Jabatan Wali Kota Hasil Pilkada 2020 hanya 3,5 Tahun, Akhyar Gak Pede Tawarkan Perubahan Besar
Senin, 05 Oktober 2020 - 20:04 WIB
Soal Bobby-Aulia, Alween mengatakan apa yang disampaikan jagoannya itu merupakan hasil diskusi dengan sejumlah pakar dari berbagai latar, baik profesional maupun akademisi. Semua didasari hitung-hitungan detail melalui 16 tahapan focus group discussion (FGD).
Karena itu, pihaknya berkeyakinan penuh pasangan Bobby-Aulia dapat mewujudkan janji kampanye, meski masa jabatan mereka nanti hanya 3,5 tahun. Kata kuncinya, Bobby-Aulia mampu mengkolaborasi semua kekuatan.
“Bobby-Aulia akan mampu mengajak berbagai pihak, terutama perusahaan-perusahaan multi-nasional penyalur dana CSR (corporate social responsibility), untuk ambil bagian dalam pembangunan fisik maupun sumber daya manusia di Medan,” tukas Alween.
Jika memang Akhyar mampu berkomunikasi baik dengan pemerintah provinsi dan pusat, menurut Alween, persoalan transportasi dan banjir di Medan tentu sudah teratasi. Pembangunan bus rapid transit (BRT) system atau lebih dikenal dengan istilah busway, yang telah dicanangkan pemerintah pusat untuk Kota Medan misalnya, semestinya sudah berjalan saat ini.
“Begitu juga soal Islamic Center, yang sudah dijanjikan Akhyar lima tahun lalu. Karena hanya mengandalkan APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah) Medan, ya sampai sekarang belum juga terealisasi,” pungkas Alween. (BACA JUGA: 5 Angkatan Udara Paling Canggis di Dunia, Negara Mana Saja?)
Sementara itu, pengamat politik Universitas Sumatera Utara (USU), Indra Fauzan, PhD menyimpulkan Akhyar mengutarakan problematika masa jabatan sebagai bentuk ketidakpercayaan diri. Namun, komunikasinya dia balik untuk memojokkan tandingannya di pilkada kali ini.
“Masa jabatan yang relatif singkat itu membuatnya tak percaya diri (PeDe) mampu menghadirkan perubahan besar di Medan. Masyarakat yang menyimak pernyataan itu saya rasa sudah cukup cerdas untuk mengetahui latar belakangnya,” tandasnya.
Karena itu, pihaknya berkeyakinan penuh pasangan Bobby-Aulia dapat mewujudkan janji kampanye, meski masa jabatan mereka nanti hanya 3,5 tahun. Kata kuncinya, Bobby-Aulia mampu mengkolaborasi semua kekuatan.
“Bobby-Aulia akan mampu mengajak berbagai pihak, terutama perusahaan-perusahaan multi-nasional penyalur dana CSR (corporate social responsibility), untuk ambil bagian dalam pembangunan fisik maupun sumber daya manusia di Medan,” tukas Alween.
Jika memang Akhyar mampu berkomunikasi baik dengan pemerintah provinsi dan pusat, menurut Alween, persoalan transportasi dan banjir di Medan tentu sudah teratasi. Pembangunan bus rapid transit (BRT) system atau lebih dikenal dengan istilah busway, yang telah dicanangkan pemerintah pusat untuk Kota Medan misalnya, semestinya sudah berjalan saat ini.
“Begitu juga soal Islamic Center, yang sudah dijanjikan Akhyar lima tahun lalu. Karena hanya mengandalkan APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah) Medan, ya sampai sekarang belum juga terealisasi,” pungkas Alween. (BACA JUGA: 5 Angkatan Udara Paling Canggis di Dunia, Negara Mana Saja?)
Sementara itu, pengamat politik Universitas Sumatera Utara (USU), Indra Fauzan, PhD menyimpulkan Akhyar mengutarakan problematika masa jabatan sebagai bentuk ketidakpercayaan diri. Namun, komunikasinya dia balik untuk memojokkan tandingannya di pilkada kali ini.
“Masa jabatan yang relatif singkat itu membuatnya tak percaya diri (PeDe) mampu menghadirkan perubahan besar di Medan. Masyarakat yang menyimak pernyataan itu saya rasa sudah cukup cerdas untuk mengetahui latar belakangnya,” tandasnya.
(vit)
tulis komentar anda