Tim Tanggap Darurat ACT Siaga di Lokasi Bencana Sukabumi
Selasa, 22 September 2020 - 19:53 WIB
SUKABUMI - Banjir bandang yang membawa berbagai material mulai dari lumpur hingga kayu gelondongan terjadi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Senin (21/9/2020). Air banjir berasal dari Sungai Cibuntu yang meluap setelah tak mampu menampung debit air yang mendadak tinggi dan dipenuhi dengan material. Akibatnya, permukiman warga mengalami kerusakan dan dilaporkan ratusan jiwa harus mengungsi dan beberapa orang masih dinyatakan hilang.
Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sukabumi Mega Afdal Fathir yang berada di lokasi bencana pada Selasa (22/9/2020) pagi ini mengatakan, hingga pagi, air sungai masih meluap ke permukiman warga walau debitnya tak sebesar kemarin. Hal ini terjadi karena kayu besar dan lumpur tersendat di bawah jembatan dan mengganggu aliran.
Warga dibantu dengan relawan gabungan termasuk Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Sukabumi saat ini sedang melakukan pembersihan permukiman warga dari material yang terbawa banjir serta melakukan pencarian korban yang masih hilang.
“Ada tiga orang yang masih dinyatakan hilang dan saat ini sedang dalam proses pencarian. ACT dan MRI telah menerjunkan tim untuk ikut proses evakuasi yang dilakukan pagi ini. Kami minta doanya semoga cuaca mendukung agar evakuasi berjalan dengan lancar,” ungkap Mega.
Hingga saat ini, terdata 97 rumah dan 971 jiwa terdampak bencana banjir bandang Sukabumi. Terdapat 20 orang mengalami luka-luka dan 3 orang hilang belum ditemukan. Korban yang hilang diperkirakan terseret arus banjir bandang karena tak sempat menyelamatkan diri. Sedangkan dari pantauan tim ACT di Cicurug, cuaca saat ini cenderung cerah berawan.
Mega menambahkan, korban jiwa yang selamat saat ini terpaksa mengungsi karena trauma bencana dan rumahnya terdampak banjir. Mereka untuk sementara tinggal di fasilitas umum, rumah warga serta kerabat yang lebih aman. Berbagai keperluan pokok pun saat ini sangat mendesak untuk dipenuhi, apalagi para korban yang tak sempat menyelamatkan harta benda. “Kebutuhan yang paling mendesak untuk dipenuhi saat ini ialah pangan, alas tidur, selimut serta pakaian,” tambah Mega.
ACT sendiri, selain menerjunkan tim dan relawan yang tergabung dalam MRI Sukabumi, juga membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk membantu korban bencana, khususnya di Sukabumi saat ini. Melalui laman Indonesia Dermawan, masyarakat bisa menyalurkan dana sedekahnya, sedangkan jika dalam bentuk barang bisa mengirimkan ke Kantor Cabang ACT terdekat.
Saat ini, selain di Sukabumi, berbagai ancaman bencana alam pun mengintai masyarakat. Senin malam pun, warga Jakarta terancam banjir karena meningginya permukaan air di Bendung Katulampa, Bogor. Banjir juga baru saja menerjang Kalimantan Tengah.
Sedangkan, banjir bandang di Masamba, Luwu Utara hingga kini pun belum sepenuhnya pulih akibat besarnya dampak. Di sisi lain, beberapa wilayah Indonesia masih mengalami kekeringan akibat intensitas hujan yang sangat rendah. Sebut saja wilayah Solo Raya serta Kabupaten Gunungkidul. ACT pun merespons bencana ini dengan mengirimkan bantuan air bersih menggunakan Humanity Water Tank yang tersedia di Kantor Cabang ACT. www.Indonesiadermawan.id #BersamaAtasiBencana.
Lihat Juga: Selundupkan Puluhan Reptil Dilindungi, Mahasiswi Korea Diamankan Petugas Karantina Banten
Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sukabumi Mega Afdal Fathir yang berada di lokasi bencana pada Selasa (22/9/2020) pagi ini mengatakan, hingga pagi, air sungai masih meluap ke permukiman warga walau debitnya tak sebesar kemarin. Hal ini terjadi karena kayu besar dan lumpur tersendat di bawah jembatan dan mengganggu aliran.
Warga dibantu dengan relawan gabungan termasuk Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Sukabumi saat ini sedang melakukan pembersihan permukiman warga dari material yang terbawa banjir serta melakukan pencarian korban yang masih hilang.
“Ada tiga orang yang masih dinyatakan hilang dan saat ini sedang dalam proses pencarian. ACT dan MRI telah menerjunkan tim untuk ikut proses evakuasi yang dilakukan pagi ini. Kami minta doanya semoga cuaca mendukung agar evakuasi berjalan dengan lancar,” ungkap Mega.
Hingga saat ini, terdata 97 rumah dan 971 jiwa terdampak bencana banjir bandang Sukabumi. Terdapat 20 orang mengalami luka-luka dan 3 orang hilang belum ditemukan. Korban yang hilang diperkirakan terseret arus banjir bandang karena tak sempat menyelamatkan diri. Sedangkan dari pantauan tim ACT di Cicurug, cuaca saat ini cenderung cerah berawan.
Mega menambahkan, korban jiwa yang selamat saat ini terpaksa mengungsi karena trauma bencana dan rumahnya terdampak banjir. Mereka untuk sementara tinggal di fasilitas umum, rumah warga serta kerabat yang lebih aman. Berbagai keperluan pokok pun saat ini sangat mendesak untuk dipenuhi, apalagi para korban yang tak sempat menyelamatkan harta benda. “Kebutuhan yang paling mendesak untuk dipenuhi saat ini ialah pangan, alas tidur, selimut serta pakaian,” tambah Mega.
ACT sendiri, selain menerjunkan tim dan relawan yang tergabung dalam MRI Sukabumi, juga membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk membantu korban bencana, khususnya di Sukabumi saat ini. Melalui laman Indonesia Dermawan, masyarakat bisa menyalurkan dana sedekahnya, sedangkan jika dalam bentuk barang bisa mengirimkan ke Kantor Cabang ACT terdekat.
Saat ini, selain di Sukabumi, berbagai ancaman bencana alam pun mengintai masyarakat. Senin malam pun, warga Jakarta terancam banjir karena meningginya permukaan air di Bendung Katulampa, Bogor. Banjir juga baru saja menerjang Kalimantan Tengah.
Sedangkan, banjir bandang di Masamba, Luwu Utara hingga kini pun belum sepenuhnya pulih akibat besarnya dampak. Di sisi lain, beberapa wilayah Indonesia masih mengalami kekeringan akibat intensitas hujan yang sangat rendah. Sebut saja wilayah Solo Raya serta Kabupaten Gunungkidul. ACT pun merespons bencana ini dengan mengirimkan bantuan air bersih menggunakan Humanity Water Tank yang tersedia di Kantor Cabang ACT. www.Indonesiadermawan.id #BersamaAtasiBencana.
Lihat Juga: Selundupkan Puluhan Reptil Dilindungi, Mahasiswi Korea Diamankan Petugas Karantina Banten
(srf)
tulis komentar anda