Banyak Warga Marah dan Emosi di Titik Penyekatan, Sosiolog: Masyarakat Frustasi Pandemi

Senin, 17 Mei 2021 - 07:05 WIB
Seorang wanita ngamuk kepada petugas karena tidak terima terkena penyekatan saat hendak menuju Wisata Anyer di Jalan Lingkar Selatan (JLS), Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Minggu (16/5/2021). Foto Instagram
BANDUNG - Sosiolog Universitas Padjadjaran (Unpad) Nunung Nurwati mengatakan, banyaknya warga yang marah marah saat terjaring di titik penyekatan karena masyarakat frustasi.

Menurut Nunung Nurwati, munculnya reaksi masyarakat adalah akumulasi dari berbagai persoalan yang muncul. Karena, pada dasarnya masyarakat sudah tahu adanya larangan mudik atau mobilitas.

"Sebenarnya mereka bukan tidak tahu. Mereka hanya coba coba dan nekat, karena ada informasi warga lain bisa lolos. Ketika mereka diminta putar balik, mereka enggak terima, sehingga marah," kata Nunung kepada MPI, Minggu (16/5/2021).



Baca juga: Polres Cilegon Buru Wanita yang Maki Petugas Penyekatan Menuju Jalur Anyer

Menurut dia, kemarahan itu bentuk akan sikap frustasi masyarakat. Frustasi muncul karena ada harapan yang tidak sampai, sehingga mereka frustasi. Yaitu harapan bisa lolos dan sampai kampung halaman, tetapi dicegat di jalan, sehingga mereka kecewa.

"Atau mungkin juga, kekecewaan masyarakat itu juga dipicu adanya informasi yang beredar bahwa ada WNA yang masuk ke Indonesia saat warga dilarang mobilitas. Jadi mereka bertanya tanya, kenapa WNA bisa masuk, sementara warga sendiri mau ke saudara dilarang. Itu memperngaruhi timbulnya emosi," beber dia.

Baca juga: Pasangan Selingkuh di Tuban Digerebek, Warga Mengamuk dan Merusak Balai Desa

Artinya, kata dia, kondisi itu menimbulkan akumulasi reaksi warga. Mestinya, pemerintah harus tegas dan adil, dalam menerapkan aturan kepada semua orang, baik WNA atau WNI atau siapapun. Sehingga tidak ada kecemburuan sosial.

"Pemerintah, juga mestinya membuat kebijakan satu konsep, misalnya antara Menteri perhubungan dnegan lainnya. Kemudian aturan berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Sehingga tidak memicu kecemburuan sosial," katanya.

Karena, diakuinya, masyrakat saat ini agak abai, tidak seperti tahun lalu, mayarakat sangat masih takut atas pandemi. Saat ini bukan berarti tidak takut, tapi sedikit mengabaikan. Berbeda sekali dengan tahun kemarin.

"Bisa jadi masyarakat sudah jenuh. Segala hal dibatasi dengan kebiasaan baru. Sementara mayarakat kita sukanya berkumpul. Dan berkumpul itu kebutuhan mendasar bagi masyarakat kita. Ini yang mesti terus disosialisasikan oleh pemerintah agar warga paham," imbuh Nunung.
(msd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content