2 Kali Rangkaian Kereta Penumpang KA Gajayana Meluncur Sendiri, Ada Aroma Mistis?

Rabu, 18 November 2020 - 20:03 WIB
Rangkaian kereta penumpang KA Gajayana, meluncur sendiri tanpa lokomotif dan menabrak permukiman warga pada Januari 2011 silam. Foto/Dok.KoranSINDO/Yuswantoro
MALANG - Kasus meluncurnya rangkaian kereta penumpang KA Gajayana tanpa lokomotif dari Stasiun Malang , ke Stasiun Kota Lama , yang sempat menggemparkan warga pada Rabu (18/11/2020) ternyata bukan kali pertama terjadi. (Baca juga: PT KAI Selidiki Kereta Penumpang KA Gajayana yang Meluncur Tanpa Lokomotif )

Kejadian serupa pernah terjadi pada 4 Januari 2011 silam. Bahkan, peristiwa di siang bolong tersebut, sampai menimbulkan satu korban tewas dan menghancurkan tiga rumah warga Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

Banyak orang mengaitkan kejadian ini dengan peristiwa mistis yang melingkupi jalur kereta di dua stasiun yang ada di Kota Malang tersebut. Apalagi, jalur kereta dan stasiun tersebut merupakan sisa peninggalan masa kolonial Belanda.



Namun, menurut pecinta dan peneliti kereta api dari Komunitas Railfans +444, Endiarto Wijaya, kejadian meluncurnya rangkaian kereta penumpang KA Gajayana tersebut, tidak berkaitan dengan hal beraroma mistis. (Baca juga: Terkubur 61 Tahun, Jejak Trem Malang Kembali Muncul ke Permukaan )

"Bukan persoalan mistis. Rangkaian kereta penumpang KA Gajayana ini meluncur dari arah utara ke selatan. Hal itu sangat wajar, karena ada selisih elevasi antara Stasiun Malang , dengan Stasiun Kota Lama ," terang pria yang akrab disapa Totok ini.



Dia menyebutkan, Stasiun Malang memiliki elevasi atau ketinggian +444 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sedangkan Stasiun Kota Lama ketinggiannya +428 mdpl. "Artinya ada selisih elevasi 16 meter, sehingga wajar apabila rangkaian kereta lepas dari Stasiun Malang , akan meluncur dengan sendirinya ke Stasiun Kota Lama ," tuturnya.

Sementara bila dibandingkan dengan Stasiun Lawang , yang ada di sisi utara Stasiun Malang , selisih elevasinya lebih tinggi lagi, yakni mencapai 63 meter. Di mana Stasiun Lawang , memiliki elevasi +491 mdpl. (Baca juga: 7 Rangkaian Kereta Penumpang KA Gajayana Meluncur Tanpa Lokomotif, Nyaris Terjang Pekerja )

Tentunya apabila ada rangkaian kereta yang lepas dari Stasiun Lawang, akan dengan cepat meluncur ke selatan melintasi Stasiun Blimbing, Stasiun Malang , dan Stasiun Kota Lama yang elevasinya paling rendah.

"Makanya saat pembangunan jalur kereta api di Malang , untuk Stasiun Malang , dan Stasiun Kota Lama disiapkan Sepur Baduk atau Sepur Tangkap, yang digunakan untuk menghentikan rangkaian kereta api yang meluncur dari utara ke selatan," terangnya.

Saat kejadian kedua pada Rabu (18/11/2020), kebetulan ada perbaikan jalur kereta api di jalur dua Stasiun Kota Lama . "Karena ada perbaikan rel kereta api, sehingga rangkaian kereta yang meluncur tanpa lokomotif tersebut dengan sendirinya anjlok tanpa perlu diarahkan ke Sepur Baduk," terang Totok.
(eyt)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content