Kisah Perantau Teluk Bintuni, dari Pengangguran hingga Kerja di Jakarta
Senin, 12 Oktober 2020 - 11:33 WIB
Sedangkan, bagi seorang anak Papua lainnya, Auqila, semangat bekerja adalah kunci berjuang di tanah perantauan. “Pekerjaan saya mengelas. Selama bekerja sebagai welder baik-baik saja. Pekerjaan itu saya meresapi. Karena sebagai seorang welder itu harus mempunyai niat dan semangat bekerja,” ujar Auqila, seorang anak Papua lulusan P2TIM yang kini bekerja di Jakarta.
Bagi Auqila, semangat bekerja adalah bekal dari Petrotekno yang sangat berkesan baginya. Menurut dia, semangat bekerja merupakan modal utama seorang pekerja untuk bersaing.
“Ya saya sebagai anak Papua, saya juga bisa bersaing di mana pun dunia kerja saya,” kata Auqila.
Hal ini juga diamini rekannya, Yoris. Dia berpesan kepada adik-adik dan saudaranya di Papua untuk semangat menimba ilmu. Baginya, anak-anak Papua memiliki semangat yang besar, namun bukan serta merta mereka dijadikan pekerja kasar. Melalui kiprahnya, dia berharap dapat menginspirasi pemuda Papua lainnya.
“Buat adik-adik janganlah kita sebagai pesuruh, tapi kita harus tunjukan diri kita juga bisa. Kita mampu. Kita buktikan kepada semua orang bahwa kita anak Papua itu mampu. Jangan sebagai pesuruh, jadi tukang sapu, tapi tunjukkan kita juga bisa. Nyatanya kami seperti di Jakarta. Di sini kami bekerja dan kami sangat mampu. Kami bisa bisa bekerja dengan sangat baik, apa yang kami dapat dari P2TIM kami terapkan di sini,” pungkas Yoris.
Bagi Auqila, semangat bekerja adalah bekal dari Petrotekno yang sangat berkesan baginya. Menurut dia, semangat bekerja merupakan modal utama seorang pekerja untuk bersaing.
“Ya saya sebagai anak Papua, saya juga bisa bersaing di mana pun dunia kerja saya,” kata Auqila.
Hal ini juga diamini rekannya, Yoris. Dia berpesan kepada adik-adik dan saudaranya di Papua untuk semangat menimba ilmu. Baginya, anak-anak Papua memiliki semangat yang besar, namun bukan serta merta mereka dijadikan pekerja kasar. Melalui kiprahnya, dia berharap dapat menginspirasi pemuda Papua lainnya.
“Buat adik-adik janganlah kita sebagai pesuruh, tapi kita harus tunjukan diri kita juga bisa. Kita mampu. Kita buktikan kepada semua orang bahwa kita anak Papua itu mampu. Jangan sebagai pesuruh, jadi tukang sapu, tapi tunjukkan kita juga bisa. Nyatanya kami seperti di Jakarta. Di sini kami bekerja dan kami sangat mampu. Kami bisa bisa bekerja dengan sangat baik, apa yang kami dapat dari P2TIM kami terapkan di sini,” pungkas Yoris.
(nth)
Lihat Juga :
tulis komentar anda