Peringatan Hari Kartini, Gubernur Khofifah: Perempuan Berperan Gerakkan Ekonomi Bangsa
Kamis, 22 April 2021 - 05:25 WIB
Program ini memberi nilai tambah kepada perempuan. Pendapatan tambahan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Peningkatan kesejahteraan akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada tingkat daerah maupun provinsi. Perempuan masa kini memiliki peran yang cukup kompleks. Dulu, perempuan hanya diibaratkan sebagai kanca wingking.
“Mereka hanya tahu urusan dapur. Karena itu, pendidikan dianggap tidak penting bagi mereka.
Pemahaman itu sudah berubah. Kartini mengubah semuanya. Perempuan kelahiran Jepara itu memiliki cita-cita yang luar biasa. Dia menjadi pendobrak pemahaman tentang perempuan yang berlaku pada zaman dulu,” tegas Khofifah.
Pada usia 12 tahun, dia dipingit. Kartini memang berbeda dengan perempuan di masa itu. Dia bisa berbahasa Belanda. Selama dipingit, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat itu tetap belajar.
Dia menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Kartini melihat kemajuan berpikir perempuan Eropa.
Informasi yang dia serap mendorong semangat Kartini untuk memajukan perempuan di Indonesia. Dia ingin perempuan Indonesia sama dengan di Eropa. Di sana, perempuan dan lelaki memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak seperti di Indonesia yang berada pada status sosial terendah.
Kartini terus mewujudkan eksistensinya. Dia berhasil menjadikan perempuan sejajar degan lelaki. Memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tentu dengan tidak meninggalkan kodratnya.
“Di masa pandemi COVID-19 ini, perempuan juga mempunyai peran yang sama pentingnya. Bahkan, perempuan sangat dibutuhkan dalam mendorong penerapan standar protokol kesehatan rumah tangga. Mereka adalah elemen terdepan dalam mencegah klaster rumah tangga,” papar Khofifah.
Lihat Juga: Peringati Hari Kartini, Sivitas Akademika UGM Keluarkan Pernyataan Sikap Atas Rusaknya Demokrasi
“Mereka hanya tahu urusan dapur. Karena itu, pendidikan dianggap tidak penting bagi mereka.
Pemahaman itu sudah berubah. Kartini mengubah semuanya. Perempuan kelahiran Jepara itu memiliki cita-cita yang luar biasa. Dia menjadi pendobrak pemahaman tentang perempuan yang berlaku pada zaman dulu,” tegas Khofifah.
Pada usia 12 tahun, dia dipingit. Kartini memang berbeda dengan perempuan di masa itu. Dia bisa berbahasa Belanda. Selama dipingit, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat itu tetap belajar.
Dia menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Kartini melihat kemajuan berpikir perempuan Eropa.
Informasi yang dia serap mendorong semangat Kartini untuk memajukan perempuan di Indonesia. Dia ingin perempuan Indonesia sama dengan di Eropa. Di sana, perempuan dan lelaki memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak seperti di Indonesia yang berada pada status sosial terendah.
Kartini terus mewujudkan eksistensinya. Dia berhasil menjadikan perempuan sejajar degan lelaki. Memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tentu dengan tidak meninggalkan kodratnya.
“Di masa pandemi COVID-19 ini, perempuan juga mempunyai peran yang sama pentingnya. Bahkan, perempuan sangat dibutuhkan dalam mendorong penerapan standar protokol kesehatan rumah tangga. Mereka adalah elemen terdepan dalam mencegah klaster rumah tangga,” papar Khofifah.
Lihat Juga: Peringati Hari Kartini, Sivitas Akademika UGM Keluarkan Pernyataan Sikap Atas Rusaknya Demokrasi
(msd)
tulis komentar anda