Melihat Lebih Jauh i-Nose C-19, Pendeteksi COVID-19 Lewat Bau Keringat Ketiak

Minggu, 17 Januari 2021 - 13:51 WIB
i-Nose C-19 merupakan alat screening COVID-19 pertama di dunia yang mendeteksi melalui bau keringat ketiak.Foto/ist
SURABAYA - Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD mengembangkan inovasi alat pendeteksi COVID-19 melalui bau keringat ketiak yang dinamakan i-Nose C-19. Inovasi ini diharapkan bisa menjadi terobosan baru di tengah pandemi COVID-19 yang masih menganas.

i-Nose C-19 merupakan alat screening COVID-19 pertama di dunia yang mendeteksi melalui bau keringat ketiak. Alat ini bekerja dengan cara mengambil sampel dari bau keringat ketiak seseorang dan memprosesnya menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Prof Ryan menuturkan, dengan menggunakan screening bau keringat ketiak, teknologi ini memiliki keunggulan dibandingkan screening melalui pernafasan. “Keringat ketiak adalah non-infectious, yang berarti limbah maupun udara buangan i-Nose C-19 tidak mengandung virus COVID-19,” katanya, Minggu (17/1/2021).



Baca juga: Mulai Bermunculan Kampanye Anti Vaksin, Bagaimana Cara Meredamnya?

Ia menambahkan, alat ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi screening COVID-19 lainnya. Sampling dan proses berada dalam satu alat, sehingga seseorang dapat langsung melihat hasil screening pada i-Nose C-19. Hal ini tentunya menjamin proses yang lebih cepat. ”i-Nose C-19 juga dilengkapi fitur near-field communication (NFC), sehingga pengisian data cukup dengan menempelkan e-KTP pada alat deteksi cepat COVID-19 ini,” ucapnya.

Prof Ryan juga membeberkan, data dalam i-Nose C-19 terjamin handal karena penyimpanannya pada alat maupun cloud. Penggunaan cloud computing mendukung i-Nose C-19 dapat terintegrasi dengan publik, pasien, dokter, rumah sakit maupun laboratorium.

”Dengan berbagai kelebihan yang ada, i-Nose C-19, karya anak bangsa, hadir untuk menjawab tantangan pandemi COVID-19 yang belum terkendali,” imbuhnya.

Baca juga: Penerapan PPKM, Pelanggar Protokol Kesehatan di Sidoarjo Masih Tinggi

Selain terjamin dari segi biaya karena menggunakan komponen teknologi yang murah, i-Nose C-19 juga tidak membutuhkan keahlian khusus dalam implementasinya. “Scanner ini dapat dilakukan oleh semua orang dengan perangkat pengaman yang lebih sederhana yakni hanya sarung tangan dan masker sebagai perlindungan dasar,” sambungnya.

Bagi Prof Ryan, i-Nose C-19 merupakan hasil penelitian selama empat tahun yang kemudian dioptimalkan dengan menyesuaikan virus COVID-19 sejak Maret 2019 lalu. Saat ini, i-Nose C-19 telah sampai pada fase satu uji klinis. “Ke depannya akan ditingkatkan lagi data sampling-nya untuk izin edar dan dapat dikomersialkan ke masyarakat,” ungkapnya.

Ryan berharap, semoga i-Nose C-19 ini dapat segera dikomersialkan dalam waktu maksimal tiga bulan ke depan. “Melihat semakin meningkatnya penyebaran virus COVID-19 ini dunia membutuhkan banyak teknologi screening yang mudah dan cepat diimplementasikan,” jelasnya.
(msd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content