Webinar Pengajian Akbar LDII DKI Jakarta : Orang Saleh Terlihat dari Keluarga yang Rukun

Selasa, 16 Maret 2021 - 14:53 WIB
Lain halnya dengan otak wanita, tidak disatukan tapi menghubungkan satu masalah dengan masalah yang lain. Seakan-akan anggapan kaum pria, wanita segala masalah diurus. Maksudnya dari hal ini, KH Aceng mengatakan bukan untuk saling menyalahkan antara laki-laki dan perempuan, tapi saling memaklumi.

Para pemuda laki-laki atau perempuan perlu membekali diri dalam keimanan dan akhlak. Laki-laki sebagai suami perlu meluruskan akidah sendiri, baru meluruskan akidah istri. Kualitas keimanan seseorang ditentukan dalam akhlak sehari-hari.

Baca Juga: Hadapi Era 4.0, LDII Fokus pada Pendidikan Berbasis Digital

Orang terbaik bagi keluarganya adalah yang terbaik memperlakukan istrinya dan keluarganya. Dinamika tahun pertama pernikahan bisa jadi mengeluarkan sifat atau karakter asli dari tiap pasangan. Usaha untuk menengahi konflik, sabar, usaha, mediasi. Sabar dalam azzawajir aniq tarofa kaba'ir yakni memaklumi dan memaafkan.

Pertikaian suami istri biasanya disebabkan karena komunikasi yang tidak berjalan. Suami punya hak atas istri, dan istri punya hak atas suami. Tidak bisa juga sekadar menuntut hak, tapi juga menjalankan kewajibannya.

Kyai Aceng mencontohkan saat Nabi dalam kondisi harus menenangkan para sahabat yang terpaksa pulang ke Madinah karena tidak bisa ibadah umroh, Nabi meminta saran dari Ummi Salamah istrinya agar para sahabat mau menjalankan perintah Nabi.

Saat itu Ummi Salamah mengajukan satu usulan, agar Nabi langsung memberi contoh kepada para sahabat untuk menyembelih dan cukur sebagai interpretasi setelah melakukan umroh. Dari cerita itu, Nabi seharusnya dibimbing oleh wahyu, tapi pada saat keadaan itu istrinya memberi masukan, Nabi tetap menerima dan menjalankan. Rasulullah tetap rendah hati untuk mendengarkan dari istrinya. Terkait hal itu, para wanita hendaknya juga memiliki sifat yang baik kepada para laki-laki terutama suaminya.

Kyai Aceng menerangkan ada 4 golongan wanita penghuni surga dan 4 wanita penghuni neraka, yakni imro’atan afifah (wanita yang terjaga) tidak berbuat dosa, pelanggaran, takut untuk melanggar, taat kepada Allah dan suaminya. Kedua, wanita yang subur peranakan serta sabar dan selalu syukur bersama suaminya. Sabar dan bersikap qoni’ah.

Ketiga, wanita yang memiliki rasa malu, jika suaminya pergi, dia menjaga kehormatan dirinya dan menjaga harta suaminya. Keempat, wanita yang ditinggal mati suaminya sementara dia punya beberapa anak yang masih kecil-kecil. Wanita itu menahan diri untuk tidak menikah lagi demi mendidik dan menjaga anak-anaknya. Pengorbanan seperti itu bukan sia-sia tapi pengorbanan calon penghuni surga.

Ada pun 4 golongan perempuan penghuni neraka; wanita yang jelek ucapannya, tidak menjaga kehormatan dirinya, lalu wanita yang membebani suami hal yang di luar kemampuan suami. Yang ketiga, wanita yang tidak menutup aurat dari yang bukan mahram, lalu keempat adalah wanita yang tidak punya program kegiatan selain makan, minum, dan tidur. Tidak ada semangat untuk ibadah, tidak patuh kepada Allah dan Rasul, dan pada suami.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content