Dua Pelempar Molotov Pos Polisi di Makassar SudahTeridentifikasi
Senin, 02 November 2020 - 18:07 WIB
MAKASSAR - Penyidik Ditreskrimum Polda Sulawesi Selatan mengklaim telah mengetahui pelempar bom molotov ke pos polisi lalu lintas kawasan jembatan layang atau fly over Urip Sumiharji-AP Pettarani, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar.
Peristiwa tersebut diketahui terjadi di sela demonstrasi penolakan Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja pada Kamis (8/10/). Dua orang pelaku teridentifikasi disampaikan Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Ibrahim Tompo. (Baca Juga: polisi-bekuk-3-penggerak-pelajar-ikut-demo-anarkis-tolak-uu-ciptaker)
Dia mengatakan, butuh waktu cukup lama untuk menyelidiki pelaku. Sejauh ini pihaknya menemukan ada dua orang yang diduga terlibat pelemparan termasuk eksekutor. "Sudah teridentifikasi, sementara ada dua orang. Tidak lama lagi ditangkap," kata Ibrahim ditemui di Mapolda Sulsel, Senin (2/11).
Ibrahim menjelaskan, sepanjang pendalaman ada puluhan saksi yang diperiksa, namun Ibrahim tak merinci jumlah pastinya,"Karena kita kuatkan dulu keterangan dengan bukti-bukti yang ada. Salah satunya foto-foto serta video yang anggota dapatkan, saat kejadian itu," papar perwira polisi berpangkat tiga bunga ini.
Dia menerangkan dari beberapa video yang didalami, diduga kuat aksi pengrusakan itu dilakukan oleh sekelompok orang berpakaian hitam-hitam. Pelempar molotov teridentifikasi menggunakan penutup wajah lengkap dengan masker khusus anti gas beracun. "Mereka berbaur dalam massa aksi. Kalau dilihat perawakannya diduga kuat adalah pria," ungkapnya. (Baca Juga: ratusan-pendemo-di-makassar-ditahan-30-orang-reaktif-covid-19)
Dari rekaman video yang beredar. Aksi itu dilakukan menjelang maghrib sekitar pukul 18.00 Wita. Nampak ada dua orang yang mendekati pos polisi lalu lintas dari arah pintu samping. Mereka mengeluarkan bom molotov dari tas ransel kecil. Lalu menyulutkan api di alat peledak itu, seketika melempar ke dalam ruangan,"Untungnya kondisi pos itu kosong tidak ada orang," imbuh Ibrahim.
Pihaknya berencana untuk memeriksa beberapa orang demonstran yang sebelumnya tertangkap, namun pada akhirnya dibebaskan. Kala itu, polisi menangkap 250 orang demonstran. Ratusan orang itu diamanakan dalam penyisiran petugas di sejumlah lokasi sepanjang Jalan Urip Sumiharjo dan AP Pettarani.
Pemeriksaan ulang, lanjut Ibrahim sehubungan proses penyelidikan untuk mengetahui pasti ciri-ciri dua orang terduga pelaku yang dikantongi polisi dengan mereka yang sebelumnya tertangkap dan didata. "Kita mau cocokan dengan bukti-bukti hasil pendalaman. Makanya itu dilakukan pemeriksaan ulang," ungkap dia.
Mantan Kabid Humas Polda Sulawesi Utara ini bilang bisa saja dua orang yang sudah teridentifikasi juga terlibat pembakaran videotron di depan Kantor Gubernur Sulsel. Sebab jeda waktu kejadian sangat berdekatan dengan peristiwa pelemparan bom molotov Pos Polisi. (Baca Juga: tawuran-pecah-di-jalan-kandea-warga-bawa-senjata-rakitan-dan-bom-molotov)
Hanya saja, Ibrahim enggan menjelaskan rinci, sampai dimana proses penyelidikan hingga saat ini. Kendati demikian dia memastikan pihaknya terus berupaya maksimal mengungkap seluruh pelaku pengrusakan fasilitas negara ketika unjuk rasa berlangsung.
Peristiwa tersebut diketahui terjadi di sela demonstrasi penolakan Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja pada Kamis (8/10/). Dua orang pelaku teridentifikasi disampaikan Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Ibrahim Tompo. (Baca Juga: polisi-bekuk-3-penggerak-pelajar-ikut-demo-anarkis-tolak-uu-ciptaker)
Dia mengatakan, butuh waktu cukup lama untuk menyelidiki pelaku. Sejauh ini pihaknya menemukan ada dua orang yang diduga terlibat pelemparan termasuk eksekutor. "Sudah teridentifikasi, sementara ada dua orang. Tidak lama lagi ditangkap," kata Ibrahim ditemui di Mapolda Sulsel, Senin (2/11).
Ibrahim menjelaskan, sepanjang pendalaman ada puluhan saksi yang diperiksa, namun Ibrahim tak merinci jumlah pastinya,"Karena kita kuatkan dulu keterangan dengan bukti-bukti yang ada. Salah satunya foto-foto serta video yang anggota dapatkan, saat kejadian itu," papar perwira polisi berpangkat tiga bunga ini.
Dia menerangkan dari beberapa video yang didalami, diduga kuat aksi pengrusakan itu dilakukan oleh sekelompok orang berpakaian hitam-hitam. Pelempar molotov teridentifikasi menggunakan penutup wajah lengkap dengan masker khusus anti gas beracun. "Mereka berbaur dalam massa aksi. Kalau dilihat perawakannya diduga kuat adalah pria," ungkapnya. (Baca Juga: ratusan-pendemo-di-makassar-ditahan-30-orang-reaktif-covid-19)
Dari rekaman video yang beredar. Aksi itu dilakukan menjelang maghrib sekitar pukul 18.00 Wita. Nampak ada dua orang yang mendekati pos polisi lalu lintas dari arah pintu samping. Mereka mengeluarkan bom molotov dari tas ransel kecil. Lalu menyulutkan api di alat peledak itu, seketika melempar ke dalam ruangan,"Untungnya kondisi pos itu kosong tidak ada orang," imbuh Ibrahim.
Pihaknya berencana untuk memeriksa beberapa orang demonstran yang sebelumnya tertangkap, namun pada akhirnya dibebaskan. Kala itu, polisi menangkap 250 orang demonstran. Ratusan orang itu diamanakan dalam penyisiran petugas di sejumlah lokasi sepanjang Jalan Urip Sumiharjo dan AP Pettarani.
Pemeriksaan ulang, lanjut Ibrahim sehubungan proses penyelidikan untuk mengetahui pasti ciri-ciri dua orang terduga pelaku yang dikantongi polisi dengan mereka yang sebelumnya tertangkap dan didata. "Kita mau cocokan dengan bukti-bukti hasil pendalaman. Makanya itu dilakukan pemeriksaan ulang," ungkap dia.
Mantan Kabid Humas Polda Sulawesi Utara ini bilang bisa saja dua orang yang sudah teridentifikasi juga terlibat pembakaran videotron di depan Kantor Gubernur Sulsel. Sebab jeda waktu kejadian sangat berdekatan dengan peristiwa pelemparan bom molotov Pos Polisi. (Baca Juga: tawuran-pecah-di-jalan-kandea-warga-bawa-senjata-rakitan-dan-bom-molotov)
Hanya saja, Ibrahim enggan menjelaskan rinci, sampai dimana proses penyelidikan hingga saat ini. Kendati demikian dia memastikan pihaknya terus berupaya maksimal mengungkap seluruh pelaku pengrusakan fasilitas negara ketika unjuk rasa berlangsung.
(nic)
tulis komentar anda