Titik Air Mata Berda Asmara dan Ketegarannya Hadapi Kabar KRI Nanggala 402 Tenggelam
Minggu, 25 April 2021 - 12:39 WIB
SURABAYA - Mata Berda Asmara masih memerah. Ia mencoba untuk tetap tenang dan ikhlas setelah mendengar kabar KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam. Istri Serda Guntur Ari Prasetya itu seperti terbangun dari mimpi. Namun, mimpi itu menjadi kenyataan bersama KRI Nanggala 402 yang dinyatakan tenggelam di dasar lautan.
Beberapa tamu masih berdatangan di rumahnya yang berada di Jalan Pulo Tegalsari Wonokromo. Tepat bersebalahan dengan Jembatan Joyoboyo yang belum diresmikan. Beberapa kursi masih tertata rapi di bawah terik. "Saya mengikuti terus perkembangan dari KRI Nanggala 402 ," katanya, Minggu (25/4/2021).
Kipas angin di ruang tamunya terus berputar, namun tak mampu mendinginkan suasana hatinya . Apalagi siang itu di Surabaya begitu terik. Pantulan cahaya berkali-kali masuk ke rumahnya dari arah tiang Jembatan Joyoboyo yang begitu besar.
Sambil menyeka keringat di kening, ia mencoba untuk menerima keadaan saat ini. Sembari dalam hati kecilnya masih menyimpan bara harapan suaminya masih hidup dan bisa berkumpul dengan keluarga kembali.
Ponselnya berkali-kali berdering, suara lantang di ujung telepon menanyakan kabar dirinya. Ia mencoba untuk bisa tegar dan berharap ribuan doa yang dilayangkan untuk suaminya bisa menembus pintu langit.
Beberapa grup di WhatsApp (WA) juga masih terus dipantau. Saling berkabar dengan keluarga lainnya yang sesama kru kapal . "Saya belum bisa berkata banyak, lihat tayangan televisi juga jadi sedih," ungkapnya.
Dukungan dari keluarga dan teman serta para tetangga terus mengalir. Menguatkan hatinya untuk bisa tegar menerima kenyataan yang ada. Suaminya yang begitu penyayang tak akan hilang dalam kenangan.
Baca Juga
Beberapa tamu masih berdatangan di rumahnya yang berada di Jalan Pulo Tegalsari Wonokromo. Tepat bersebalahan dengan Jembatan Joyoboyo yang belum diresmikan. Beberapa kursi masih tertata rapi di bawah terik. "Saya mengikuti terus perkembangan dari KRI Nanggala 402 ," katanya, Minggu (25/4/2021).
Kipas angin di ruang tamunya terus berputar, namun tak mampu mendinginkan suasana hatinya . Apalagi siang itu di Surabaya begitu terik. Pantulan cahaya berkali-kali masuk ke rumahnya dari arah tiang Jembatan Joyoboyo yang begitu besar.
Sambil menyeka keringat di kening, ia mencoba untuk menerima keadaan saat ini. Sembari dalam hati kecilnya masih menyimpan bara harapan suaminya masih hidup dan bisa berkumpul dengan keluarga kembali.
Ponselnya berkali-kali berdering, suara lantang di ujung telepon menanyakan kabar dirinya. Ia mencoba untuk bisa tegar dan berharap ribuan doa yang dilayangkan untuk suaminya bisa menembus pintu langit.
Baca Juga
Beberapa grup di WhatsApp (WA) juga masih terus dipantau. Saling berkabar dengan keluarga lainnya yang sesama kru kapal . "Saya belum bisa berkata banyak, lihat tayangan televisi juga jadi sedih," ungkapnya.
Dukungan dari keluarga dan teman serta para tetangga terus mengalir. Menguatkan hatinya untuk bisa tegar menerima kenyataan yang ada. Suaminya yang begitu penyayang tak akan hilang dalam kenangan.
(eyt)
tulis komentar anda