Ponpes Pancasila Salatiga Isi Ramadhan dengan Kajian Kitab Kuning
Jum'at, 15 Mei 2020 - 18:00 WIB
SALATIGA - Suasana Pondok Pesantren (Ponpes) Pancasila yang berada di Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga selama Ramadhan berbeda dengan hari biasa. Ponpes yang diasuh oleh Kiai Haji Muhlasin ini memiliki tradisi melakukan kajian kitab kuning selama bulan puasa.
Para santri dan santriwati yang duduk terpisah sangat antusias menyimak keterangan dari ustaz yang mengulas kajian kitab kuning. Kajian ini wajib bagi kelas 1, 2 dan 3 pondok. Kelas 1, terdiri dari siswa MI/SD, kelas II dari MTS, dan kelas III dari SMK dan perguruan tinggi.
Kajian kitab kuning itu dilakukan setelah salat asar. Tidak itu saja, ada lagi kajian agama yang dilakukan setelah salat subuh. Kegiatan tersebut setiap hari diikuti ratusan santri dan santriwati.(Baca Juga: An Najah, Potret Pondok Pesantren Dorong Kemandirian Ekonomi Santri)
Salah seorang ustaz di Ponpes Pancasila, M Nasirudin menuturkan, kajian kitab kuning ini dilakukan sejak hari pertama hingga hari ke-27 Ramadan. "Ini kami lakukan karena setelah tanggal itu, para santri dan santriwati mudik, maka sampai tanggal 27 Ramadhan," katanya, Kamis (14/5/2020).
Menurut Nasirudin, kitab kuning yang dipejari di Ponpes Pancasila berasal dari Kediri. Ada tiga kelompok kajian kitab kuning, sesuai dengan kelasnya. Jika kelas I, ada tiga kitab yang dipelajari, meliputi fasholatan yang berisi tentang tata cara berwudhu dan salat. Kemudian Alquran dengan menghafal surat-surat. Kemudian tareh nabi atau sejarah nabi.
"Untuk kelas II, lebih banyak lagi yang dipelajari dari kitab kuning. Sedangkan untuk kelas III, lebih mendalam," ujarnya.
Lebih jauh Nasirudin mengungkapkan, dalam mengkaji kitab kuning, Ponpes Pancasila menggunakan sistem bandongan, di mana sang ustaz membaca kitab dan maknanya. Kemudian para santri dan santriwati menulis apa yang telah disampaikan sang guru. Dengan begitu, belajar sekaligus memahami maknanya. "Setelah selesai mempelajari kitab kuning, mereka langsung buka puasa bersama, dilanjutkan salat magrib dan taraweh," katanya.
Yuli santriwati kelas II ini mengaku sangat senang bisa menimba ilmu di Ponpes Pancasila. Terlebih saat bulan Ramadhan, diisi dengan kajian kitab kuning. "Ada kajian kitab kuning di bulan Ramadhan. Dengan demikian ilmu dan pengetahuan kita tentang agama bertambah," katanya.
Sementara itu, pengasuh Ponpes Pancasila, Kiai Muhlasin menyatakan, ponpesnya menggabungkan dua unsur ilmu pengetahuan umum dan agama, sehingga ilmu pengetahuan pun juga berkembang dengan baik. Dari mulai MI, MTs dan SMK. "Banyak santri lulusan Ponpes Pancasila yang menjadi orang sukses," katanya.
Semua tak lepas dari visi dan misi Kiai Muhlasin yang terus berjuang dan berdakwah melalui pesantrennya dengan menanamkan aqidah Ahlussunah Wal Jamaah serta menjadikan santri yang ahli fikir, dzikir dan ahli iktiar.
Para santri dan santriwati yang duduk terpisah sangat antusias menyimak keterangan dari ustaz yang mengulas kajian kitab kuning. Kajian ini wajib bagi kelas 1, 2 dan 3 pondok. Kelas 1, terdiri dari siswa MI/SD, kelas II dari MTS, dan kelas III dari SMK dan perguruan tinggi.
Kajian kitab kuning itu dilakukan setelah salat asar. Tidak itu saja, ada lagi kajian agama yang dilakukan setelah salat subuh. Kegiatan tersebut setiap hari diikuti ratusan santri dan santriwati.(Baca Juga: An Najah, Potret Pondok Pesantren Dorong Kemandirian Ekonomi Santri)
Salah seorang ustaz di Ponpes Pancasila, M Nasirudin menuturkan, kajian kitab kuning ini dilakukan sejak hari pertama hingga hari ke-27 Ramadan. "Ini kami lakukan karena setelah tanggal itu, para santri dan santriwati mudik, maka sampai tanggal 27 Ramadhan," katanya, Kamis (14/5/2020).
Menurut Nasirudin, kitab kuning yang dipejari di Ponpes Pancasila berasal dari Kediri. Ada tiga kelompok kajian kitab kuning, sesuai dengan kelasnya. Jika kelas I, ada tiga kitab yang dipelajari, meliputi fasholatan yang berisi tentang tata cara berwudhu dan salat. Kemudian Alquran dengan menghafal surat-surat. Kemudian tareh nabi atau sejarah nabi.
"Untuk kelas II, lebih banyak lagi yang dipelajari dari kitab kuning. Sedangkan untuk kelas III, lebih mendalam," ujarnya.
Lebih jauh Nasirudin mengungkapkan, dalam mengkaji kitab kuning, Ponpes Pancasila menggunakan sistem bandongan, di mana sang ustaz membaca kitab dan maknanya. Kemudian para santri dan santriwati menulis apa yang telah disampaikan sang guru. Dengan begitu, belajar sekaligus memahami maknanya. "Setelah selesai mempelajari kitab kuning, mereka langsung buka puasa bersama, dilanjutkan salat magrib dan taraweh," katanya.
Yuli santriwati kelas II ini mengaku sangat senang bisa menimba ilmu di Ponpes Pancasila. Terlebih saat bulan Ramadhan, diisi dengan kajian kitab kuning. "Ada kajian kitab kuning di bulan Ramadhan. Dengan demikian ilmu dan pengetahuan kita tentang agama bertambah," katanya.
Sementara itu, pengasuh Ponpes Pancasila, Kiai Muhlasin menyatakan, ponpesnya menggabungkan dua unsur ilmu pengetahuan umum dan agama, sehingga ilmu pengetahuan pun juga berkembang dengan baik. Dari mulai MI, MTs dan SMK. "Banyak santri lulusan Ponpes Pancasila yang menjadi orang sukses," katanya.
Semua tak lepas dari visi dan misi Kiai Muhlasin yang terus berjuang dan berdakwah melalui pesantrennya dengan menanamkan aqidah Ahlussunah Wal Jamaah serta menjadikan santri yang ahli fikir, dzikir dan ahli iktiar.
(abd)
tulis komentar anda