30 Daerah di Indonesia Berpotensi Diikuti Calon Tunggal di Pilkada 2020
Selasa, 25 Agustus 2020 - 14:13 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Politician Academy, Bonggas Adhi Chandra mengungkapkan bahwa jumlah calon independen di pemilihan kepala daerah (pilkada) terus meningkat.
"Dari pilkada ke pilkada, jumlahnya semakin meningkat," kata Bonggas Adhi Chandra di Kantornya, Jalan Imam Bonjol 72, Menteng, Jakarta Pusat, Senin 24 Agustus kemarin.
Dia membeberkan pada 2015, dari 269 daerah yang melaksanakan pilkada, tiga di antaranya calon tunggal. Kemudian pada pilkada serentak 2017, sembilan dari 101 daerah merupakan calon tunggal. Lalu, pada pilkada serentak 2018, 16 dari 171 daerah adalah calon tunggal.
"Di 2020, diperkirakan saja sekitar 30-an dari 270 daerah," katanya.
Bonggas Adhi pun membeberkan sejumlah daerah yang berpotensi memiliki calon tunggal . Yakni, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Sragen, Boyolali, Klaten, Wonosobo, Grobogan, Wonogiri, Kebumen, Blitar, Ngawi, Kediri, Pematang Siantar, Gunung Sitoli, Balikpapan, Gowa, dan Sopeng.
"Di Jawa Tengah paling banyak sejauh ini. Minggu lalu saya masukkan Solo, sekarang enggak," katanya.
Dia mengatakan, calon tunggal disebabkan karena pragmatisme partai politik. "Karena partai politik hanya melihat survei dan melihat kepada elektabilitas popularitas semata," katanya.
Adapun penyebab lainnya adalah tingginya approval rating dari petahana. "Ini yang mengakibatkan calon tunggal muncul. Tetapi permasalahannya setelah dua periode calon tunggal biasanya dilanjutkan ke kerabatnya, ke istrinya, ke anaknya," katanya.
Sekadar diketahui, Politician academy adalah konsultan politik yang menjadi partner kandidat kepala daerah dan kandidat anggota legislatif sejak 2017. Politician academy memiliki visi untuk berpartner dan bekerja sama dengan 1.000 anak muda Indonesia untuk menjadi pemimpin di panggung lokal maupun nasional.
"Dari pilkada ke pilkada, jumlahnya semakin meningkat," kata Bonggas Adhi Chandra di Kantornya, Jalan Imam Bonjol 72, Menteng, Jakarta Pusat, Senin 24 Agustus kemarin.
Dia membeberkan pada 2015, dari 269 daerah yang melaksanakan pilkada, tiga di antaranya calon tunggal. Kemudian pada pilkada serentak 2017, sembilan dari 101 daerah merupakan calon tunggal. Lalu, pada pilkada serentak 2018, 16 dari 171 daerah adalah calon tunggal.
"Di 2020, diperkirakan saja sekitar 30-an dari 270 daerah," katanya.
Bonggas Adhi pun membeberkan sejumlah daerah yang berpotensi memiliki calon tunggal . Yakni, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Sragen, Boyolali, Klaten, Wonosobo, Grobogan, Wonogiri, Kebumen, Blitar, Ngawi, Kediri, Pematang Siantar, Gunung Sitoli, Balikpapan, Gowa, dan Sopeng.
"Di Jawa Tengah paling banyak sejauh ini. Minggu lalu saya masukkan Solo, sekarang enggak," katanya.
Dia mengatakan, calon tunggal disebabkan karena pragmatisme partai politik. "Karena partai politik hanya melihat survei dan melihat kepada elektabilitas popularitas semata," katanya.
Adapun penyebab lainnya adalah tingginya approval rating dari petahana. "Ini yang mengakibatkan calon tunggal muncul. Tetapi permasalahannya setelah dua periode calon tunggal biasanya dilanjutkan ke kerabatnya, ke istrinya, ke anaknya," katanya.
Sekadar diketahui, Politician academy adalah konsultan politik yang menjadi partner kandidat kepala daerah dan kandidat anggota legislatif sejak 2017. Politician academy memiliki visi untuk berpartner dan bekerja sama dengan 1.000 anak muda Indonesia untuk menjadi pemimpin di panggung lokal maupun nasional.
(luq)
tulis komentar anda