Begini Konsep Tradisi Dugderan di Tengah Pandemi Corona

Jum'at, 17 April 2020 - 09:34 WIB
Ilustrasi tradisi dugderan. Foto: DOK Okezone
SEMARANG - Tradisi dugderan menyambut Bulan Suci Ramadan di Kota Semarang Jawa Tengah akan terasa sangat berbeda. Di tengah pandemi Covid-19, tak akan ada lagi arak-arakan Warak Ngendhog yang menjadi ciri khas tradisi ini.

“Diskusinya ada dua hal. Pertama adalah sebuah prosesi yang ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa sebentar lagi Ramadan datang tapi di tengah situasi Covid-19,” kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Kamis (16/4/2020).

“Maka dalam pandangan saya dan insya Allah ini menjadi keputusan kami nanti. Prosesi dugderan ini, cukup saya sama bu wakil wali kota yang datang ke Masjid Agung Kauman Semarang, diterima 1 atau 2 kiai takmir masjid tersebut. Kemudian takmir itu akan woro-woro atau menyampaikan kepada masyarakat lewat pengeras masjid,” beber dia.



Dengan prosesi sederhana itu, maka tradisi tetap berjalan sekaligus mematuhi anjuran pemerintah untuk tidak menciptakan kerumunan. Sebab, pada tradisi dugderan tahun-tahun sebelumnya selalu dipadati ribuan orang dari berbagai daerah.

“Jadi tetap dilakukan (dugderan), tapi konsepnya sangat sederhana. Tidak ada arak-arakan, tidak ada masyarakat yang terlibat, tapi bahwa upaya untuk mengumumkan kepada masyarakat sebentar lagi Ramadan tetap akan dilaksanakan,” jelasnya.

Dugderan merupakan tradisi menyambut BUlan Suci Ramadan di Kota Semarang. Kata ini berasal dari suara bedug yang berbunyi “dug” serta suara meriam yang menggelegar “der”. Oleh karenanya dalam setiap tradidi dugderan akan dilakukan pemukukan bedug serta menyalakan meriam. “Suara meriamnya tetap (ada),” tandasnya.
(nun)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content