2 Minggu Fase Erupsi, Merapi Semburkan 7 Kali Awan Panas Guguran
Sabtu, 16 Januari 2021 - 19:20 WIB
SLEMAN - Gunung Merapi di perbatasan Sleman DIY, Magelang, Boyolali dan Klaten, Jawa Tengah sudah memasuki fase erupsi per 4 Januari 2021.
Erupsi ditandai dengan munculnya api diam dan lava pijar di sektor barat daya pada dasar lava 97. Hal ini berdasarkan citra satelit dan di bekas lava 97 ada material baru.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegempaan Geologi (BPPTKG) mencatat sejak fase erupsi hingga 16 Januari telah terjadi 7 kali awan panas guguran ke arah barat.
Kasi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan pada fase erupsi, tanggal 4 Januari berupa lava pijar, kemudian pada 4 Januari 2021 ada awan panas guguran, sebanyak 4 kali, kemudian tanggal 9, 13 dan 16 Januari 2021 masing-masing 1 kali, total hingga 16 Januari 2021 sudah sebanyak 7 kali.
“Saat ini erupsi masih kecil dan belum membahaykan di pemukiman. Sehingga masyarakat dapat memyaksikan dari jarak jauh,” kata Agus Budi saat zoom meeting informasi aktivitas Merapi terkini, Sabtu (16/1/2021).
Untuk awan panas guguran yang terjadi Sabtu (16/1/2021) pukul 04.00 WIB dari jejak jaraknya paling jauh dibandingkan awan panas berikutnya, yakni 1,5 kilometer (km) dengan arah ke sungai Boyong dan percabangan ke sungai Bedog, Kuning dan Krasak.
Sedangkan untuk guguran lava pijar, lebih sering terjadi, hanya saja teramati atau tidak secara visual tergantung cuaca.
Jika cuaca cerah bisa teramati berapa kali terjadi guguran lava pijar. Seperti 14 Januari 2021, karena cuacar cerah, bisa terekam beberapa kali di stasium pemantauan dan petugas yang melakukan pemgamatan.
“Secara umum dari seismograf akhir-akhir ini didominasi gempa gugurran, sebagai representasi guguran lava baru ke arah barat daya. Namun begitu, tetap harus mewaspadai sektor barat laut jika bergerak lagi,” paparnya.
Ia menjelaskan untuk saat ini fokus pengamat arah barat daya, sehingga analisis motfologi lebih ditekankan saat ini.
“Kesimpulan dari aktibitas saaat ini, adalah adanya penuruan kegempaan dan deformasi yang cukup drastis,” jelasnya.
Erupsi ditandai dengan munculnya api diam dan lava pijar di sektor barat daya pada dasar lava 97. Hal ini berdasarkan citra satelit dan di bekas lava 97 ada material baru.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegempaan Geologi (BPPTKG) mencatat sejak fase erupsi hingga 16 Januari telah terjadi 7 kali awan panas guguran ke arah barat.
Kasi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan pada fase erupsi, tanggal 4 Januari berupa lava pijar, kemudian pada 4 Januari 2021 ada awan panas guguran, sebanyak 4 kali, kemudian tanggal 9, 13 dan 16 Januari 2021 masing-masing 1 kali, total hingga 16 Januari 2021 sudah sebanyak 7 kali.
“Saat ini erupsi masih kecil dan belum membahaykan di pemukiman. Sehingga masyarakat dapat memyaksikan dari jarak jauh,” kata Agus Budi saat zoom meeting informasi aktivitas Merapi terkini, Sabtu (16/1/2021).
Untuk awan panas guguran yang terjadi Sabtu (16/1/2021) pukul 04.00 WIB dari jejak jaraknya paling jauh dibandingkan awan panas berikutnya, yakni 1,5 kilometer (km) dengan arah ke sungai Boyong dan percabangan ke sungai Bedog, Kuning dan Krasak.
Sedangkan untuk guguran lava pijar, lebih sering terjadi, hanya saja teramati atau tidak secara visual tergantung cuaca.
Jika cuaca cerah bisa teramati berapa kali terjadi guguran lava pijar. Seperti 14 Januari 2021, karena cuacar cerah, bisa terekam beberapa kali di stasium pemantauan dan petugas yang melakukan pemgamatan.
“Secara umum dari seismograf akhir-akhir ini didominasi gempa gugurran, sebagai representasi guguran lava baru ke arah barat daya. Namun begitu, tetap harus mewaspadai sektor barat laut jika bergerak lagi,” paparnya.
Ia menjelaskan untuk saat ini fokus pengamat arah barat daya, sehingga analisis motfologi lebih ditekankan saat ini.
“Kesimpulan dari aktibitas saaat ini, adalah adanya penuruan kegempaan dan deformasi yang cukup drastis,” jelasnya.
(boy)
tulis komentar anda