Kemarau Panjang, 19 Desa di Tuban Terancam Krisis Air Bersih
Rabu, 14 Agustus 2024 - 10:48 WIB
TUBAN - Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Tuban, Jawa Timur, membawa dampak serius bagi kehidupan sehari-hari masyarakat di 19 desa yang tersebar di 5 kecamatan. Sudah lebih dari empat bulan wilayah ini tidak diguyur hujan, menyebabkan debit air di sumber-sumber mata air alami dan sumur-sumur desa menurun drastis, bahkan mengering.
Di Desa Tanggulangin, Kecamatan Montong, pemandangan warga yang antre berjam-jam dengan membawa ember, jerigen, galon, hingga drum besar demi mendapatkan air bersih menjadi pemandangan yang lumrah. Setiap kali mobil tangki dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban datang, warga segera berbondong-bondong mendekati mobil tersebut, berharap mendapatkan air yang sangat mereka butuhkan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak hingga kebutuhan sanitasi.
“Saat ini, ada 19 desa di lima kecamatan yang meminta bantuan air bersih. Debit air sumur di desa-desa tersebut sangat berkurang, bahkan di beberapa tempat sudah mengering. Ini karena desa-desa itu berada di kawasan cekungan tanah rendah yang memang rawan air bersih,” ungkap Sudarmaji, Kepala Pelaksana BPBD Tuban.
Kecamatan yang terdampak antara lain Kecamatan Grabagan, Kecamatan Parengan, Kecamatan Jatirogo, Kecamatan Bancar, dan Kecamatan Montong. Meskipun beberapa desa memiliki sumur bor, PDAM, atau HIPAM, debit air dari fasilitas-fasilitas tersebut tetap sangat rendah atau bahkan mengering total, membuat masyarakat semakin tertekan oleh krisis air bersih yang terus memburuk.
Dalam satu hari, BPBD Tuban mampu mendistribusikan hingga 42.000 liter air bersih ke desa-desa terdampak. Namun, kebutuhan air bersih yang tinggi membuat droping air ini terasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan semua warga.
Kekeringan yang meluas ini diprediksi akan terus berlangsung hingga puncak musim kemarau pada bulan Agustus. Walau demikian, menurut perkiraan, musim hujan akan mulai tiba sekitar akhir Agustus, membawa sedikit harapan bagi masyarakat yang telah lama berjuang melawan krisis air bersih.
Bagi masyarakat di 19 desa ini, setiap tetes air bersih yang didistribusikan oleh BPBD menjadi sangat berarti. Ketika kemarau panjang menunda datangnya hujan, perjuangan untuk mendapatkan air bersih menjadi semakin keras. Di tengah kondisi yang sulit ini, solidaritas dan gotong royong antarwarga menjadi kunci untuk bertahan, sembari berharap pada datangnya hujan yang akan mengakhiri krisis ini.
Lihat Juga: Gempar, Nenek Lepas Baju sampai Telanjang di Pengadilan Negeri Tuban Gegara Capek Digugat
Di Desa Tanggulangin, Kecamatan Montong, pemandangan warga yang antre berjam-jam dengan membawa ember, jerigen, galon, hingga drum besar demi mendapatkan air bersih menjadi pemandangan yang lumrah. Setiap kali mobil tangki dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban datang, warga segera berbondong-bondong mendekati mobil tersebut, berharap mendapatkan air yang sangat mereka butuhkan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak hingga kebutuhan sanitasi.
“Saat ini, ada 19 desa di lima kecamatan yang meminta bantuan air bersih. Debit air sumur di desa-desa tersebut sangat berkurang, bahkan di beberapa tempat sudah mengering. Ini karena desa-desa itu berada di kawasan cekungan tanah rendah yang memang rawan air bersih,” ungkap Sudarmaji, Kepala Pelaksana BPBD Tuban.
Kecamatan yang terdampak antara lain Kecamatan Grabagan, Kecamatan Parengan, Kecamatan Jatirogo, Kecamatan Bancar, dan Kecamatan Montong. Meskipun beberapa desa memiliki sumur bor, PDAM, atau HIPAM, debit air dari fasilitas-fasilitas tersebut tetap sangat rendah atau bahkan mengering total, membuat masyarakat semakin tertekan oleh krisis air bersih yang terus memburuk.
Dalam satu hari, BPBD Tuban mampu mendistribusikan hingga 42.000 liter air bersih ke desa-desa terdampak. Namun, kebutuhan air bersih yang tinggi membuat droping air ini terasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan semua warga.
Kekeringan yang meluas ini diprediksi akan terus berlangsung hingga puncak musim kemarau pada bulan Agustus. Walau demikian, menurut perkiraan, musim hujan akan mulai tiba sekitar akhir Agustus, membawa sedikit harapan bagi masyarakat yang telah lama berjuang melawan krisis air bersih.
Bagi masyarakat di 19 desa ini, setiap tetes air bersih yang didistribusikan oleh BPBD menjadi sangat berarti. Ketika kemarau panjang menunda datangnya hujan, perjuangan untuk mendapatkan air bersih menjadi semakin keras. Di tengah kondisi yang sulit ini, solidaritas dan gotong royong antarwarga menjadi kunci untuk bertahan, sembari berharap pada datangnya hujan yang akan mengakhiri krisis ini.
Lihat Juga: Gempar, Nenek Lepas Baju sampai Telanjang di Pengadilan Negeri Tuban Gegara Capek Digugat
(hri)
tulis komentar anda