Perjuangan 2 Bidan di Pulo Aceh: Mengabdi di Pulau Terluar dengan Nyawa Taruhan

Sabtu, 07 September 2024 - 14:26 WIB
loading...
Perjuangan 2 Bidan di...
Tri Afrinawati dan Salamiah adalah dua bidan dengan tekad dan dedikasi luar biasa yang bertugas di pulau terluar Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Foto/SINDOnews
A A A
PULO ACEH - Kondisi geografis kepulauan yang tidak diimbangi dengan pembangunan di bidang kesehatan berdampak terhadap jumlah dan ketersediaan bidan desa di pulau terluar. Bisa dikatakan rasio bidan dibandingkan jumlah desa belum berbanding lurus.

Jumlah bidan yang minim dan kondisi geografis membuat mereka harus berjibaku untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat. Tak jarang, mereka kerap bertaruh nyawa. Baca juga: Cerita Jenderal TNI AD Hadapi Prajurit yang Mabuk dan Bikin Resah Warga, Hukumannya Bikin Insaf

Dua bidan bertugas dengan tekad dan dedikasi yang luar biasa tersebut adalah Tri Afrinawati dan Salamiah. Mereka bertugas Pulo Aceh sebuah kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Pulo Aceh merupakan kecamatan yang terletak di pulau terluar paling barat di Indonesia.

Tri Afrinawati dan Salamiah adalah dua dari sedikit tenaga kesehatan yang berjuang keras untuk memberikan layanan medis di daerah dengan lebih dari 5.000 penduduk ini.

Dengan hanya dua bidan yang melayani pulau ini, perjalanan mereka bukanlah perjalanan biasa. Setiap bulan, mereka menempuh perjalanan laut yang melelahkan dan tinggal jauh dari keluarga mereka selama dua minggu.

Untuk sampai ke Pulo Aceh, Tri Afrinawati dan Salamiah harus menaiki kapal kayu berukuran sedang dua kali dalam sebulan. Jarak yang harus ditempuh agar sampai di Pulo Aceh selama dua jam. bahkan, bisa bertambah menjadi empat jam atau lebih jika cuaca buruk terjadi.

Ketika seorang pasien membutuhkan perawatan lebih lanjut, mereka harus merujuknya ke rumah sakit terdekat menggunakan perahu. Ini adalah bagian dari perjuangan dan dedikasi mereka untuk memastikan kesehatan masyarakat di pulau yang terpencil ini.

“Perjalan selama di boat, kami siap-siap dengan alat melahirkan. Pernah juga kejadian tiba-tiba melahirkan di boat," ujar Tri Afrinawati lewat video pendek yang mengabadikan perjuangan mereka menembus ombak membawa pasien dari Pulo AcehdikutipSINDOnews, Sabtu (7/9/2024).

"Waktu itu saya betul-betul takut, sampai saya nangis di boat. Saya bilang bisa nggak kita berhenti sebentar? 'Nggak bisa karena memang ombaknya besar, nanti bisa terbalik'," tutur Salamiah menceritakan pengalamannya.

Tri Afrinawati, yang telah mengabdi selama 17 tahun merupakan sosok yang sangat dihormati di Pulo Aceh. Meski banyak bidan yang mengajukan pindah ke lokasi yang lebih nyaman, Tri tetap bertahan dan bertekad untuk terus mengabdi hingga pensiun di pulau ini.

"Sudah berbaur dengar masyarakat. Jiwa sosial masyarakatnya tinggi, kekeluargaannya sangat tinggi," kata Tri Afrinawati.

Tri Afrinawati dan Salamiah bertugas menjadi bidan untuk ibu hamil dan bayi bagi 12 desa. "Kenapa? Karena keterbatasan bidan. letak desa-desa dari puskesmas itu sangat jauh dan desa-desa terpencil itu nggak ada bidannya," terang Salamiah.

Situasi ini menggambarkan kekurangan tenaga bidan di Indonesia secara keseluruhan. Dari kebutuhan 558.005 bidan, Indonesia baru memiliki 257.391 bidan. Angka ini menunjukkan adanya kekurangan yang signifikan dalam jumlah tenaga kesehatan yang tersedia, terutama di daerah-daerah terpencil seperti Pulo Aceh.

Kehidupan di Pulo Aceh bukan hanya tentang pelayanan medis, tetapi juga tentang ketahanan dan dedikasi. Tri Afrinawati dan Salamiah berjuang menghadapi tantangan besar, dari perjalanan laut yang tidak pasti hingga keterbatasan fasilitas untuk memastikan setiap ibu dan bayi di pulau ini mendapatkan perawatan yang layak.

Tri Afrinawati dan Salamiah adalah contoh nyata dari komitmen dan dedikasi yang luar biasa dalam profesi mereka. Mereka tidak hanya berperan sebagai tenaga kesehatan, tetapi juga sebagai penjaga harapan bagi masyarakat yang berada jauh dari jangkauan fasilitas medis utama.



Dalam menghadapi tantangan dan kekurangan tenaga kesehatan, perjuangan mereka merupakan cerminan dari tekad yang tak tergoyahkan untuk melayani dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1724 seconds (0.1#10.140)