Sejarah Baru, Ekspor Hasil Perikanan dari Manado Langsung ke Jepang
Kamis, 24 September 2020 - 07:13 WIB
MANADO - Bertepatan dengan HUT ke-56 Provinsi Sulawesi Utara , Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey melepas ekspor perdana direct call hasil perikanan dari Manado langsung ke Jepang di Bandara Sam Ratulangi Manado, Rabu (23/9/2020) malam.
Komoditas perikanan Sulut senilai 66.000 Dolar AS ini diterbangkan pesawat Garuda Indonesia A 330-200 dengan rute Jakarta-Manado-Tokyo.
Sebanyak 6,5 ton produk perikanan Sulut ditambah 4,5 ton dari Ambon dikirim dari Kargo Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado pukul 23.30 WITA ke Bandara Narita di Tokyo Jepang.
Selain hasil perikanan, turut dikirim sampel komoditas pertanian asal Sulut sebanyak 100 kilogram berupa nanas, bawang merah, pala dan komoditi lainnya.(Baca juga: Penerbangan Cargo Manado-Tokyo, Terobosan Gubernur Olly Saat Pandemi )
Gubernur Sulut Olly Dondokambey optimistis sejarah yang terukir di tengah momentum HUT ke-56 Sulut ini akan terus berjalan secara berkesinambungan sehingga membawa Sulut menjadi penghubung bagi Provinsi di Indonesia Bagian Timur untuk ekspor langsung komoditi dari Manado ke Jepang.
“Saya kira ini yang harus kita syukuri karena Provinsi Sulut bisa meningkatkan hasil perikanan dari pengusaha dan para nelayan sehingga kegiatan ekspor perdana ini bisa berjalan dengan baik, sekali lagi kami ucapkan terimakasih kepada semua stakeholder yang terlibat,” kata Olly.
Sebagai informasi, hasil perikanan Sulut di antaranya ikan tuna merupakan jenis ikan high migratory dan menjadi primadona hingga ke mancanegara. Permintaan tuna dunia yang tinggi bahkan cenderung membuat industri ikan tuna tetap bergairah dari tahun ke tahun.(Baca juga : Gubernur Sulut Olly Dondokambey Kenakan Pakaian Adat Sangihe, Ini Maknanya )
Ekspor hasil perikanan secara langsung dari Manado ke Jepang merupakan langkah nyata pemerintah untuk bersinergi dengan industri pengolahan, stakeholder, instansi vertikal serta maskapai penerbangan untuk dapat mendistribusikan komoditi perikanan serta komoditi lainnya ke negara tujuan secara langsung. Harapannya akan mengurangi biaya transportasi serta mutu yang terjaga.
Sebelumnya hasil perikanan Sulut harus melalui Jakarta atau Bali sehingga memakan waktu dan biaya lebih besar.
Komoditas perikanan Sulut senilai 66.000 Dolar AS ini diterbangkan pesawat Garuda Indonesia A 330-200 dengan rute Jakarta-Manado-Tokyo.
Sebanyak 6,5 ton produk perikanan Sulut ditambah 4,5 ton dari Ambon dikirim dari Kargo Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado pukul 23.30 WITA ke Bandara Narita di Tokyo Jepang.
Selain hasil perikanan, turut dikirim sampel komoditas pertanian asal Sulut sebanyak 100 kilogram berupa nanas, bawang merah, pala dan komoditi lainnya.(Baca juga: Penerbangan Cargo Manado-Tokyo, Terobosan Gubernur Olly Saat Pandemi )
Gubernur Sulut Olly Dondokambey optimistis sejarah yang terukir di tengah momentum HUT ke-56 Sulut ini akan terus berjalan secara berkesinambungan sehingga membawa Sulut menjadi penghubung bagi Provinsi di Indonesia Bagian Timur untuk ekspor langsung komoditi dari Manado ke Jepang.
“Saya kira ini yang harus kita syukuri karena Provinsi Sulut bisa meningkatkan hasil perikanan dari pengusaha dan para nelayan sehingga kegiatan ekspor perdana ini bisa berjalan dengan baik, sekali lagi kami ucapkan terimakasih kepada semua stakeholder yang terlibat,” kata Olly.
Sebagai informasi, hasil perikanan Sulut di antaranya ikan tuna merupakan jenis ikan high migratory dan menjadi primadona hingga ke mancanegara. Permintaan tuna dunia yang tinggi bahkan cenderung membuat industri ikan tuna tetap bergairah dari tahun ke tahun.(Baca juga : Gubernur Sulut Olly Dondokambey Kenakan Pakaian Adat Sangihe, Ini Maknanya )
Ekspor hasil perikanan secara langsung dari Manado ke Jepang merupakan langkah nyata pemerintah untuk bersinergi dengan industri pengolahan, stakeholder, instansi vertikal serta maskapai penerbangan untuk dapat mendistribusikan komoditi perikanan serta komoditi lainnya ke negara tujuan secara langsung. Harapannya akan mengurangi biaya transportasi serta mutu yang terjaga.
Sebelumnya hasil perikanan Sulut harus melalui Jakarta atau Bali sehingga memakan waktu dan biaya lebih besar.
tulis komentar anda