Keren, Aplikasi Telepon Pintar dari Unpad Ini Mampu Deteksi Kualitas Padi
Jum'at, 27 November 2020 - 14:27 WIB
Dosen FTIP Unpad yang juga menjadi anggota tim peneliti, Muhammad Saukat menjelaskan, untuk menggunakannya, pengguna terlebih dahulu melakukan registrasi awal. Registrasi ini diperlukan untuk mengidentifikasi nama pengguna, lokasi tanam, serta jenis padi yang ditanam. Nantinya, data ini akan tersimpan di database untuk keperluan pengembangan aplikasi ke depan.
Selanjutnya, pengguna dapat mengunggah foto kondisi tanaman padi ke aplikasi. Saukat menjelaskan, foto yang diunggah bisa foto yang diambil secara langsung ataupun foto yang tersimpan di galeri ponsel.
Foto yang telah diunggah akan dikirim ke server untuk dianalisis. Dari foto tersebut, server akan menentukan apakah tanaman padi sudah cukup nutrisinya atau belum.
Lebih lanjut Saukat mengatakan, proses analisis foto di server tidak memerlukan waktu yang lama, bergantung pada kondisi sinyal internetnya. Tidak kurang dari 5 menit, analisis foto dapat langsung ditampilkan di aplikasi. “Agar pemrosesan image di server lebih optimal, sebaiknya upload banyak foto dengan beberapa angle,” kata Saukat.
Selain itu, hasil analisis juga bergantung pada kualitas foto yang diunggah. Mimin menjelaskan, aplikasi akan memberi peringatan apabila foto tidak memadai untuk dianalisis, contohnya buram. Ke depan, Mimin dan tim juga akan mengembangkan aplikasi dengan kemampuan mengolah foto lebih presisi untuk menghasilkan analisis yang lebih presisi pula.
Penelitian aplikasi ini bekerja sama dengan Yanmar Environmental Sustainability Support Association (YESSA) di Jepang selaku pemberi hibah. Selama 2 tahun, tim terus mengembangkan aplikasi dan menambahkan sejumlah fitur terbaru.
Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTIP Unpad, Handarto menambahkan, dalam 2 tahun, Yanmar memberikan hibah senilai USD35.000 US Dollar. “Unpad berhasil mendapat hibah berdasarkan beberapa parameter yang membuat YESSA menyetujui riset kita,” katanya.
Diharapkan, proyek riset dengan YESSA ini dapat terus berkelanjutan meski terkendala pandemi COVID-19. Tidak hanya menghasilkan inovasi aplikasi, proyek riset ini juga berhasil meluluskan mahasiswa Sarjana hingga mengarah pada publikasi internasional. “Kita juga berhasil mendapat rekognisi internasional dari agensi internasional,” tuturnya.
Saat ini, aplikasi DSS Padi sudah diujicobakan di 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Cianjur, Sumedang, dan Indramayu. Diharapkan, DSS Padi dapat berkontribusi meningkatkan kinerja pertanian.
Selanjutnya, pengguna dapat mengunggah foto kondisi tanaman padi ke aplikasi. Saukat menjelaskan, foto yang diunggah bisa foto yang diambil secara langsung ataupun foto yang tersimpan di galeri ponsel.
Foto yang telah diunggah akan dikirim ke server untuk dianalisis. Dari foto tersebut, server akan menentukan apakah tanaman padi sudah cukup nutrisinya atau belum.
Lebih lanjut Saukat mengatakan, proses analisis foto di server tidak memerlukan waktu yang lama, bergantung pada kondisi sinyal internetnya. Tidak kurang dari 5 menit, analisis foto dapat langsung ditampilkan di aplikasi. “Agar pemrosesan image di server lebih optimal, sebaiknya upload banyak foto dengan beberapa angle,” kata Saukat.
Selain itu, hasil analisis juga bergantung pada kualitas foto yang diunggah. Mimin menjelaskan, aplikasi akan memberi peringatan apabila foto tidak memadai untuk dianalisis, contohnya buram. Ke depan, Mimin dan tim juga akan mengembangkan aplikasi dengan kemampuan mengolah foto lebih presisi untuk menghasilkan analisis yang lebih presisi pula.
Penelitian aplikasi ini bekerja sama dengan Yanmar Environmental Sustainability Support Association (YESSA) di Jepang selaku pemberi hibah. Selama 2 tahun, tim terus mengembangkan aplikasi dan menambahkan sejumlah fitur terbaru.
Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTIP Unpad, Handarto menambahkan, dalam 2 tahun, Yanmar memberikan hibah senilai USD35.000 US Dollar. “Unpad berhasil mendapat hibah berdasarkan beberapa parameter yang membuat YESSA menyetujui riset kita,” katanya.
Diharapkan, proyek riset dengan YESSA ini dapat terus berkelanjutan meski terkendala pandemi COVID-19. Tidak hanya menghasilkan inovasi aplikasi, proyek riset ini juga berhasil meluluskan mahasiswa Sarjana hingga mengarah pada publikasi internasional. “Kita juga berhasil mendapat rekognisi internasional dari agensi internasional,” tuturnya.
Saat ini, aplikasi DSS Padi sudah diujicobakan di 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Cianjur, Sumedang, dan Indramayu. Diharapkan, DSS Padi dapat berkontribusi meningkatkan kinerja pertanian.
(shf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda