Mengenal Bantengan, Seni Tradisional dari Malang Warisan Kerajaan Singasari
Sabtu, 20 Juli 2024 - 11:26 WIB
Bantengan yang dikenal sekarang berasal dari kata nandoko, bahasa Jawa kuno. Konon kisah itu juga tercantum dalam beberapa kitab kuno, yang masing-masing daerah di Malang punya referensi dan cerita sejarah kearifan lokal berbeda-beda.
”Bantengan itu bahasa kita sehari-hari, tapi yang jelas itu bahasa nandoko, yang lebih tua, nandoko itu banteng, kalau lembu itu sapi, mahesa itu kerbau. Itu bahasa Jawa kuno itu,” kata pria berusia 53 tahun ini.
Namun diakui ada perubahan pementasan dari zaman ke zaman. Bila dahulu bantengan itu dimainkan di padepokan pencak silat dan tubuh di lereng pegunungan, kini berkembang hingga dijadikan pentas seni di jalanan, perkampungan, pedesaan, hingga daerah kota.
”Setiap grup punya cerita versi masing-masing, punya kearifan lokal masing-masing. Jadi ada yang dari cerita mbahnya, leluhurnya, atau pundennya yang dipakai,” tukasnya.
”Bantengan itu bahasa kita sehari-hari, tapi yang jelas itu bahasa nandoko, yang lebih tua, nandoko itu banteng, kalau lembu itu sapi, mahesa itu kerbau. Itu bahasa Jawa kuno itu,” kata pria berusia 53 tahun ini.
Namun diakui ada perubahan pementasan dari zaman ke zaman. Bila dahulu bantengan itu dimainkan di padepokan pencak silat dan tubuh di lereng pegunungan, kini berkembang hingga dijadikan pentas seni di jalanan, perkampungan, pedesaan, hingga daerah kota.
”Setiap grup punya cerita versi masing-masing, punya kearifan lokal masing-masing. Jadi ada yang dari cerita mbahnya, leluhurnya, atau pundennya yang dipakai,” tukasnya.
(ams)
Lihat Juga :
tulis komentar anda