Asal-usul Berdirinya Kerajaan Kediri, Hasil Pembagian Wilayah Kahuripan dari Raja Airlangga
Kamis, 18 Juli 2024 - 11:43 WIB
Raja Airlangga pun memikirkan cara untuk menghindari pergolakan internal yang mejurus pada perebutan takhta. Akhirnya, ia memilih untuk membagi wilayah Kahuripan yang luas menjadi dua bagian.
Kemudian, Raja Airlangga meminta bantuan Mpu Bharada dalam proses pembagian Kerajaan Kahuripan. Ia dikenal luas sebagai pendeta agama Buddha yang menjadi guru spiritual Airlangga sendiri.
Menurut cerita, Mpu Bharada memakai kesaktiannya guna membagi wilayah Kerajaan Kahuripan secara adil. Hasilnya adalah Kerajaan Jenggala dengan ibu kota di Kahuripan untuk Mapanji Garasakan, serta Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan pusat di Daha untuk Sri Samarawijaya.
Riwayat pembagian wilayah ini disebut terjadi sekitar tahun 1045. Momen tersebut sekaligus menandai akhir dari eksistensi Kerajaan Kahuripan.
Namun, perselisihan masih terjadi. Meski bekas wilayah Kahuripan sudah dibagi dengan adil, Kerajaan Jenggala dan Kediri tetap berselisih karena keegoisan masing-masing pemimpinnya yang merasa punya hak penuh atas kekuasaan Airlangga.
Sempat terjadi perang, Kerajaan Janggala mengalami kekalahan. Pada akhirnya, Kerajaan Panjalu sebagai pemenang tetap berdiri dan memiliki pusat pemerintahan di Kediri, Jawa Timur.
Secara resmi, Sri Samarawijaya kemudian dikenal sebagai raja pertama Kerajaan Kediri. Ia memiliki gelar Sri Samarawijaya Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa.
Sejak pendiriannya, Kerajaan Kediri terus berkembang. Setelah Sri Samarawijaya meninggal, suksesi kekuasaan pun terus berlanjut.
Pada akhirnya, Kerajaan Kediri mengalami era keemasan ketika dipimpin Raja Jayabaya. Selama berkuasa, ia membawa banyak kemajuan bagi kerajaan, termasuk memperluas wilayahnya.
Kemudian, Raja Airlangga meminta bantuan Mpu Bharada dalam proses pembagian Kerajaan Kahuripan. Ia dikenal luas sebagai pendeta agama Buddha yang menjadi guru spiritual Airlangga sendiri.
Menurut cerita, Mpu Bharada memakai kesaktiannya guna membagi wilayah Kerajaan Kahuripan secara adil. Hasilnya adalah Kerajaan Jenggala dengan ibu kota di Kahuripan untuk Mapanji Garasakan, serta Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan pusat di Daha untuk Sri Samarawijaya.
Riwayat pembagian wilayah ini disebut terjadi sekitar tahun 1045. Momen tersebut sekaligus menandai akhir dari eksistensi Kerajaan Kahuripan.
Namun, perselisihan masih terjadi. Meski bekas wilayah Kahuripan sudah dibagi dengan adil, Kerajaan Jenggala dan Kediri tetap berselisih karena keegoisan masing-masing pemimpinnya yang merasa punya hak penuh atas kekuasaan Airlangga.
Sempat terjadi perang, Kerajaan Janggala mengalami kekalahan. Pada akhirnya, Kerajaan Panjalu sebagai pemenang tetap berdiri dan memiliki pusat pemerintahan di Kediri, Jawa Timur.
Secara resmi, Sri Samarawijaya kemudian dikenal sebagai raja pertama Kerajaan Kediri. Ia memiliki gelar Sri Samarawijaya Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa.
Sejak pendiriannya, Kerajaan Kediri terus berkembang. Setelah Sri Samarawijaya meninggal, suksesi kekuasaan pun terus berlanjut.
Pada akhirnya, Kerajaan Kediri mengalami era keemasan ketika dipimpin Raja Jayabaya. Selama berkuasa, ia membawa banyak kemajuan bagi kerajaan, termasuk memperluas wilayahnya.
tulis komentar anda