Wabah Corona Diprediksi Mereda Juni-Juli, Semangat Pencegahan Jangan Melempem
Senin, 04 Mei 2020 - 08:16 WIB
JAKARTA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona-19, Doni Monardo memprediksi pandemi corona atau covid-19 di Indonesia akan mereda pada Juni - Juli 2020.
Ahli epidemologi juga menyatakan hal serupa, bahwa pandemi tersebut akan 'melamban' pada Juni 2020 khususnya bagi wilayah yang meningkatkan penerapan PSBB.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Lingkar Kajian Agama dan Kebudayaan (LKAB) Nusantara, Fadhli Harahab menilai, prediksi tersebut harus menjadi tantangan dalam rangka mempercepat proses pencegahan penyebaran covid-19.
"Namanya prediksi tentu harus berlandaskan ilmu pengetahuan, dan saya pikir sah-sah saja," kata Fadhli saat dihubungi Sindonews, Senin (4/5/2020).
Tetapi, kata dia, prediksi tersebut tidak boleh membuat semangat masyarakat melempem. Justru sebaliknya, dengan prediksi-prediksi itu, masyarakat menjadi lebih terdorong untuk mengikuti anjuran dan aturan pemerintah baik dalam aspek mematuhi penerapan PSBB maupun anjuran social dan pshiycal distancing.
Menurut Fadhli, di luar prediksi dari gugus tugas pusat dan pakar epidemologi, pihaknya juga mendengar prediksi serupa dari disiplin ilmu falakiyah atau ilmu perbintangan seperti yang dilakukan Pengurus Cabang Nahldlatul Ulama (PCNU) Demak.
Falakiyah NU Demak, memprediksi wabah corona justru akan 'mereda' pada akhir Mei atau selambat-lambatnya 13 Juni dimana dikatakan pada saat itu bintang atau tsurayya terpisah dari matahari di pagi hari atau muncul di waktu fajar sekaligus menandai masuknya musim panas.
Alumni UIN Jakarta itu berpandangan bahwa berbagai prediksi yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan seyogyanya mendorong pemerintah dan juga masyarakat untuk lebih disiplin dalam mencegah penyebaran wabah yang mematikan ini.
"Seharusnya prediksi ini menjadi tantangan dan dorongan bagi kita untuk lebih disiplin dalam mengikuti aturan atau anjuran pemerintah," terangnya.
Ahli epidemologi juga menyatakan hal serupa, bahwa pandemi tersebut akan 'melamban' pada Juni 2020 khususnya bagi wilayah yang meningkatkan penerapan PSBB.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Lingkar Kajian Agama dan Kebudayaan (LKAB) Nusantara, Fadhli Harahab menilai, prediksi tersebut harus menjadi tantangan dalam rangka mempercepat proses pencegahan penyebaran covid-19.
"Namanya prediksi tentu harus berlandaskan ilmu pengetahuan, dan saya pikir sah-sah saja," kata Fadhli saat dihubungi Sindonews, Senin (4/5/2020).
Tetapi, kata dia, prediksi tersebut tidak boleh membuat semangat masyarakat melempem. Justru sebaliknya, dengan prediksi-prediksi itu, masyarakat menjadi lebih terdorong untuk mengikuti anjuran dan aturan pemerintah baik dalam aspek mematuhi penerapan PSBB maupun anjuran social dan pshiycal distancing.
Menurut Fadhli, di luar prediksi dari gugus tugas pusat dan pakar epidemologi, pihaknya juga mendengar prediksi serupa dari disiplin ilmu falakiyah atau ilmu perbintangan seperti yang dilakukan Pengurus Cabang Nahldlatul Ulama (PCNU) Demak.
Falakiyah NU Demak, memprediksi wabah corona justru akan 'mereda' pada akhir Mei atau selambat-lambatnya 13 Juni dimana dikatakan pada saat itu bintang atau tsurayya terpisah dari matahari di pagi hari atau muncul di waktu fajar sekaligus menandai masuknya musim panas.
Alumni UIN Jakarta itu berpandangan bahwa berbagai prediksi yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan seyogyanya mendorong pemerintah dan juga masyarakat untuk lebih disiplin dalam mencegah penyebaran wabah yang mematikan ini.
"Seharusnya prediksi ini menjadi tantangan dan dorongan bagi kita untuk lebih disiplin dalam mengikuti aturan atau anjuran pemerintah," terangnya.
(msd)
tulis komentar anda