Waspada COVID-19, Ini yang Dilakukan Pesantren Tangguh di Jawa Timur

Senin, 16 November 2020 - 09:55 WIB
Wabah COVID-19 yang tidak bisa diprediksi kapan berakhirnya menuntut lembaga pendidikan, terutama Pondok Pesantren terus waspada. SINDOnews/Ali
SURABAYA - Wabah COVID-19 yang tidak bisa diprediksi kapan berakhirnya menuntut lembaga pendidikan, terutama pondok pesantren terus waspada. Di Jawa Timur, pemerintah provinsi mencangkan program pesantren tangguh untuk mencegah klaster baru pelularan COVID-19.

Pesantren tersebut di antaranya yaitu Pondok pesantren Zainul Khasan di Genggong, Probolinggo, Pondok Pesantren Al Hikam di Burneh, Bangkalan, Pondok Pesantren Sunan Drajat yang berdiri di Paciran, Lamongan, Pondok Pesantren Wachid Hasyim di Bangil, Pasuruan, dan Pondok Pesantren Ammanatul Ummah Surabaya dan Pacet, Mojokerto.

Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) FK Unusa, dr. Hafid Algristian, mengungkapkan Pesantren adalah tempat yang paling aman, sekaligus paling rawan.



Ada beberapa pesantren yang tidak memulangkan santrinya sampai detik ini. Seperti Ponpes Wachid Hasyim, Bangil. Ponpes ini menurutnya sangat aman karena keberadaannya sudah seperti isolasi.

Ada juga yang di awal pandemi memutuskan memulangkan santrinya dengan protokol yang ketat. Misalnya Ponpes Sunan Drajad. Mereka mewajibkan santrinya rapid test dan isolasi mandiri selama dua minggu sebelum kepulangan. "Bahkan total bis yang digerakkan untuk mengantar santri sampai ke kampung halaman mencapai 250-an armada. Ini kan ndak main-main komitmennya," katanya. (Baca: Remaja Terpidana Kasus Narkoba Tewas Gantung Diri di Kamar Mandi Lapas).



Ia melanjutkan, skrining ketat juga dilakukan kepada pengurus pesantren tanpa terkecuali, seperti yang dilakukan Ponpes Ammanatul Ummah. Mereka bahkan membiayai rapid test rutin untuk pengurusnya. "Tim kesehatan ponpes betul-betul memperhatikan protokol kesehatan untuk para pengurus, karena mereka punya mobilitas tinggi, ya. Ini kebijakan yang tegas dan tidak pandang bulu," ujarnya.

Ada juga yang melakukan pembatasan kunjungan. Keluarga tidak boleh bertemu santri, hanya boleh menitipkan makanan atau pakaian untuk santri di gerbang khusus yang telah menjadi pos-pos skrining COVID-19. "Pengurus Ponpes Zainul Khasan telah menyediakan rekening khusus agar orang tua bisa mengirimkan uang saku kepada anak-anaknya," jelas Hafid. (Baca: Abaikan Prokes, Polisi Bubarkan LIve Music DJ di Kota Maumere).



Namun, protokol kesehatan pondok pesantren yang teramat ketat ini sempat memicu tindakan arogansi dari para wali santri yang tidak setuju. "Apa itu corona, ngga ada wujudnya," ungkap Hafid menirukan.

Tapi hebatnya para pengurus ponpes, misalnya Al-Hikam Bangkalan, Madura, sangat-sangat dingin dalam menghadapi wali santri semacam ini. "Mereka paham wali santri itu hanya sama-sama capek ya, ditambah banyak informasi yang keliru. Makanya pihak ponpes selalu menyediakan waktu untuk mengedukasi," pungkasnya.
(nag)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content