Cerita Menegangkan Kapten Sanjoto saat Memburu DN Aidit di Kota Semarang

Rabu, 30 September 2020 - 13:14 WIB


Kini, rumah yang sempat menjadi persinggahan gembong PKI itu ditempati Sanjoto bersama istri dan keluarganya. Menurut pengakuannya, Sanjoto menempati rumah di Jalan Belimbing Raya 34 Peterongan sejak tahun 1969.

Namun demikian, saat itu rumah dalam kondisi kosong dan sempat disita negara. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, rumah tersebut kembali bisa ditempati Sanjoto setelah pemerintah mengetahui jika dirinya merupakan pejuang veteran kemerdekaan RI.

Untuk diketahui, Kapten Sanjoto juga pernah terlibat dalam Dwikora mengawal Jenderal Ahmad Yani di Singkawang, Kalimantan Barat. Dia adalah prajurit Corps Polisi Militer (CPM) yang ikut serta mengamankan dan mengawal Jenderal Ahmad Yani dan sejumlah perwira tinggi lainnya dalam persiapan konfrontasi dengan Malaysia.

Sanjoto juga mengisahkan ikut berperang di usia 12 tahun. Ia bergabung dengan organisasi kepemudaan atau Angkatan Muda Surakarta. “Saat itu saya ikut mengusir penjajah Jepang. Pokoknya ikut saja dan tidak pernah takut mati, terutama saat mendapatkan senjata bekas Kempetai atau Polisi Militer Jepang. Saya membawa senjata Arisaka dan pistol Nambu buatan Jepang. kemana-mana bersama pemuda lainnya saya bawa senjata itu,” beber dia.

Baru setelah merdeka, Sanjoto masuk dalam barisan Badan Keamanan Rakyat (BKR) cikal bakal TNI. Dia mendapat pangkat Letnan Muda, meski tak pernah menyandang pangkatnya di pundak maupun lengan bajunya.

Bertugas sebagai pasukan pengawal, Sanjoto pernah mendapatkan perintah mengawal dan menyeberangkan Panglima Besar Jenderal Soedirman saat bergerilya di wilayah Wonogiri hingga masuk Jawa Timur. Gerilya dengan keluar-masuk hutan dilakukan bertahun-tahun saat pendudukan Belanda. Dia memimpin pasukan hingga pernah melakukan peledakan bom yang di jalan yang dilintasi konvoi panser Belanda.

Sanjoto kemudian masuk dalam barisan Corps Polisi Militer dengan pangkat Sersan Satu. “Berulang kali saya juga melakukan pengawalan sampai pada Jenderal Ahmad Yani. Saat membentuk Batalyon Banteng Raiders di Bulakamba Tegal pun saya juga ikut terlibat pengawalan. Sampai kedatangan Bung Karno saya juga yang mengawalnya,” ceritanya.

Sementara itu, terkait kondisi rumah saat itu, ungkap Sanjoto, memang rusak parah. Di dinding terdapat peta yang ditujukan bagi pengikut petinggi PKI DN Aidit untuk kabur.

"Setelah itu saya kan tinggal di hotel. Karena saya perwira, jadi tinggal di hotel. Komandan saya kemudian memberikan rumah itu kepada saya. Rumahnya rusak parah, kemudian saya perbaiki dan tempati sejak tahun 1969," ujarnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More