Daya Beli Turun Akibat COVID-19, Inflasi Jatim Selama 2020 Hanya 1,44 Persen
Senin, 04 Januari 2021 - 15:14 WIB
SURABAYA - Selama 2020, inflasi Jawa Timur (Jatim) mencapai 1,44%. Angka tersebut lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 2,12%. Inflasi tahun kalender ini lebih rendah dibandingkan dengan target pemerintah yang mematok inflasi sebesar 3 plus minus 1%. Penurunan ini akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.
Selama tahun 2020, dari sebelas kelompok pengeluaran, sepuluh kelompok diantaranya mengalami inflasi, serta satu kelompok mengalami deflasi. Tiga besar kelompok dengan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 5,66%.
(Baca juga: Putus Mata Rantai COVID-19 di Kampus, Unair Lockdown 14 Hari )
Diikuti Kesehatan 2,51%, Makanan, Minuman dan Tembakau 2,26%. “Sedangkan Transportasi merupakan satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi sebesar 0,58%,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin, dalam rilisnya, Senin (4/1/2021).
Ada lima komoditas utama penyumbang inflasi sepanjang tahun 2020 di Jatim. Diantaranya, harga Emas Perhiasan, yang naik 26,57% dengan andil inflasi 0,25%, Tukang Bukan Mandor naik 7,14% dan memberikan andil inflasi 0,09%, Mobil naik 3,22% dengan andil inflasi 0,07%, Rokok Kretek Filter naik 5,74% dengan andil inflasi 0,07%. Lalu Minyak Goreng naik 9,25% dengan andil inflasi 0,06%.
Sedangkan lima komoditas utama penghambat inflasi selama 2020 adalah harga Bensin turun 2,36% dengan andil deflasi 0,11%, harga Angkutan Udara turun 7,59% dengan andil deflasi 0,10%, Semangka turn 27,32 persen dengan andil deflasi 0,04 persen, Bawang Putih turun 10,79% dengan andil deflasi 0,02%, serta Tarif Listrik turun 0,48% dengan andil deflasi sebesar 0,02%.
(Baca juga: Drakor Start-Up, Tontonan Favorit Khofifah Selama Jalani Isolasi Mandiri )
Data BPS Jatim juga menunjukkan, dari pemantauan terhadap perubahan harga selama Desember 2020 di delapan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Jatim, terjadi kenaikan harga di sebagian besar komoditas yang dipantau. Hal ini mendorong terjadi kenaikan IHK sebesar 0,46%.
Dari 104,21 pada bulan November 2020 menjadi 104,69 pada bulan Desember 2020. Tingkat inflasi tahun kalender Desember 2020 sebesar 1,44%. Inflasi Desember 2020 lebih rendah jika dibanding bulan yang sama pada tahun 2019 yang sebesar 0,53%.
“Dari tren musiman, setiap Desember selama sepuluh tahun terakhir (2011-2020), seluruhnya terjadi inflasi. Desember 2014 merupakan inflasi tertinggi yaitu sebesar 2,38%. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada bulan Desember 2020 sebesar 0,46%,” kata Umar.
Inflasi terjadi akibat kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian indeks kelompok pengeluaran. Yakni makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,51%, pakaian dan alas kaki 0,08 %, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,01%, perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,11%, kesehatan 0,18%, transportasi 0,84%, informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,02%, rekreasi, olahraga, dan budaya 0,01% dan penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,35%.
Selama tahun 2020, dari sebelas kelompok pengeluaran, sepuluh kelompok diantaranya mengalami inflasi, serta satu kelompok mengalami deflasi. Tiga besar kelompok dengan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 5,66%.
(Baca juga: Putus Mata Rantai COVID-19 di Kampus, Unair Lockdown 14 Hari )
Diikuti Kesehatan 2,51%, Makanan, Minuman dan Tembakau 2,26%. “Sedangkan Transportasi merupakan satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi sebesar 0,58%,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin, dalam rilisnya, Senin (4/1/2021).
Ada lima komoditas utama penyumbang inflasi sepanjang tahun 2020 di Jatim. Diantaranya, harga Emas Perhiasan, yang naik 26,57% dengan andil inflasi 0,25%, Tukang Bukan Mandor naik 7,14% dan memberikan andil inflasi 0,09%, Mobil naik 3,22% dengan andil inflasi 0,07%, Rokok Kretek Filter naik 5,74% dengan andil inflasi 0,07%. Lalu Minyak Goreng naik 9,25% dengan andil inflasi 0,06%.
Sedangkan lima komoditas utama penghambat inflasi selama 2020 adalah harga Bensin turun 2,36% dengan andil deflasi 0,11%, harga Angkutan Udara turun 7,59% dengan andil deflasi 0,10%, Semangka turn 27,32 persen dengan andil deflasi 0,04 persen, Bawang Putih turun 10,79% dengan andil deflasi 0,02%, serta Tarif Listrik turun 0,48% dengan andil deflasi sebesar 0,02%.
(Baca juga: Drakor Start-Up, Tontonan Favorit Khofifah Selama Jalani Isolasi Mandiri )
Data BPS Jatim juga menunjukkan, dari pemantauan terhadap perubahan harga selama Desember 2020 di delapan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Jatim, terjadi kenaikan harga di sebagian besar komoditas yang dipantau. Hal ini mendorong terjadi kenaikan IHK sebesar 0,46%.
Dari 104,21 pada bulan November 2020 menjadi 104,69 pada bulan Desember 2020. Tingkat inflasi tahun kalender Desember 2020 sebesar 1,44%. Inflasi Desember 2020 lebih rendah jika dibanding bulan yang sama pada tahun 2019 yang sebesar 0,53%.
“Dari tren musiman, setiap Desember selama sepuluh tahun terakhir (2011-2020), seluruhnya terjadi inflasi. Desember 2014 merupakan inflasi tertinggi yaitu sebesar 2,38%. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada bulan Desember 2020 sebesar 0,46%,” kata Umar.
Inflasi terjadi akibat kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian indeks kelompok pengeluaran. Yakni makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,51%, pakaian dan alas kaki 0,08 %, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,01%, perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,11%, kesehatan 0,18%, transportasi 0,84%, informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,02%, rekreasi, olahraga, dan budaya 0,01% dan penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,35%.
(msd)
tulis komentar anda