Presiden Malioboro Umbu Landu Paranggi Tutup Usia, Ini Sosoknya
Selasa, 06 April 2021 - 11:19 WIB
DENPASAR - Penyair legendaris Umbu Landu Paranggi meninggal dunia dalam usia 77 tahun di Rumah Sakit Bali Mandara, Sanur, Denpasar, Bali , Selasa (6/4/2021) dini hari.
Baca juga: Penyair Umbu Landu Paranggi Berpulang
Umbu merupakan sosok yang dikenal sebagai "Presiden Malioboro" karena banyak bergiat di kawasan Malioboro, Yogyakarta itu pada dasawarsa 1970an bersama PSK (Persada Studi Klub). PSKdidirikannya dengan sekian banyak kawan dan muridnya. Di antaranya seperti Linus Suryadi AG, Iman Budi Santosa, Korrie Layun Rampan, Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas, dan lainnya.
Baca juga: Penyair AS Raih Nobel Bidang Sastra
Kabar berpulangnya Umbu ramai dikabarkan banyak pegiat sastra melalui media sosial. "Sahabat kita, bung Umbu, berpulang. Guru batin kami pamitan dinihari tadi," tulis penyair Warih Wisatsana di akun Facebooknya.
Meninggalnya Umbu juga disampaikan oleh Komunitas Kenduri Cinta dalam akun Twitter @kenduricinta yang mengungkapkan duka cita mendalam atas meninggalnya Umbu. "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun... Duka kami, mengantarmu ke huma yang sejati Bapak Umbu Landu Paranggi. Pada hari Selasa tanggal 6 April 2021 pukul 03.55 WITA di RS Bali Mandara. #MaiyahBerduka."
Ucapan duka cita juga datang dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang lama tinggal di Yogyakarta. "Selamat jalan Umbu Landu Paranggi. Presiden Malioboro sekaligus guru dari para guru penyair Tanah Air," tulis Ganjar di akun twitter @ganjarpranowo.
"Umbu Landu Paranggi, mahaguru para penyair di Indonesia, wafat. Pergilah kuda Sumba kami. Dalam kilat derapmu. Menuju ufuk jauh. Ringkikmu menggema, di ladang ilalang terbuka Folded hands," tulis @puthutea.
Umbu lahir di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943. Awalnya, pada tahun 1969, Umbu mengasuh rubrik sastra di mingguan Pelopor Yogya. Kantornya ada di Jalan Malioboro.
Dia bersama Iman Budhi Santosa, Teguh Ranusastra Asmara, Ragil Suwarno Pragolopati, Suparno S. Adhy, Ipan Sugiyanto Sugito, Mugiyono Gitowarsono, kemudia mendirikan Persada Studi Klub (PSK).
Umbu pulang kampung ke Sumba pada tahun 1975. Tiga tahun kemudian dia menetap di Bali. Pada 1979, ia menjadi redaktur sastra di harian Bali Post dan menjadi guru bagi para sastrawan muda Bali. Beberapa muridnya di Bali antara lain, Putu Fajar Arcana, Cok Sawitri, Oka Rusmini hingga Raudal Tanjung Banua.
Alumnus jurusan Sosiatri, Fisipol UGM ini betah menetap dan banyak berkesenian di Bali hingga meninggal. Banyak pencapaian dan pengakuan atas sepak terjangnya sebagai penyair atau seniman. Antara lain Umbu mendapatkan Penghargaan Seni pada tahun 2019 dari Akademi Jakarta.
Baca juga: Penyair Umbu Landu Paranggi Berpulang
Umbu merupakan sosok yang dikenal sebagai "Presiden Malioboro" karena banyak bergiat di kawasan Malioboro, Yogyakarta itu pada dasawarsa 1970an bersama PSK (Persada Studi Klub). PSKdidirikannya dengan sekian banyak kawan dan muridnya. Di antaranya seperti Linus Suryadi AG, Iman Budi Santosa, Korrie Layun Rampan, Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas, dan lainnya.
Baca juga: Penyair AS Raih Nobel Bidang Sastra
Kabar berpulangnya Umbu ramai dikabarkan banyak pegiat sastra melalui media sosial. "Sahabat kita, bung Umbu, berpulang. Guru batin kami pamitan dinihari tadi," tulis penyair Warih Wisatsana di akun Facebooknya.
Meninggalnya Umbu juga disampaikan oleh Komunitas Kenduri Cinta dalam akun Twitter @kenduricinta yang mengungkapkan duka cita mendalam atas meninggalnya Umbu. "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun... Duka kami, mengantarmu ke huma yang sejati Bapak Umbu Landu Paranggi. Pada hari Selasa tanggal 6 April 2021 pukul 03.55 WITA di RS Bali Mandara. #MaiyahBerduka."
Ucapan duka cita juga datang dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang lama tinggal di Yogyakarta. "Selamat jalan Umbu Landu Paranggi. Presiden Malioboro sekaligus guru dari para guru penyair Tanah Air," tulis Ganjar di akun twitter @ganjarpranowo.
"Umbu Landu Paranggi, mahaguru para penyair di Indonesia, wafat. Pergilah kuda Sumba kami. Dalam kilat derapmu. Menuju ufuk jauh. Ringkikmu menggema, di ladang ilalang terbuka Folded hands," tulis @puthutea.
Umbu lahir di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943. Awalnya, pada tahun 1969, Umbu mengasuh rubrik sastra di mingguan Pelopor Yogya. Kantornya ada di Jalan Malioboro.
Dia bersama Iman Budhi Santosa, Teguh Ranusastra Asmara, Ragil Suwarno Pragolopati, Suparno S. Adhy, Ipan Sugiyanto Sugito, Mugiyono Gitowarsono, kemudia mendirikan Persada Studi Klub (PSK).
Umbu pulang kampung ke Sumba pada tahun 1975. Tiga tahun kemudian dia menetap di Bali. Pada 1979, ia menjadi redaktur sastra di harian Bali Post dan menjadi guru bagi para sastrawan muda Bali. Beberapa muridnya di Bali antara lain, Putu Fajar Arcana, Cok Sawitri, Oka Rusmini hingga Raudal Tanjung Banua.
Alumnus jurusan Sosiatri, Fisipol UGM ini betah menetap dan banyak berkesenian di Bali hingga meninggal. Banyak pencapaian dan pengakuan atas sepak terjangnya sebagai penyair atau seniman. Antara lain Umbu mendapatkan Penghargaan Seni pada tahun 2019 dari Akademi Jakarta.
(shf)
tulis komentar anda