Pemuda Mandala Trikora: Penembakan Pendeta Yeremia Propaganda KKB
Sabtu, 26 September 2020 - 22:13 WIB
JAYAPURA - Pemuda Mandala Trikora menyebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di wilayah Intan Jaya, adalah dalang pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani di Kampung Hitadipa, Distrik Hitadipa, Intan Jaya, pada 19 September 2020 lalu.
Hal ini dikatakan Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora, Alberth Ali Kabiyai sekaligus Ketua DPW Badan Advokasi dan Investigasi HAM Papua kepada awak media di Jayapura, Sabtu (26/9/2020). (Baca juga: Misteri Keterangan Istri Pendeta Korban Penembakan di Intan Jaya )
Ali mengatakan, aksi nekat KKB Intan Jaya yang disebut Kapolda Papua , Irjen Pol Paulus Waterpauw telah ada lima kelompok KKB di wilayah itu adalah aksi nekat dan sengaja dilakukan demi menjual isu pada Sidang Umum PBB yang berlangsung pada 22-29 September di New York, Amerika Serikat.
"Jadi mereka (KKB) yang melakukan pembunuhan itu. Ini propaganda murdered atau pembunuhan propaganda dengan cara membunuh warga sipil dan menuduh aparat keamanan atau pemerintah sebagai pelaku utama, hal ini tentu bertujuan untuk menarik simpati publik dan masyarakat internasional, utamanya untuk Sidang Umum PBB itu," kata Ali.
(Baca juga: Bersenjata Lengkap Polisi Bubarkan Pesta Nikah di Maumere )
Menurutnya, pola-pola tersebut sering digunakan kelompok-kelompok teroris diseluruh dunia, seperti kelompok Teroris Boko Haram di Nigeria. "Ini sama, mereka juga pernah membunuh puluhan warga sipil dan menuduh aparat keamanan Nigeria, sebagai dalangnya. Kartel-kartel narkoba di Mexico, juga pernah membunuh warga sipil pelintas batas di perbatasan Amerika Serikat-Mexico, dan menuduh aparat keamanan di Amerika sebagai dalangnya. Jadi hal-hal yang di lakukan KKB ini sudah terbaca," jelasnya.
Untuk itu, pihaknya meminta seluruh warga Papua tidak termakan isu menyesatkan kelompok KKB yang telah tega mengorbankan warga sipil. "Kita jangan mau dibodohi mereka (KKB,red). Ini adalah propaganda mereka. Dan sangat jelas saat ini mereka dengan tega mengorbankan nyawa warga sipil yang tidak berdosa hanya untuk tujuan yang menyesatkan. Saya katakan, saat ini dukungan negara-negara Pasifik terhadap perjuangan Papua merdeka semakin berkurang dan redup, makanya mereka membuat aksi-aksi untuk menarik perhatian dunia, utamanya blok pasifik," ucapnya.
Selain redup dukungan dan simpati dunia, KKB/OPM juga Kehilangan sebagian pentolan diplomasi mereka di luar negeri. Menyisakan Jefrey Bomanak sebagai Ketua OPM dan Sebby Sembom sebagai jubir. (Baca juga: Pelaku Pungli Ditembak Mati Polisi, Warga Blokir Jalinsum )
"Kekuatan diplomasi luar negeri OPM semakin redup dan berkurang setelah mereka kehilangan Nicholas. Messet, Franz Albert Yoku (Alm) dan Nicolas Jouwe (Alm). Sementara Jefrey Bomanak sebagai Ketua OPM dan Sebby Sembom sebagai jubir dan penghubung OPM di luar negeri, kiprah hanya hanya sebatas di negara tetangga kita Papua New Guinea, tentu pergerakan mereka tidak seluas seperti dulu," jelasnya.
Belum lagi kata Ali, terjadi ketidaksepahaman antara OPM dan United Liberation For West Papua (ULMWP) rentan 2018-2019 lalu. Yang mana, OPM tidak setuju dengan pembentukan Tentara Papua Barat (WPA) bentukan ULMWP. (Baca juga: Hujan Tangis di Pemakaman Polwan yang Tewas Saat Menolong Adiknya )
"Pertanyaan sekarang adalah apa kah kita harus memilih mengikuti melompok yang ilegal? Atau kah kita memilih mengikuti negara yang sudah diakui oleh dunia internasional, bahkan sekarang negara tersebut (Indonesia) sedang mengikuti sidang umum PBB. Jangan mundur ke belakang, tapi mari membangun Papua menjadi lebih baik bersama. Memaksimalkan potensi diri untuk kita dan keluarga. Tidak usah termakan isu menyesatkan yang merugikan kita sendiri," pungkasnya.
Hal ini dikatakan Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora, Alberth Ali Kabiyai sekaligus Ketua DPW Badan Advokasi dan Investigasi HAM Papua kepada awak media di Jayapura, Sabtu (26/9/2020). (Baca juga: Misteri Keterangan Istri Pendeta Korban Penembakan di Intan Jaya )
Ali mengatakan, aksi nekat KKB Intan Jaya yang disebut Kapolda Papua , Irjen Pol Paulus Waterpauw telah ada lima kelompok KKB di wilayah itu adalah aksi nekat dan sengaja dilakukan demi menjual isu pada Sidang Umum PBB yang berlangsung pada 22-29 September di New York, Amerika Serikat.
"Jadi mereka (KKB) yang melakukan pembunuhan itu. Ini propaganda murdered atau pembunuhan propaganda dengan cara membunuh warga sipil dan menuduh aparat keamanan atau pemerintah sebagai pelaku utama, hal ini tentu bertujuan untuk menarik simpati publik dan masyarakat internasional, utamanya untuk Sidang Umum PBB itu," kata Ali.
(Baca juga: Bersenjata Lengkap Polisi Bubarkan Pesta Nikah di Maumere )
Menurutnya, pola-pola tersebut sering digunakan kelompok-kelompok teroris diseluruh dunia, seperti kelompok Teroris Boko Haram di Nigeria. "Ini sama, mereka juga pernah membunuh puluhan warga sipil dan menuduh aparat keamanan Nigeria, sebagai dalangnya. Kartel-kartel narkoba di Mexico, juga pernah membunuh warga sipil pelintas batas di perbatasan Amerika Serikat-Mexico, dan menuduh aparat keamanan di Amerika sebagai dalangnya. Jadi hal-hal yang di lakukan KKB ini sudah terbaca," jelasnya.
Untuk itu, pihaknya meminta seluruh warga Papua tidak termakan isu menyesatkan kelompok KKB yang telah tega mengorbankan warga sipil. "Kita jangan mau dibodohi mereka (KKB,red). Ini adalah propaganda mereka. Dan sangat jelas saat ini mereka dengan tega mengorbankan nyawa warga sipil yang tidak berdosa hanya untuk tujuan yang menyesatkan. Saya katakan, saat ini dukungan negara-negara Pasifik terhadap perjuangan Papua merdeka semakin berkurang dan redup, makanya mereka membuat aksi-aksi untuk menarik perhatian dunia, utamanya blok pasifik," ucapnya.
Selain redup dukungan dan simpati dunia, KKB/OPM juga Kehilangan sebagian pentolan diplomasi mereka di luar negeri. Menyisakan Jefrey Bomanak sebagai Ketua OPM dan Sebby Sembom sebagai jubir. (Baca juga: Pelaku Pungli Ditembak Mati Polisi, Warga Blokir Jalinsum )
"Kekuatan diplomasi luar negeri OPM semakin redup dan berkurang setelah mereka kehilangan Nicholas. Messet, Franz Albert Yoku (Alm) dan Nicolas Jouwe (Alm). Sementara Jefrey Bomanak sebagai Ketua OPM dan Sebby Sembom sebagai jubir dan penghubung OPM di luar negeri, kiprah hanya hanya sebatas di negara tetangga kita Papua New Guinea, tentu pergerakan mereka tidak seluas seperti dulu," jelasnya.
Belum lagi kata Ali, terjadi ketidaksepahaman antara OPM dan United Liberation For West Papua (ULMWP) rentan 2018-2019 lalu. Yang mana, OPM tidak setuju dengan pembentukan Tentara Papua Barat (WPA) bentukan ULMWP. (Baca juga: Hujan Tangis di Pemakaman Polwan yang Tewas Saat Menolong Adiknya )
"Pertanyaan sekarang adalah apa kah kita harus memilih mengikuti melompok yang ilegal? Atau kah kita memilih mengikuti negara yang sudah diakui oleh dunia internasional, bahkan sekarang negara tersebut (Indonesia) sedang mengikuti sidang umum PBB. Jangan mundur ke belakang, tapi mari membangun Papua menjadi lebih baik bersama. Memaksimalkan potensi diri untuk kita dan keluarga. Tidak usah termakan isu menyesatkan yang merugikan kita sendiri," pungkasnya.
(eyt)
tulis komentar anda