Begini Penjelasan Pemantauan Visual Gunung Merapi dari Kasat Mata, Sketsa hingga Satelit
Sabtu, 28 November 2020 - 18:49 WIB
(baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Asap Sulfatara Setinggi 600 Meter )
Agus menyatakan, dengan menggunakan drone ini tidak perlu lagi mendatangi tempat-tempat yang berbahaya. Seperti saat ini, tidak ada misi ke puncak karena pemantauan visual dapat dilakukan melalui drone dan satelit.
“Pengambilan data drone yang dilakukan secara berulang, dapat membantu analisis perubahan morfologi dari waktu ke waktu,” paparnya.
Agus menunjukkan hasil analisis profil morfologi, kubah lava 2018 berhenti tumbuh pada akhir Desember 2018. Selain itu, perhitungan volume kubah lava lebih akurat karena volume dihitung secara 3 dimensi, berbeda dengan era krisis sebelum ini dimana hanya menggunakan foto 2 dimensi sehingga kurang representatif.
“Pemantauan dengan menggunakan drone telah dilakukan secara intensif sejak menjelang erupsi tahun 2018 hingga saat ini dengan periode setiap 1 minggu.” terang Agus.
Metode pemantauan visual lain yang telah diterapkan adalah melalui satelit. Prinsipnya sama dengan metode drone dimana kita mendapatkan data foto objek dari atas. Data dapat diperoleh tergantung jadwal pengambilan data oleh satelit sehingga bisa lebih rutin. Seperti pada metode drone, dengan menggunakan satelit, pengamat tidak perlu mengakses daerah-daerah yang berbahaya. Resolusi foto satelit saat ini dapat mencapai orde centimeter, sehingga sangat cukup untuk keperluan analisis morfologi.
“Pada akhir-akhir ini terjadi pembentukan crack atau rekahan di kawah atau kubah lava paska 2010 dan 2018. Kemudian juga menunjukkan aktivitas guguran yang intensif.” ujar Agus saat menerangkan hasil analisis foto satelite terbaru.
Agus menambahkan perkembangan rekahan dan aktivitas guguran menunjukkan bahwa magma sudah sangat dekat di permukaan, sehingga tinggal menunggu kapan magma ini membentuk kubah di permukaan.
( Gunung Merapi Bergejolak, Ini Penjelasan BPPTKG )
Metode lain yang dapat diterapkan untuk data satelit citra radar adalah InSAR (Interferometric Synthetic-Aperture Radar). Metode ini memberikan gambaran deformasi secara 3 dimensi dari perubahan fase gelombang radar yang dipancarkan ke obyek dan kembali ke satelit. Prinsip kerjanya mirip seperti metode EDM (Electronic Distance Measurements), namun dengan jumlah sinar yang jauh lebih banyak.
Agus menyatakan, dengan menggunakan drone ini tidak perlu lagi mendatangi tempat-tempat yang berbahaya. Seperti saat ini, tidak ada misi ke puncak karena pemantauan visual dapat dilakukan melalui drone dan satelit.
“Pengambilan data drone yang dilakukan secara berulang, dapat membantu analisis perubahan morfologi dari waktu ke waktu,” paparnya.
Agus menunjukkan hasil analisis profil morfologi, kubah lava 2018 berhenti tumbuh pada akhir Desember 2018. Selain itu, perhitungan volume kubah lava lebih akurat karena volume dihitung secara 3 dimensi, berbeda dengan era krisis sebelum ini dimana hanya menggunakan foto 2 dimensi sehingga kurang representatif.
“Pemantauan dengan menggunakan drone telah dilakukan secara intensif sejak menjelang erupsi tahun 2018 hingga saat ini dengan periode setiap 1 minggu.” terang Agus.
Metode pemantauan visual lain yang telah diterapkan adalah melalui satelit. Prinsipnya sama dengan metode drone dimana kita mendapatkan data foto objek dari atas. Data dapat diperoleh tergantung jadwal pengambilan data oleh satelit sehingga bisa lebih rutin. Seperti pada metode drone, dengan menggunakan satelit, pengamat tidak perlu mengakses daerah-daerah yang berbahaya. Resolusi foto satelit saat ini dapat mencapai orde centimeter, sehingga sangat cukup untuk keperluan analisis morfologi.
“Pada akhir-akhir ini terjadi pembentukan crack atau rekahan di kawah atau kubah lava paska 2010 dan 2018. Kemudian juga menunjukkan aktivitas guguran yang intensif.” ujar Agus saat menerangkan hasil analisis foto satelite terbaru.
Agus menambahkan perkembangan rekahan dan aktivitas guguran menunjukkan bahwa magma sudah sangat dekat di permukaan, sehingga tinggal menunggu kapan magma ini membentuk kubah di permukaan.
( Gunung Merapi Bergejolak, Ini Penjelasan BPPTKG )
Metode lain yang dapat diterapkan untuk data satelit citra radar adalah InSAR (Interferometric Synthetic-Aperture Radar). Metode ini memberikan gambaran deformasi secara 3 dimensi dari perubahan fase gelombang radar yang dipancarkan ke obyek dan kembali ke satelit. Prinsip kerjanya mirip seperti metode EDM (Electronic Distance Measurements), namun dengan jumlah sinar yang jauh lebih banyak.
tulis komentar anda