Menyelamatkan Lingkungan di Tengah Pandemi, Ini Aksi Para Pelaku Eco School
Jum'at, 08 Januari 2021 - 17:35 WIB
"Contoh tadi ada SDN Menanggal yang mengolah kompos sampai bisa menghasilkan 1 ton kompos. Juga beberapa SD lain yang bisa sampai tiga ton. Ini kan luar biasa. Hal seperti ini yang kita harapkan sehingga nanti sampai bisa tereduksi dari hulunya," jelasnya.
WS juga mengungkapkan, Pemkot Surabaya terus berupaya menekan volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Upaya pemkot ini salah satunya dilakukan dengan cara mengelola sampah menjadi energi listrik.
"Kita harapkan tidak terus bertambah volumenya yang di TPA, walaupun penduduk Surabaya bertambah. Tetapi, ada penyelesaian di hulu, pengolahan di hulu, baik di sekolah, rumah tangga dan kampung-kampung sehingga juga bermanfaat bagi warga," ucapnya.
Presiden Tunas Hijau Mochamad Zamroni menambahkan, gerakan Sekolah dan Keluarga Sadar Iklim 2020 diluncurkan pada 23 September 2020. Kemudian pada 25 September 2020 dilakukan workshop secara virtual. “Semua mulai aksi pada 1 Oktober 2020. Aksi dilakukan selama 77 hari,” kata Zamroni.
Dalam setiap aksi, tambahnya, setiap sekolah mengirimkan peserta sebanyak 10 keluarga. Peserta ini bisa berasal dari keluarga siswa, guru, atau karyawan sekolah. Selama program berlangsung, tercatat ada 4.200 keluarga dengan sekitar 28.100 aksi. “Aksi paling mudah memang belanja dalam kemasan besar atau menghindari belanja sasetan. Aksi tersebut banyak dilakukan oleh keluarga sadar iklim,” katanya.
Selain itu, Zamroni menyebut, ada pula aksi merawat tanaman di rumah, mengumpulkan minyak jelantah dengan mengajak tetangga sekitar, memilah sampah organik dan non organik, membuat pupuk kompos, dan lain sebagainya. “Para keluarga yang menang, memang intensitas aksinya cukup tinggi. Aksi ini berulang kali dilakukan dan jadi pembiasaan sehari-hari,” ujarnya.
WS juga mengungkapkan, Pemkot Surabaya terus berupaya menekan volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Upaya pemkot ini salah satunya dilakukan dengan cara mengelola sampah menjadi energi listrik.
"Kita harapkan tidak terus bertambah volumenya yang di TPA, walaupun penduduk Surabaya bertambah. Tetapi, ada penyelesaian di hulu, pengolahan di hulu, baik di sekolah, rumah tangga dan kampung-kampung sehingga juga bermanfaat bagi warga," ucapnya.
Presiden Tunas Hijau Mochamad Zamroni menambahkan, gerakan Sekolah dan Keluarga Sadar Iklim 2020 diluncurkan pada 23 September 2020. Kemudian pada 25 September 2020 dilakukan workshop secara virtual. “Semua mulai aksi pada 1 Oktober 2020. Aksi dilakukan selama 77 hari,” kata Zamroni.
Dalam setiap aksi, tambahnya, setiap sekolah mengirimkan peserta sebanyak 10 keluarga. Peserta ini bisa berasal dari keluarga siswa, guru, atau karyawan sekolah. Selama program berlangsung, tercatat ada 4.200 keluarga dengan sekitar 28.100 aksi. “Aksi paling mudah memang belanja dalam kemasan besar atau menghindari belanja sasetan. Aksi tersebut banyak dilakukan oleh keluarga sadar iklim,” katanya.
Selain itu, Zamroni menyebut, ada pula aksi merawat tanaman di rumah, mengumpulkan minyak jelantah dengan mengajak tetangga sekitar, memilah sampah organik dan non organik, membuat pupuk kompos, dan lain sebagainya. “Para keluarga yang menang, memang intensitas aksinya cukup tinggi. Aksi ini berulang kali dilakukan dan jadi pembiasaan sehari-hari,” ujarnya.
(shf)
tulis komentar anda