Ada Intervensi, PFI Medan: Stop Menghalangi Kerja Jurnalis
Minggu, 11 Oktober 2020 - 19:30 WIB
MEDAN - Aksi penolakan Omibus Law UU Cipta Keja bergulir di sejumlah daerah di Indonesia pada Kamis (8/10/2020), termasuk di antaranya berlangsung di Kota Medan . Namun, aksi penolakan UU ini dinodai dengan ulah oknum aparat yang diduga melakukan intimidasi dan intervensi terhadap jurnalis yang melakukan peliputan.
(Baca juga: Jejak Bhatara Katong, Putra Brawijaya V Raja Terakhir Majapahit )
Seperti yang dialami Raden Armand, reporter media online di Medan saat mengabadikan momen demonstrasi, termasuk aksi kekerasan oknum aparat terhadap demonstran . malah dipaksa menghapus foto-foto dari kameranya.
Armand menjelaskan awalnya ia meliput di DPRD Sumut sekitar pukul 15.30 WIB menggunakan ID Pers, pakai helm dan menerapkan protokol kesehatan. (Baca juga: Janda Bolong Bisa Bantu Gerakkan Ekonomi Saat Pandemi COVID-19 )
Saat demo mulai rusuh, ada pen demo yang ditarik paksa seperti buronan, saat itu dipukuli oleh oknum diduga aparat berpakaian seragam PDH. Sehingga menurut Armand, momen ini menarik dan langsung difoto.
Selesai motret Armand menjauh, tiba-tiba ditarik oleh oknum diduga aparat berpakaian sipil. (Baca juga: Dodo Si Anak Viral yang Tangisi Kepergian Ibunya, Ini Faktanya )
"Lalu oknum tersebut mengatakan 'Saya gak mau foto itu ada, saya mau foto itu dihapus'. Saya ditarik sampai dekat DPRD Medan . Dan sudah ada sekitar lima oknum yang mengelilingi dan memaksa meminta hapus dan berusaha menarik kamera saya," ujar Armand.
Oknum tersebut, kata Armand, meminta beberapa foto pemukulan demonstran dihapus. "Jadi karena sudah dikepung, saya terpaksa menunjukkan hasil jepretan dan beberapa hasil jepretan dihapus. Setelah itu mereka pergi," ungkapnya.
Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Kota Medan , Rahmad Suryadi mengatakan kejadian seperti itu bukan kali ini saja terjadi. Bahkan sudah beberapa kali menimpa anggota PFI Medan , termasuk Raden Armand yang merupakan anggota PFI.
(Baca juga: Jejak Bhatara Katong, Putra Brawijaya V Raja Terakhir Majapahit )
Seperti yang dialami Raden Armand, reporter media online di Medan saat mengabadikan momen demonstrasi, termasuk aksi kekerasan oknum aparat terhadap demonstran . malah dipaksa menghapus foto-foto dari kameranya.
Armand menjelaskan awalnya ia meliput di DPRD Sumut sekitar pukul 15.30 WIB menggunakan ID Pers, pakai helm dan menerapkan protokol kesehatan. (Baca juga: Janda Bolong Bisa Bantu Gerakkan Ekonomi Saat Pandemi COVID-19 )
Saat demo mulai rusuh, ada pen demo yang ditarik paksa seperti buronan, saat itu dipukuli oleh oknum diduga aparat berpakaian seragam PDH. Sehingga menurut Armand, momen ini menarik dan langsung difoto.
Selesai motret Armand menjauh, tiba-tiba ditarik oleh oknum diduga aparat berpakaian sipil. (Baca juga: Dodo Si Anak Viral yang Tangisi Kepergian Ibunya, Ini Faktanya )
"Lalu oknum tersebut mengatakan 'Saya gak mau foto itu ada, saya mau foto itu dihapus'. Saya ditarik sampai dekat DPRD Medan . Dan sudah ada sekitar lima oknum yang mengelilingi dan memaksa meminta hapus dan berusaha menarik kamera saya," ujar Armand.
Oknum tersebut, kata Armand, meminta beberapa foto pemukulan demonstran dihapus. "Jadi karena sudah dikepung, saya terpaksa menunjukkan hasil jepretan dan beberapa hasil jepretan dihapus. Setelah itu mereka pergi," ungkapnya.
Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Kota Medan , Rahmad Suryadi mengatakan kejadian seperti itu bukan kali ini saja terjadi. Bahkan sudah beberapa kali menimpa anggota PFI Medan , termasuk Raden Armand yang merupakan anggota PFI.
tulis komentar anda