Dampak COVID-19, Angkutan Umum di Terminal Jateng Tinggal 38 Persen
Selasa, 25 Agustus 2020 - 15:43 WIB
SEMARANG - Dampak pandemi COVID-19 benar-benar memukul moda transportasi umum. Kondisi tersebut telah memicu menurunnya perekonomian di semua sektor, termasuk permintaan (demand) kebutuhan akan transportasi. Tak hanya itu, masih adanya rasa takut di kalangan masyarakat untuk menggunakan moda transportasi umum dengan alasan kesehatan.
Sehingga hal itu berimbas banyak Perusahaan Oto (PO) bus yang terancam bangkrut. “Angkutan yang beroperasi di terminal di Jateng rata-rata tinggal 38 persen, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun kemarin. Angkutannya turun karena demand-nya turun,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jateng, Satrio Hidayat saat Diskusi Prime Topic MNC Trijaya FM bertemakan Nasib Transportasi Umum di Masa Pandemi, di Noormans Hotel Semarang, Selasa (25/8/2020). (Baca: Larangan Mudik untuk Cegah Sebaran Covid-19 Memukul Sektor Transportasi )
“Kalau dulu 100 bus yang beroperasi, penumpangnya juga banyak. Tapi kalau sekarang 100 yang beroperasi, bisa jadi penumpangnya hanya 10 orang,’’ ungkapnya. Menurut dia, solusinya adalah operasionalnya bisa dilakukan secara bergiliran. Apabila PO punya lima bus, maka tanggal 1 yang berangkat bus 1, tanggal 2 bus kedua, dan seterusnya.
‘’Ini seperti yang dilakukan di Kota Semarang. Semua busnya bisa berangkat bergiliran, namun memang pendapatan berkurang, tapi dari pada tidak sama sekali,’’ terangnya. Dia mengakui, daya beli masyarakat turun, maka pemakaian yang pertama adalah kebutuhan pokok, sehingga permintaan akan angkutan umum turun.
“Belum lagi anak sekolah juga belum aktif berangkat sekolah. Sementara anak sekolah adalah salah satu pemakai angkutan umum yang besar. Langkah utama adalah mendorong agar demand dan kepercayaan pada transportasi umum kembali meningkat di tengah masyarakat, di era new normal ini,’’ jelas Satrio.
Sementara, Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng Hadi Santoso menambahkan, dampak pandemi COVID-19 memang dirasakan semua lini, termasuk sektor transportasi. Kondisi demikian patut disadari dan jadi perhatian bersama. (Baca: Jalan Terjal Bisnis Transportasi di Tengah Pandemi )
‘’Di masa new normal ini kita berharap penumpang mendaptakan jaminan kesehatan. Kami mendorong dan mensuport, bagaimana angkutan umum itu sehat, biar masyarakat mau menggunakan dan ada jaminan sesuai protokol kesehatan. Mari kita menghidupkan kembali aktivitas ekonomi lewat angkutan umum,’’ tandas Hadi.
Sementara itu, pakar transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno menyampaikan perlu adanya inovasi baru dalam pelayanan pada sistem trasportasi umum di Jateng. Ia mencontohkan, Bus Rapid Transit (BRT) trans Jateng yang berukuran besar bisa diberikan layanan dengan menggabungkan sepeda dan pejalan kaki. Sehingga peumpang BRT bisa membawa sepeda di dalamnya.
“Yang penting adalah bagaimana pengelola transportasi umum wajib menerapkan kesadaran akan transportasi yang sehat sebagai upaya untuk mendorong masyarakat agar mau menggunakan transportasi umum,’’ pungkas Djoko.
Sehingga hal itu berimbas banyak Perusahaan Oto (PO) bus yang terancam bangkrut. “Angkutan yang beroperasi di terminal di Jateng rata-rata tinggal 38 persen, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun kemarin. Angkutannya turun karena demand-nya turun,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jateng, Satrio Hidayat saat Diskusi Prime Topic MNC Trijaya FM bertemakan Nasib Transportasi Umum di Masa Pandemi, di Noormans Hotel Semarang, Selasa (25/8/2020). (Baca: Larangan Mudik untuk Cegah Sebaran Covid-19 Memukul Sektor Transportasi )
“Kalau dulu 100 bus yang beroperasi, penumpangnya juga banyak. Tapi kalau sekarang 100 yang beroperasi, bisa jadi penumpangnya hanya 10 orang,’’ ungkapnya. Menurut dia, solusinya adalah operasionalnya bisa dilakukan secara bergiliran. Apabila PO punya lima bus, maka tanggal 1 yang berangkat bus 1, tanggal 2 bus kedua, dan seterusnya.
‘’Ini seperti yang dilakukan di Kota Semarang. Semua busnya bisa berangkat bergiliran, namun memang pendapatan berkurang, tapi dari pada tidak sama sekali,’’ terangnya. Dia mengakui, daya beli masyarakat turun, maka pemakaian yang pertama adalah kebutuhan pokok, sehingga permintaan akan angkutan umum turun.
“Belum lagi anak sekolah juga belum aktif berangkat sekolah. Sementara anak sekolah adalah salah satu pemakai angkutan umum yang besar. Langkah utama adalah mendorong agar demand dan kepercayaan pada transportasi umum kembali meningkat di tengah masyarakat, di era new normal ini,’’ jelas Satrio.
Sementara, Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng Hadi Santoso menambahkan, dampak pandemi COVID-19 memang dirasakan semua lini, termasuk sektor transportasi. Kondisi demikian patut disadari dan jadi perhatian bersama. (Baca: Jalan Terjal Bisnis Transportasi di Tengah Pandemi )
‘’Di masa new normal ini kita berharap penumpang mendaptakan jaminan kesehatan. Kami mendorong dan mensuport, bagaimana angkutan umum itu sehat, biar masyarakat mau menggunakan dan ada jaminan sesuai protokol kesehatan. Mari kita menghidupkan kembali aktivitas ekonomi lewat angkutan umum,’’ tandas Hadi.
Sementara itu, pakar transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno menyampaikan perlu adanya inovasi baru dalam pelayanan pada sistem trasportasi umum di Jateng. Ia mencontohkan, Bus Rapid Transit (BRT) trans Jateng yang berukuran besar bisa diberikan layanan dengan menggabungkan sepeda dan pejalan kaki. Sehingga peumpang BRT bisa membawa sepeda di dalamnya.
“Yang penting adalah bagaimana pengelola transportasi umum wajib menerapkan kesadaran akan transportasi yang sehat sebagai upaya untuk mendorong masyarakat agar mau menggunakan transportasi umum,’’ pungkas Djoko.
(don)
tulis komentar anda