Utara, wabah tersebut dilaporkan menyebar ke daerah lain.Walaupun tidak bersifat zoonosis atau menular ke manusia, namun virus tersebut sangat ganas karena dapat menyebabkan kematian hingga 100 persen pada babi.

Sifat virusnya yang tahan terhadap lingkungan sehingga media penularnya juga banyak. Selain melalui babi dan produk turunannya, virus ini dapat menular melalui pakan, alat transportasi, pekerja kandang, alat-alat pada kandang dan lain sebagainya.

"Posisi Sulut saat ini sudah terkepung oleh daerah wabah ASF termasuk juga ancaman penyebaran dari negara tetangga kita, Filipina," kata Kepala Karantina Pertanian Manado, Donni Muksydayan Saragih melalui keterangan persnya, di Manado, Kamis (17/6/2021).



Dia menambahkan bahwa kewaspadaan harus ditingkatkan lagi mengingat banyak warga Sulut yang mengantungkan ekonominya dari sektor tersebut. Baca juga: Pagebluk Covid-19 Belum Ada Tanda Berakhir, Pengamat: Bansos Minimal Sampai Pertengahan 2021



Masih menurutnya, belajar dari kasus ASF di negara lain, ada beberapa faktor yang menyebabkan masuknya ASF ke Indonesia yaitu pemasukan daging babi dan produk babi lainnya baik impor, domestik dalam negeri.

"Begitu juga berasal dari sisa katering transportasi internasional baik dari laut maupun udara yang masuk dari negara atau daerah yang sedang wabah ASF dimana kebanyakan tidak dibuang namun diolah kembali menjadi pakan ternak," ujarnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More