Selama Mei 2021, 32,64 Persen Barang Impor Jawa Timur Berasal dari Tiongkok
Rabu, 16 Juni 2021 - 02:01 WIB
SURABAYA - Tiongkok tercatat sebagai salah satu pemasok utama barang-barang ke Jawa Timur (Jatim). Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan, selama Mei 2021, impor dari negeri tirai bambu tersebut ke Jatim mencapai USD492,23 juta. Jumlah itu setara dengan 32,64% dari total impor.
Disusul dari Amerika Serikat dan Thailand yang berkontribusi masing-masing sebesar 6,88% dan 5,21%. Impor nonmigas dari Amerika Serikat sebesar USD103,69 juta. Sedangkan impor nonmigas dari Thailand sebesar USD 78,53 juta.
“Kelompok negara ASEAN juga menjadi pemasok utama barang ke Jatim selama Mei 2021 yang mencapai USD197,67 juta. Angka itu turun 28,12% dibanding bulan sebelumnya,” kata Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin dalam rilisnya, Selasa (15/6/2021).
Baca juga: Polda Jatim Bangun Kampung Tangguh Bersih Narkoba
Di kawasan ASEAN, Thailand menjadi negara utama asal impor nonmigas dengan nilai USD78,53 juta atau sebesar 5,21% dari total impor. Selanjutnya Singapura sebesar USD 50,04 juta dengan peranan sebesar 3,32%. “Secara umum, kinerja impor Jatim selama Mei 2021 turun 13,27% dibandingkan bulan April 2021. Yaitu dari USD2,39 miliar menjadi USD2,08 miliar,” tandas Umar.
Penurunan nilai impor ini akibat kinerja impor sektor nonmigas Jatim yang turun lebih besar dibanding impor sektor migas yang justru meningkat. Impor migas bulan Mei 2021 ke Jatim naik 24,30%. Dari USD457,67 juta menjadi USD568,90 juta. Impor migas menyumbang 27,39% dari total impor Jatim pada Mei 2021.
Nilai impor migas ini justru naik 270,73% bila dibanding Mei 2020. Adapun nilai impor nonmigas justru turun 22,15% dibanding bulan sebelumnya. Dari USD1,94 miliar menjadi USD1,51 miliar. Impor nonmigas menyumbang 72,61% total impor Mei 2021 ke Jatim. “Dibandingkan Mei 2020, nilai impor nonmigas naik 35,82%.
Selama Mei 2021, impor Jatim masih didominasi bahan baku dan penolong dengan nilai USD1,51 miliar. Angka tersebut berkotontribusi 72,83% dari total impor. Sementara itu, impor barang -barang konsumsi merupakan golongan barang urutan berikutnya, dengan nilai USD445,16 juta. Nilai tersebut berkontribusi 21,43%. “Berikutnya barang-barang modal dengan kontribusi 5,74% atau setara USD119,14 juta,” tandas Umar.
Disusul dari Amerika Serikat dan Thailand yang berkontribusi masing-masing sebesar 6,88% dan 5,21%. Impor nonmigas dari Amerika Serikat sebesar USD103,69 juta. Sedangkan impor nonmigas dari Thailand sebesar USD 78,53 juta.
“Kelompok negara ASEAN juga menjadi pemasok utama barang ke Jatim selama Mei 2021 yang mencapai USD197,67 juta. Angka itu turun 28,12% dibanding bulan sebelumnya,” kata Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin dalam rilisnya, Selasa (15/6/2021).
Baca juga: Polda Jatim Bangun Kampung Tangguh Bersih Narkoba
Di kawasan ASEAN, Thailand menjadi negara utama asal impor nonmigas dengan nilai USD78,53 juta atau sebesar 5,21% dari total impor. Selanjutnya Singapura sebesar USD 50,04 juta dengan peranan sebesar 3,32%. “Secara umum, kinerja impor Jatim selama Mei 2021 turun 13,27% dibandingkan bulan April 2021. Yaitu dari USD2,39 miliar menjadi USD2,08 miliar,” tandas Umar.
Penurunan nilai impor ini akibat kinerja impor sektor nonmigas Jatim yang turun lebih besar dibanding impor sektor migas yang justru meningkat. Impor migas bulan Mei 2021 ke Jatim naik 24,30%. Dari USD457,67 juta menjadi USD568,90 juta. Impor migas menyumbang 27,39% dari total impor Jatim pada Mei 2021.
Nilai impor migas ini justru naik 270,73% bila dibanding Mei 2020. Adapun nilai impor nonmigas justru turun 22,15% dibanding bulan sebelumnya. Dari USD1,94 miliar menjadi USD1,51 miliar. Impor nonmigas menyumbang 72,61% total impor Mei 2021 ke Jatim. “Dibandingkan Mei 2020, nilai impor nonmigas naik 35,82%.
Selama Mei 2021, impor Jatim masih didominasi bahan baku dan penolong dengan nilai USD1,51 miliar. Angka tersebut berkotontribusi 72,83% dari total impor. Sementara itu, impor barang -barang konsumsi merupakan golongan barang urutan berikutnya, dengan nilai USD445,16 juta. Nilai tersebut berkontribusi 21,43%. “Berikutnya barang-barang modal dengan kontribusi 5,74% atau setara USD119,14 juta,” tandas Umar.
(msd)
tulis komentar anda