Magma Merapi Sudah Sangat Dekat ke Permukaan, Ada Rekahan di Kawah
Minggu, 29 November 2020 - 15:37 WIB
YOGYAKARTA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan ada crack (rekahan) di kawah Gunung Merapi . Kondisi ini menunjukkan magma sudah dekat ke permukaan dan menunggu kubah baru.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso menjelaskan, berdasarkan hasil foto satelit maka diketahui terjadi pembentukan crack atau rekahan di kawah atau kubah lava pasca 2010 dan 2018. Dari hasil analisa juga menunjukkan aktivitas guguran yang intensif.
(Baca juga: Begini Penjelasan Pemantauan Visual Gunung Merapi dari Kasat Mata, Sketsa hingga Satelit)
"Perkembangan rekahan dan aktivitas guguran menunjukkan bahwa magma sudah sangat dekat di permukaan, sehingga kita menunggu kapan magma ini membentuk kubah di permukaan.” katanya, Minggu (29/11/2020).
(Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Asap Sulfatara Setinggi 600 Meter)
Dia menjelaskan, dengan adanya teknologi baik satelit maupun drone, BPPTKG tidak mempersoalkan kerusakan di stasiun pemantauan di Puncak Merapi. Dengan demikian tidak perlu ada misi khusus menuju puncak yang sangat membahayakan seperti dilakukan relawan Gunung Merapi pada 27 November 2020 lalu.
"Metode visual sudah cukup memadai sehingga tidak diperlukan misi ke puncak yang sangat berbahaya. Kejadian kemarin, ada teman kita yang mendaki ke puncak, itu tidak bisa dibenarkan karena dapat membahayakan diri sendiri," tandasnya.
Agus melanjutkan, kejadian pada Minggu (22/11/2020) lalu saat terjadi guguran dinding kawah di Lava 1954 merupakan kejadian luar biasa karena volume yang runtuh cukup besar dan kejadian tersebut merubah morfologi puncak. Sehingga, tidak disarankan ada misi apapun ke puncak Gunung Merapi meskipun dengan alasan mitigasi karena kondisi saat ini masih sangat berbahaya. "Kami sampaikan kondisi Merapi berbahaya," tegas Agus.
Perlu diketahui di akun Instagram @laharbara menunjukkan video puncak Merapi dan terjadi guguran. Warganet diajak merasakan getaran ketika relawan berada 50 meter dari lokasi guguran.
Tidak hanya itu @laharbara juga menjelaskan kondisi kawah dengan jarak sekitar 75 meter di bawah dan kondisi puncak lava 1954 yang longsor menuju kawah. Akun tersebut menjadi heboh karena dalam situasi siaga, relawan tersebut nekat dan sangat berani naik ke puncak Gunung Merapi.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso menjelaskan, berdasarkan hasil foto satelit maka diketahui terjadi pembentukan crack atau rekahan di kawah atau kubah lava pasca 2010 dan 2018. Dari hasil analisa juga menunjukkan aktivitas guguran yang intensif.
(Baca juga: Begini Penjelasan Pemantauan Visual Gunung Merapi dari Kasat Mata, Sketsa hingga Satelit)
"Perkembangan rekahan dan aktivitas guguran menunjukkan bahwa magma sudah sangat dekat di permukaan, sehingga kita menunggu kapan magma ini membentuk kubah di permukaan.” katanya, Minggu (29/11/2020).
(Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Asap Sulfatara Setinggi 600 Meter)
Dia menjelaskan, dengan adanya teknologi baik satelit maupun drone, BPPTKG tidak mempersoalkan kerusakan di stasiun pemantauan di Puncak Merapi. Dengan demikian tidak perlu ada misi khusus menuju puncak yang sangat membahayakan seperti dilakukan relawan Gunung Merapi pada 27 November 2020 lalu.
"Metode visual sudah cukup memadai sehingga tidak diperlukan misi ke puncak yang sangat berbahaya. Kejadian kemarin, ada teman kita yang mendaki ke puncak, itu tidak bisa dibenarkan karena dapat membahayakan diri sendiri," tandasnya.
Agus melanjutkan, kejadian pada Minggu (22/11/2020) lalu saat terjadi guguran dinding kawah di Lava 1954 merupakan kejadian luar biasa karena volume yang runtuh cukup besar dan kejadian tersebut merubah morfologi puncak. Sehingga, tidak disarankan ada misi apapun ke puncak Gunung Merapi meskipun dengan alasan mitigasi karena kondisi saat ini masih sangat berbahaya. "Kami sampaikan kondisi Merapi berbahaya," tegas Agus.
Perlu diketahui di akun Instagram @laharbara menunjukkan video puncak Merapi dan terjadi guguran. Warganet diajak merasakan getaran ketika relawan berada 50 meter dari lokasi guguran.
Tidak hanya itu @laharbara juga menjelaskan kondisi kawah dengan jarak sekitar 75 meter di bawah dan kondisi puncak lava 1954 yang longsor menuju kawah. Akun tersebut menjadi heboh karena dalam situasi siaga, relawan tersebut nekat dan sangat berani naik ke puncak Gunung Merapi.
(shf)
tulis komentar anda