Sambangi Pos Pantauan Merapi Induk Balarente, Doni Monardo Temukan Sejumlah Kendala

Jum'at, 20 November 2020 - 01:29 WIB
Kepala BNPB, Doni Monardo mengecek Pos Pantauan Merapi Induk Balerante di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Foto/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
KLATEN - Relawan Pos Pantauan Merapi Induk Balerante di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, menyampaikan sejumlah kendala saat mendapat kunjungan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional ( BNPB ) Doni Monardo. Kendala yang disampaikan di antaranya saat pantauan malam hari, hingga pajak radio. (Baca juga: Ini Daftar 10 Panambang Emas Asal Tasikmalaya yang Tertimbun Longsor di Kalteng )

Koordinator Relawan Pos Pantauan Merapi Induk Balerante, Agus Sarnyata mengatakan, kendala yang dihadapi dalam pemantauan Merapi di Balerante adalah tidak bisa melihat visual saat malam. Sehingga pedoman yang digunakan adalah audio seismograf.

"Kalau terjadi sesuatu, kami tidak bisa langsung memberi informasi. Harus mendengarkan, lari-lari dan sebagainya," kata Agus Saryanta kepada SINDOnews.com, usai menerima kunjungan Kepala BNPB, Doni Monardo, Kamis (19/11/2020).



Berbeda halnya jika ada CCTV thermal, maka para relawan bisa langsung menangkap. Sehingga informasi yang disampaikan menjadi lebih cepat diberikan kepada warga. Untuk saat ini, alat pemantauan Gunung Merapi yang tersedia adalah CCTV infra. Namun kelemahannya adalah tidak bisa menangkap visual jika kondisi berkabut. Persoalannya lainnya yang disampaikan adalah beban harus menanggung beban pajak radio. Komunikasi yang digunakan adalah menggunakan HT. (Baca juga: Mengerikan, Tabrakan Maut di Simalungun Korban Berserakan di Jalan )

Sedangkan untuk radio pancar ulang (RPU) harus pajak. Para relawan harus bantingan atau mencari dukungan donatur agar bisa membayar pajak RPU. Jika persoalan ini dapat ditangani pemerintah, para relawan bisa lepas beban dan tinggal bertugas memantau Gunung Merapi saja. Saat Merapi naik status menjadi siaga seperti sekarang, sinyal grafik dan suara di alat pemantauan dipantau ketat.

Jika bergelombang dan cukup lama dan dinilai over, para relawan langsung menginformasikan kepada warga menggunakan HT agar waspada. "Ketika situasi suatu saat genting, kami membunyikan megaphone dan sirene," terangnya. Sirene tanda bahaya dibunyikan terakhir saat benar-benar genting. Untuk memutuskan situasi bahaya, durasi sinyal panjang mencapai lebih dari satu menit.

Bahkan terkadang tidak sampai satu menit, pihaknya sudah meminta warga untuk waspada. Jika mereka merasa sudah tidak nyaman, maka dipersilahkan untuk turun menjauhi puncak Merapi . Alat pemantau kegempaan terpasang di puncak Merapi yang kemudian keluar dalam bentuk audio, dan diterjemahkan dalam bentuk grafik. (Baca juga: Habib Rizieq Bakal Safari Dakwah, Ini Tanggapan Asosiasi Pesantren Surabaya )

Sementara itu, Kepala BNPB , Doni Monardo mengapresiasi adanya pos pemantauan Merapi di Balerante. Sehingga masyarakat mendapatkan informasi secara tepat waktu. "Saat situasi normal, bunyinya datar. Ketika ada guguran, atau sisi Merapi yang longsor, maka segera diketahui masyarakat," terangnya.

Sehingga hal itu merupakan cara yang bijak karena masyarakat setiap saat dapat mengikuti perkembangan. Ditanya mengenai permintaan penambahan alat pemantauan yang disampaikan, Doni Monardo menyebut bahwa telah disanggupi oleh Bupati Klaten untuk dipenuhi. Doni Monardo juga mengingatkan warga lereng Merapi agar lebih berhati-hati, karena kini sudah datang musim penghujan.

Dengan curah hujan yang tinggi, resiko terjadinya longsor juga tinggi. Sehingga masyarakat di lereng gunung dengan kemiringan di atas 30 derajat diharapkan bisa mengantisipasi. Jika harus mengungsi, warga diminta untuk segera mengungsi. Demikian pula saat hujan deras, aliran sungai yang berhulu di puncak Merapi , dimungkinkan membawa material.
(eyt)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content