Remaja Nongkrong di Warung Dirapid Test, Hasilnya Non Reaktif
Minggu, 10 Mei 2020 - 20:52 WIB
MOJOKERTO - Puluhan muda-mudi menjalani rapid test lantaran tertangkap basah nongkrong di warung kopi, di Kota Mojokerto. Dari 94 orang, semuanya dinyatakan non reaktif COVID-19.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Mojokerto, Gaguk Tri Prasetyo mengungkapkan, rapid test tersebut dilakukan guna mencegah penyebaran virus Corona. Lantaran mereka kedapatan nongkrong di warung kopi di tengah pandemi COVID-19.
"Dari 94 yang kami rapid test, semua non reaktif. Kami juga menyayangkan masih banyak warga masyarakat yang nongkrong di warung-warung kendati imbauan untuk stay at home sudah kita sampaikan sejak lama, sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus Corona," kata Gaguk, Minggu (10/5/2020).
Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto sejak akhir April 2020 lalu sudah menerapkan kebijakan jam malam. Seluruh tempat usaha hingga pedagang kaki lima (PKL) diwajibkan menutup usahanya pukul 19.00 WIB.
Kendati sejak Selasa (5/5) lalu, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari memberikan kelonggaran bagi PKL untuk bisa berjualan hingga pukul 21.00 WIB.
"Akan tetapi setelah kami lakukan sidak (inspeksi mendadak) masih banyak ditemukan banyak muda mudi yang nongkrong di warung-warung hingga malam. Bahkan sebagian ada yang tidak menggukan masker, sehingga kami lakukan rapid test," jelas Gaguk.
Sementara itu, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan, pihaknya sengaja turun langsung memantau realisask imbauan pemerintah terkait physical distancing. Hal itu tak lain guna menekan angka penyebaran virus Corona di Kota Onde-onde. Mengingat hingga kini, sudah ada tiga orang yang dinyatakan positif COVID-19.
"Hasilnya kami masih temukan banyak masyarakat yang mengabaikan social distancing, tak memakai masker juga tidak menyediakan tempat cuci tangan," kata birokrat yang akrab disapa Ning Ita ini.
Ning Ita mengimbau agar pemilik usaha dan warga mematuhi anjuran pemerintah soal penerapan physical distancing. Selain itu juga pihaknya masih menemukan adanya transmisi lokal. Artinya, masih banyak warga dari luar daerah yang masuk ke wilayah Kota Mojokerto. Meskipun upaya penyekatan sudah dilakukan sejak beberapa waktu yang lalu.
"Padahal kami sudah bersinergi untuk mengantisipasi tranmisi lokal. Namun nyatanya yang dari luar malah datang ke sini. Ini memang sulit untuk kita tertibkan. Dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk memutus rantai penyebaran virus Corona ini," pungkas Ning Ita.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Mojokerto, Gaguk Tri Prasetyo mengungkapkan, rapid test tersebut dilakukan guna mencegah penyebaran virus Corona. Lantaran mereka kedapatan nongkrong di warung kopi di tengah pandemi COVID-19.
"Dari 94 yang kami rapid test, semua non reaktif. Kami juga menyayangkan masih banyak warga masyarakat yang nongkrong di warung-warung kendati imbauan untuk stay at home sudah kita sampaikan sejak lama, sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus Corona," kata Gaguk, Minggu (10/5/2020).
Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto sejak akhir April 2020 lalu sudah menerapkan kebijakan jam malam. Seluruh tempat usaha hingga pedagang kaki lima (PKL) diwajibkan menutup usahanya pukul 19.00 WIB.
Kendati sejak Selasa (5/5) lalu, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari memberikan kelonggaran bagi PKL untuk bisa berjualan hingga pukul 21.00 WIB.
"Akan tetapi setelah kami lakukan sidak (inspeksi mendadak) masih banyak ditemukan banyak muda mudi yang nongkrong di warung-warung hingga malam. Bahkan sebagian ada yang tidak menggukan masker, sehingga kami lakukan rapid test," jelas Gaguk.
Sementara itu, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan, pihaknya sengaja turun langsung memantau realisask imbauan pemerintah terkait physical distancing. Hal itu tak lain guna menekan angka penyebaran virus Corona di Kota Onde-onde. Mengingat hingga kini, sudah ada tiga orang yang dinyatakan positif COVID-19.
"Hasilnya kami masih temukan banyak masyarakat yang mengabaikan social distancing, tak memakai masker juga tidak menyediakan tempat cuci tangan," kata birokrat yang akrab disapa Ning Ita ini.
Ning Ita mengimbau agar pemilik usaha dan warga mematuhi anjuran pemerintah soal penerapan physical distancing. Selain itu juga pihaknya masih menemukan adanya transmisi lokal. Artinya, masih banyak warga dari luar daerah yang masuk ke wilayah Kota Mojokerto. Meskipun upaya penyekatan sudah dilakukan sejak beberapa waktu yang lalu.
"Padahal kami sudah bersinergi untuk mengantisipasi tranmisi lokal. Namun nyatanya yang dari luar malah datang ke sini. Ini memang sulit untuk kita tertibkan. Dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk memutus rantai penyebaran virus Corona ini," pungkas Ning Ita.
(nth)
tulis komentar anda