227 Warga Lereng Merapi di Magelang Bertahan di Barak Pengungsian
Sabtu, 26 Desember 2020 - 09:20 WIB
MAGELANG - Sebanyak 227 warga lereng Gunung Merapi di wilayah Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang hingga, Sabtu (26/12/2020) pagi masih bertahan di barak pengungsian. Sedangkan ratusan pengungsi lainnya sudah kembali ke rumah masing-masing untuk sementara waktu.
Berdasarkan data Pusdalops BPBD Kabupaten Magelang, ratusan warga yang masih berada di tempat pengungsian, yakni warga Dusun Babadan 2 sebanyak 108 jiwa. Mereka mengungsi di tempat evakuasi akhir (TEA) Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan. Kemudian warga Desa Krinjing yang terdiri dari 24 jiwa warga Dusun Trono, 42 jiwa warga Dusun Pugeran dan 53 jiwa warga Dusun Trayem yang mengungsi di Gedung Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, tidak adanya kepastian teekait kapan Gunung Merapai akan erupsi, menjadikan para pengungsi menjadi lama berada di tempat pengungsian.
Keadaan itu membuat potensi kejenuhan dan rindu untuk pulang ke rumah. "Jika ada tanda-tanda mengkawatirkan atau bila ada instruksi untuk mengungsi, maka yang berada di kawasan rawan bencana harus mengungsi," katanya. (Baca: Sopir dan Kernet Truk di Banyuwangi Serbu Rapid Test Antigen Gratis).
Dia menyatakan, apabila statu Gunung Merapi naik menjadi awas, maka mengungsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar bagi warga yang tinggal di kawasan rawan bencana. "Pengosongan zona bahaya sesuai rekomendasi BPPTKG harus dipatuhi," pungkasnya.
Berdasarkan data Pusdalops BPBD Kabupaten Magelang, ratusan warga yang masih berada di tempat pengungsian, yakni warga Dusun Babadan 2 sebanyak 108 jiwa. Mereka mengungsi di tempat evakuasi akhir (TEA) Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan. Kemudian warga Desa Krinjing yang terdiri dari 24 jiwa warga Dusun Trono, 42 jiwa warga Dusun Pugeran dan 53 jiwa warga Dusun Trayem yang mengungsi di Gedung Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, tidak adanya kepastian teekait kapan Gunung Merapai akan erupsi, menjadikan para pengungsi menjadi lama berada di tempat pengungsian.
Keadaan itu membuat potensi kejenuhan dan rindu untuk pulang ke rumah. "Jika ada tanda-tanda mengkawatirkan atau bila ada instruksi untuk mengungsi, maka yang berada di kawasan rawan bencana harus mengungsi," katanya. (Baca: Sopir dan Kernet Truk di Banyuwangi Serbu Rapid Test Antigen Gratis).
Dia menyatakan, apabila statu Gunung Merapi naik menjadi awas, maka mengungsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar bagi warga yang tinggal di kawasan rawan bencana. "Pengosongan zona bahaya sesuai rekomendasi BPPTKG harus dipatuhi," pungkasnya.
(nag)
tulis komentar anda