Soal Ancaman Krisis Pangan, Buwas: Kita Tidak Perlu Takut
Selasa, 15 Desember 2020 - 19:29 WIB
BANDUNG - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) meminta masyarakat tidak perlu khawatir akan adanya ancaman krisis pangan pada pertengahan tahun 2021. Indonesia dinilai memiliki banyak alternatif cadangan pangan bila krisis beras terjadi.
"Menurut saya, memang di negara lain ada potensi krisis pangan, tapi di negara kita, tidak usah takut. Kita tidak usah takut atas kondisi iklim dan lainnya," kata Buwas di sela sela pembukaan Jenderal Coffe Nusantara Buwas di Jalan RE Martadina, Kota Bandung, Selasa (15/12/2020).
(Baca juga: Krisis Pangan Mengancam RI, Ekonom Anggap PBB Berlebihan)
Menurut dia, Indonesia memiliki banyak alternatif pangan selain beras sebagai sumber karbohidrat. Misalnya beras singkong, beras jagung, dan lainnya. Komoditas tersebut, juga baru saja diluncurkan oleh Perum Bulog. Pangan alternatif itu bisa didapatkan dengan melimpah dan tanpa terkena hama.
(Baca juga: Ridwan Kamil Ingatkan Potensi Krisis Pangan 2021, Warga Diminta Waspada)
"Itu namanya sagu, tidak ada serangan hamanya. Kita punya 5,5 juta hektare tanaman sagu, 87% ada di Papua dan belum diolah dengan baik," tegasnya.
Buas menyebutkan, tidak ada persoalan terkuat importasi beras yang dikhawatirkan sulit didapat dari beberapa negara. Menurut dia, bila hari ini Indonesia impor beras bisa saja dilakukan. Tetapi hal itu justru akan merugikan petani.
"Kalau hari ini kita mau impor, bisa. Tapi persoalannya adalah produksi petani kita. Nanti kalau beras Vietnam dan Thailand masuk dan petani panen, siapa yang mau menyerap. Harganya jatuh, kan kasian petani. Selama kita masih produksi dan cukup, lebih baik kita gunakan untuk sendiri," bebernya.
Sementara itu, Perum Bulog meluncurkan produk barunya berupa Beras Singkong dengan merek BESITA atau singkatan dari Beras Singkong Petani. Budi Waseso mengatakan potensi Indonesia yang kaya akan produksi singkong harus dimanfaatkan sebagai upaya pemerintah untuk mensukseskan program diversifikasi pangan.
"Produksi lahan singkong Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia dan sangat melimpah di tanah nusantara sehingga membutuhkan suatu gagasan untuk menciptakan alternatif pangan di luar beras. Maka kami melalui kerjasama dengan berbagai pihak telah memulai pengembangan singkong," kata Budi Waseso.
Mantan Kepala BNN itu menambahkan Indonesia memiliki potensi singkong yang sangat besar sekitar 85% dari luas singkong dunia yang tersebar di Sumatera, Maluku, Sulawesi, Papua termasuk Jawa dan dengan tingkat produktivitas yang sangat tinggi. Untuk itu Perum Bulog memposisikan diri sebagai promotor dan fasilitator produk dan hasil olahan singkong untuk mendukung program diversifikasi pangan agar terwujudnya ketahanan pangan.
"Kami yakin singkong dapat menjadi alternatif pangan yang menjanjikan dan dapat menjadi kunci ketahanan pangan kedepannya. Banyak keunggulan dari pangan singkong dan produk turunan nya yang dapat menjadi faktor penguat agar pangan singkong dapat diminati oleh masyarakat Indonesia," katanya.
"Menurut saya, memang di negara lain ada potensi krisis pangan, tapi di negara kita, tidak usah takut. Kita tidak usah takut atas kondisi iklim dan lainnya," kata Buwas di sela sela pembukaan Jenderal Coffe Nusantara Buwas di Jalan RE Martadina, Kota Bandung, Selasa (15/12/2020).
(Baca juga: Krisis Pangan Mengancam RI, Ekonom Anggap PBB Berlebihan)
Menurut dia, Indonesia memiliki banyak alternatif pangan selain beras sebagai sumber karbohidrat. Misalnya beras singkong, beras jagung, dan lainnya. Komoditas tersebut, juga baru saja diluncurkan oleh Perum Bulog. Pangan alternatif itu bisa didapatkan dengan melimpah dan tanpa terkena hama.
(Baca juga: Ridwan Kamil Ingatkan Potensi Krisis Pangan 2021, Warga Diminta Waspada)
"Itu namanya sagu, tidak ada serangan hamanya. Kita punya 5,5 juta hektare tanaman sagu, 87% ada di Papua dan belum diolah dengan baik," tegasnya.
Buas menyebutkan, tidak ada persoalan terkuat importasi beras yang dikhawatirkan sulit didapat dari beberapa negara. Menurut dia, bila hari ini Indonesia impor beras bisa saja dilakukan. Tetapi hal itu justru akan merugikan petani.
"Kalau hari ini kita mau impor, bisa. Tapi persoalannya adalah produksi petani kita. Nanti kalau beras Vietnam dan Thailand masuk dan petani panen, siapa yang mau menyerap. Harganya jatuh, kan kasian petani. Selama kita masih produksi dan cukup, lebih baik kita gunakan untuk sendiri," bebernya.
Sementara itu, Perum Bulog meluncurkan produk barunya berupa Beras Singkong dengan merek BESITA atau singkatan dari Beras Singkong Petani. Budi Waseso mengatakan potensi Indonesia yang kaya akan produksi singkong harus dimanfaatkan sebagai upaya pemerintah untuk mensukseskan program diversifikasi pangan.
"Produksi lahan singkong Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia dan sangat melimpah di tanah nusantara sehingga membutuhkan suatu gagasan untuk menciptakan alternatif pangan di luar beras. Maka kami melalui kerjasama dengan berbagai pihak telah memulai pengembangan singkong," kata Budi Waseso.
Mantan Kepala BNN itu menambahkan Indonesia memiliki potensi singkong yang sangat besar sekitar 85% dari luas singkong dunia yang tersebar di Sumatera, Maluku, Sulawesi, Papua termasuk Jawa dan dengan tingkat produktivitas yang sangat tinggi. Untuk itu Perum Bulog memposisikan diri sebagai promotor dan fasilitator produk dan hasil olahan singkong untuk mendukung program diversifikasi pangan agar terwujudnya ketahanan pangan.
"Kami yakin singkong dapat menjadi alternatif pangan yang menjanjikan dan dapat menjadi kunci ketahanan pangan kedepannya. Banyak keunggulan dari pangan singkong dan produk turunan nya yang dapat menjadi faktor penguat agar pangan singkong dapat diminati oleh masyarakat Indonesia," katanya.
(shf)
tulis komentar anda