Perjuangan 2 Bidan di Pulo Aceh: Mengabdi di Pulau Terluar dengan Nyawa Taruhan
Sabtu, 07 September 2024 - 14:26 WIB
Tri Afrinawati, yang telah mengabdi selama 17 tahun merupakan sosok yang sangat dihormati di Pulo Aceh. Meski banyak bidan yang mengajukan pindah ke lokasi yang lebih nyaman, Tri tetap bertahan dan bertekad untuk terus mengabdi hingga pensiun di pulau ini.
"Sudah berbaur dengar masyarakat. Jiwa sosial masyarakatnya tinggi, kekeluargaannya sangat tinggi," kata Tri Afrinawati.
Tri Afrinawati dan Salamiah bertugas menjadi bidan untuk ibu hamil dan bayi bagi 12 desa. "Kenapa? Karena keterbatasan bidan. letak desa-desa dari puskesmas itu sangat jauh dan desa-desa terpencil itu nggak ada bidannya," terang Salamiah.
Situasi ini menggambarkan kekurangan tenaga bidan di Indonesia secara keseluruhan. Dari kebutuhan 558.005 bidan, Indonesia baru memiliki 257.391 bidan. Angka ini menunjukkan adanya kekurangan yang signifikan dalam jumlah tenaga kesehatan yang tersedia, terutama di daerah-daerah terpencil seperti Pulo Aceh.
Kehidupan di Pulo Aceh bukan hanya tentang pelayanan medis, tetapi juga tentang ketahanan dan dedikasi. Tri Afrinawati dan Salamiah berjuang menghadapi tantangan besar, dari perjalanan laut yang tidak pasti hingga keterbatasan fasilitas untuk memastikan setiap ibu dan bayi di pulau ini mendapatkan perawatan yang layak.
Tri Afrinawati dan Salamiah adalah contoh nyata dari komitmen dan dedikasi yang luar biasa dalam profesi mereka. Mereka tidak hanya berperan sebagai tenaga kesehatan, tetapi juga sebagai penjaga harapan bagi masyarakat yang berada jauh dari jangkauan fasilitas medis utama.
Dalam menghadapi tantangan dan kekurangan tenaga kesehatan, perjuangan mereka merupakan cerminan dari tekad yang tak tergoyahkan untuk melayani dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Lihat Juga: Luncurkan Kreasi di Aceh, Menteri Riefky Ajak Santri Ikut Sebarkan Informasi Bahaya Judi Online
"Sudah berbaur dengar masyarakat. Jiwa sosial masyarakatnya tinggi, kekeluargaannya sangat tinggi," kata Tri Afrinawati.
Tri Afrinawati dan Salamiah bertugas menjadi bidan untuk ibu hamil dan bayi bagi 12 desa. "Kenapa? Karena keterbatasan bidan. letak desa-desa dari puskesmas itu sangat jauh dan desa-desa terpencil itu nggak ada bidannya," terang Salamiah.
Situasi ini menggambarkan kekurangan tenaga bidan di Indonesia secara keseluruhan. Dari kebutuhan 558.005 bidan, Indonesia baru memiliki 257.391 bidan. Angka ini menunjukkan adanya kekurangan yang signifikan dalam jumlah tenaga kesehatan yang tersedia, terutama di daerah-daerah terpencil seperti Pulo Aceh.
Kehidupan di Pulo Aceh bukan hanya tentang pelayanan medis, tetapi juga tentang ketahanan dan dedikasi. Tri Afrinawati dan Salamiah berjuang menghadapi tantangan besar, dari perjalanan laut yang tidak pasti hingga keterbatasan fasilitas untuk memastikan setiap ibu dan bayi di pulau ini mendapatkan perawatan yang layak.
Tri Afrinawati dan Salamiah adalah contoh nyata dari komitmen dan dedikasi yang luar biasa dalam profesi mereka. Mereka tidak hanya berperan sebagai tenaga kesehatan, tetapi juga sebagai penjaga harapan bagi masyarakat yang berada jauh dari jangkauan fasilitas medis utama.
Baca Juga
Dalam menghadapi tantangan dan kekurangan tenaga kesehatan, perjuangan mereka merupakan cerminan dari tekad yang tak tergoyahkan untuk melayani dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Lihat Juga: Luncurkan Kreasi di Aceh, Menteri Riefky Ajak Santri Ikut Sebarkan Informasi Bahaya Judi Online
(kri)
tulis komentar anda