Monitoring IKM: Surabaya Masuk Risiko Rendah COVID-19
Rabu, 14 Oktober 2020 - 16:53 WIB
SURABAYA - Hasil monitoring self assessment Indikator Kesehatan Masyarakat (IKM) menunjukkan Kota Surabaya sudah masuk dalam kategori risiko rendah COVID-19 .
Surabaya memiliki nilai 2.58 berdasarkan penilaian yang dilakukan pada Minggu ke-29, atau mulai 28 September - 4 Oktober. (Baca juga: Ini yang Ditunggu, Akan Ada Tes Swab PCR Seharga Rp200 Ribu )
Penilaian yang dilakukan dalam self assessment itu terdiri dari 14 indikator. Di antaranya, penurunan jumlah kasus positif selama dua minggu terakhir dari puncak, penurunan jumlah kasus ODP dan PDP selama dua minggu terakhir dari puncak, penurunan jumlah meninggal dari kasus positif selama dua minggu terakhir dari puncak, hingga mortality rate (angka kematian) kasus positif per 100,000 penduduk. Sementara itu sebagai pelengkap atau untuk triangulasi, Pemkot Surabaya menambahkan indikator ke-15, yakni Rt Angka reproduksi efektif < 1. (Baca juga: Di Tengah Pandemi, Surabaya Jadi Tuan Rumah Hari Habitat Dunia )
Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya, Febriadhitya Prajatara, mengatakan, hasil pencapaian ini tidak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam memutus mata rantai COVID-19.
“Dengan sumber daya yang terbatas saat itu, belum ada rapid test ataupun reagen, tapi wali kota sudah melakukan beberapa inovasi,” kata Febri, panggilan akrabnya, Rabu (14/10/2020).
Dia mengatakan, pemkot memberikan berbagai intervensi bagi kontak erat maupun pasien konfirm COVID-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri. Di antaranya adalah memberikan permakanan, peralatan mandi, hingga peralatan makan seperti sendok dan piring.
Bahkan, kata dia, upaya pencegahan lain juga dilakukan pemkot melalui pola-pola yang komprehensif. Seperti memasang bilik disinfektan, wastafel hingga penyemprotan secara masif di tempat-tempat yang terdampak COVID-19. “Jadi di kampung-kampung itu yang terdampak COVID-19 dilakukan penyemprotan disinfektan,” kata dia.
Febri mengatakan, saat awal pandemi melanda, memang belum ada pedoman atau pola penanganan yang benar. Wali kota bersama jajarannya berusaha semaksimal mungkin melindungi warga dengan berbagai upaya agar terhindar dari virus tersebut.
“Karena agar bisa terlihat itu proses penanganannya on the track atau tidak itu kan memerlukan waktu. Maka dari itu Pemkot Surabaya berusaha semaksimal mungkin, terutama ibu wali kota,” jelas dia.
Surabaya memiliki nilai 2.58 berdasarkan penilaian yang dilakukan pada Minggu ke-29, atau mulai 28 September - 4 Oktober. (Baca juga: Ini yang Ditunggu, Akan Ada Tes Swab PCR Seharga Rp200 Ribu )
Penilaian yang dilakukan dalam self assessment itu terdiri dari 14 indikator. Di antaranya, penurunan jumlah kasus positif selama dua minggu terakhir dari puncak, penurunan jumlah kasus ODP dan PDP selama dua minggu terakhir dari puncak, penurunan jumlah meninggal dari kasus positif selama dua minggu terakhir dari puncak, hingga mortality rate (angka kematian) kasus positif per 100,000 penduduk. Sementara itu sebagai pelengkap atau untuk triangulasi, Pemkot Surabaya menambahkan indikator ke-15, yakni Rt Angka reproduksi efektif < 1. (Baca juga: Di Tengah Pandemi, Surabaya Jadi Tuan Rumah Hari Habitat Dunia )
Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya, Febriadhitya Prajatara, mengatakan, hasil pencapaian ini tidak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam memutus mata rantai COVID-19.
“Dengan sumber daya yang terbatas saat itu, belum ada rapid test ataupun reagen, tapi wali kota sudah melakukan beberapa inovasi,” kata Febri, panggilan akrabnya, Rabu (14/10/2020).
Dia mengatakan, pemkot memberikan berbagai intervensi bagi kontak erat maupun pasien konfirm COVID-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri. Di antaranya adalah memberikan permakanan, peralatan mandi, hingga peralatan makan seperti sendok dan piring.
Bahkan, kata dia, upaya pencegahan lain juga dilakukan pemkot melalui pola-pola yang komprehensif. Seperti memasang bilik disinfektan, wastafel hingga penyemprotan secara masif di tempat-tempat yang terdampak COVID-19. “Jadi di kampung-kampung itu yang terdampak COVID-19 dilakukan penyemprotan disinfektan,” kata dia.
Febri mengatakan, saat awal pandemi melanda, memang belum ada pedoman atau pola penanganan yang benar. Wali kota bersama jajarannya berusaha semaksimal mungkin melindungi warga dengan berbagai upaya agar terhindar dari virus tersebut.
“Karena agar bisa terlihat itu proses penanganannya on the track atau tidak itu kan memerlukan waktu. Maka dari itu Pemkot Surabaya berusaha semaksimal mungkin, terutama ibu wali kota,” jelas dia.
tulis komentar anda