Pertumbuhan Ekonomi Maros Anjlok Selama Pandemi Covid-19
Selasa, 09 Maret 2021 - 18:00 WIB
MAROS - Realitas pertumbuhan ekonomi Maros anjlok hingga minus 10,87 di awal pemerintahan Chaidir Syam dan Suhartina Bohari sebagai bupati dan wakil bupati . Angka ini bahkan menjadi yang terendah di Sulawesi Selatan selama tahun berjalan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Maros , Muh Alwi mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Maros tahun 2019 berada di angka 1,24 persen dan mengalami kontraksi/ penurunan hingga minus 10,87 persen.
"Data BPS pertumbuhan ekonomi kita di Maros untuk tahun ini memang menurun hingga minus 10,87 persen dari tahun sebelumnya sebesar 1,24 persen. Kondisi ini memang dialami oleh semua daerah, tapi Maros yang paling tinggi di Sulsel," katanya, Selasa (09/03/2021).
Alwi menjelaskan, dari 17 sektor yang menjadi indikator pertumbuhan ekonomi, sektor transportasi khususnya udara menjadi penyumbang terbesar penurunan ekonomi di Maros . Selain itu, sektor industri pergudangan dan pertambangan galian dan bukan logam juga mengalami hal sama termasuk di sektor pertanian.
"Sektor transportasi itulah yang paling banyak mengalami penurunan, nilainya mencapai 40 persen, terus pertambangan minus 7,23 persen. Kalau pertanian sebelumnya 5,29 turun menjadi minus 2 persen," lanjutnya.
Penurunan drastis tiga sektor itu, kata Alwi, disebabkan karena faktor alam, termasuk adanya pandemi Covid-19. Di sektor transportasi utamanya di Bandara menurutnya disebabkan turunnya jumlah penumpang.
Penurunan sektor industri , pergudangan dan juga pertambangan itu, kata dia juga disebabkan lesunya pasar dampak dari pandemi yang otomatis menyebabkan penurunan jumlah produksi.
"Sementara untuk pertanian itu disebabkan adanya keterlambatan panen di tahun 2019. Jadi faktornya memang karena pandemi dan faktor alam. Itu semua tidak bisa kita kendalikan," terangnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Maros , Muh Alwi mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Maros tahun 2019 berada di angka 1,24 persen dan mengalami kontraksi/ penurunan hingga minus 10,87 persen.
"Data BPS pertumbuhan ekonomi kita di Maros untuk tahun ini memang menurun hingga minus 10,87 persen dari tahun sebelumnya sebesar 1,24 persen. Kondisi ini memang dialami oleh semua daerah, tapi Maros yang paling tinggi di Sulsel," katanya, Selasa (09/03/2021).
Alwi menjelaskan, dari 17 sektor yang menjadi indikator pertumbuhan ekonomi, sektor transportasi khususnya udara menjadi penyumbang terbesar penurunan ekonomi di Maros . Selain itu, sektor industri pergudangan dan pertambangan galian dan bukan logam juga mengalami hal sama termasuk di sektor pertanian.
"Sektor transportasi itulah yang paling banyak mengalami penurunan, nilainya mencapai 40 persen, terus pertambangan minus 7,23 persen. Kalau pertanian sebelumnya 5,29 turun menjadi minus 2 persen," lanjutnya.
Penurunan drastis tiga sektor itu, kata Alwi, disebabkan karena faktor alam, termasuk adanya pandemi Covid-19. Di sektor transportasi utamanya di Bandara menurutnya disebabkan turunnya jumlah penumpang.
Penurunan sektor industri , pergudangan dan juga pertambangan itu, kata dia juga disebabkan lesunya pasar dampak dari pandemi yang otomatis menyebabkan penurunan jumlah produksi.
"Sementara untuk pertanian itu disebabkan adanya keterlambatan panen di tahun 2019. Jadi faktornya memang karena pandemi dan faktor alam. Itu semua tidak bisa kita kendalikan," terangnya.
tulis komentar anda